Jumat, 17 Maret 2017

Kesehatan Islam




KISAH SI MUNGIL LEBAH DAN MADU
DI DALAM
AL QUR’AN

Madu merupakan salah satu minuman kesehatan yang berasal dari hewan istimewa lebah yang tidak asing manfaatnya bagi tubuh kita,  dan telah terbukti khasiatnya secara syar’i dan  secara medis. Maka dalam tulisan ini kita akan mengupas tentang lebah dan madu  dilihat dari sudut pandang syariat dan bagaimana kisah dan penjelasannya didalam Al Qur’an. Marilah kita simak penuturan Alloh subhanahu wa ta’ala didalam menyebutkan keduanya dalam firmanNya QS An-Nahl [16]:68-69:
وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ (68) ثُمَّ كُلِي مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلًا يَخْرُجُ مِنْ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (69)
Dan Alloh mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang digunung-gunung, dipohon-pohon, dan tempat-tempat yang dibuat manusia”(68)”kemudian makanlah dari tiap-tiap macam buah-buahan dan tempuhlah jalan Robbmu yang telah dimudahkan bagimu. Dari perut lebah itu keluar minuman(madu)yang bermacam-macam warnanya didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda(kebesaran Alloh) bagi orang-orang yang berfikir.”
·         Penjelasan para ahli tafsir tentang ayat ini :
[ “Dan Alloh mewahyukan…”] :
“ Yang dimaksud wahyu –kepada lebah-disini adalah ilham, petunjuk dan bimbingan    (bukan wahyu  seperti yang diberikan kepada para nabi secara khusus berupa syariat-red)(tafsir ibn Katsir)
[“buatlah sarang-sarang…”]  :
“Sarang lebah berbentuk segi enam hexagonal yang merupakan bentuk yang paling indah dan sempurna, kalau bergandengan satu dengan yang lainnya maka tidak terdapat celah dan kebocoran, semua tersebut dibuat tanpa alat pengukur……… (Miftah daarus sa’adah 1/248, Ibn Qoyyim)

[“digunung-gunung, pohon, dan tempat-tempat yang dibuat manusia”…”] :
“Perhatikanlah bagaimana ketaatan lebah dalam membuat rumah hanya pada tiga tempat ini saja, di gunung-gunung yang menjulang, di pepohonan dan sarang-sarang yang dibuat manusia, dan  cermatilah pula bagaimana jumlah terbanyak sarang-sarang mereka di gunung-gunung sehingga di dahulukan penyebutannya didalam Al Qur’an, kemudian setelahnya di pepohonan, dan yang paling sedikit adalah di sarang-sarang buatan manusia. Sarang-sarang mereka di gunung dan pepohonan sangat besar dan bisa diambil darinya jumlah madu yang sangat banyak.(ibnul qoyyim –idem-)
[“kemudian makanlah …”]  :
“Cermati pula bagaimana mereka begitu patuh dengan perintah Alloh dengan membuat sarang terlebih dahulu, kalau sarangnya telah terbentuk, kemudian baru mereka mencari makanan setelah itu.(ibn Qoyyim idem)
[“kemudian tempuhlah jalan Robbmu yang telah dimudahkan bagimu …”] :
“Setelah mencari makan mereka menempuh jalan yang telah diatur oleh Robb mereka untuk kembali ke sarang-sarang mereka, tidak ada yang tersesat atau menentang arah jalan tersebut, mencari makan kemudian langsung kembali pulang ke sarang mereka. Dan yang termasuk sesuatu yang menakjubkan adalah mereka punya komandan yang selalu memimpin mereka dalam bepergiannya mereka, pulangnya mereka, bekerjanya mereka, mencari makannya mereka, semua pekerjaan tersebut tidak mereka lakukan kecuali dengan komandan ini, hingga kalau sampai di sarang mereka, komandan ini berhenti di samping pintu masuk sarang mereka, mengatur mereka untuk masuk satu persatu dengan berbaris rapi tidak boleh saling mendahului dan berdesak-desakan. (ibn Qoyyim idem)
[“minuman bermacam2 warnanya”] :
“Ada yang berwarna putih, kuning, merah dan selain itu dari warna-warna yang indah sesuai dengan habitat dan makanan mereka.(tafsir Ibn Katsir)
“Ada yang berwarna putih mengkilap, sehingga kita bisa melihat wajah kita darinya lebih jernih daripada kaca, pernah ada seseorang yang membawanya kepadaku dan berkata “Ini adalah jenis madu yang terbaik yang pernah ditemukan manusia, yang paling murni, yang paling berkhasiat, kalau dicicipi terasa sangat manis.                  (ibn Qoyyim –idem-)


[“di dalamnya terdapat obat…”] :
“Yang benar tafsir kata ganti-nya (pada kata “di dalamnya terdapat obat”) kembali kepada kata “minuman(madu)” dan ini merupakan pendapat Ibn Mas’ud, ibn Abbas, Al hasan, Qotadah dan kebanyakan ulama. (karena ada sebagian ulama mentafsirkan “didalamnya terdapat obat” kata ganti –nya- kembali kepada Al Qur’an bukan kembali kepada minuman madu itu sendiri-red), dan yang lebih menjelaskan bahwa didalam minuman madu terdapat obat adalah sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori(5684) dan Imam Muslim (2217)   (ibn Qoyyim didalam Zaadul Ma’ad):
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ أَنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَخِي يَشْتَكِي بَطْنَهُ فَقَالَ اسْقِهِ عَسَلًا ثُمَّ أَتَى الثَّانِيَةَ فَقَالَ اسْقِهِ عَسَلًا ثُمَّ أَتَاهُ الثَّالِثَةَ فَقَالَ اسْقِهِ عَسَلًا ثُمّ
أَتَاهُ فَقَالَ قَدْ فَعَلْتُ فَقَالَ صَدَقَ اللَّهُ وَكَذَبَ بَطْنُ أَخِيكَ اسْقِهِ عَسَلًا فَسَقَاهُ فَبَرَأَ
“Dari Abi Sa’id Al Khudri radhiyallohu ‘anhu “Sesungguhnya ada seorang lelaki datang kepada Rosululloh kemudian orang itu berkata “Saudaraku sakit perutnya” maka Rosululloh menjawab “Minumkan madu kepadanya”, kemudian dia datang lagi yang kedua kalinya maka Rasululloh pun menjawab “Minumkanlah madu padanya”, kemudian pada waktu lelaki itu datang yang ketiga kalinya Rasululloh pun menjawab “Minumkanlah madu padanya” kemudian dia datang lagi dan berkata “Telah aku minumkan madu tetapi belum sembuh, maka Rasululloh menjawab “Maha Benar Alloh dan perut saudaramulah yang berdusta, minumkanlah madu kepadanya lagi, maka diapun meminumkannya barulah saudaranya sembuh”

Juga hadits, riwayat Imam Bukhori (5682)
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: "كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْجِبُهُ الْحَلْوَاءُ وَالْعَسَلُ".
Dari ‘Aisyah r adhiyallohu’anha:”Nabi sangat menyukai makanan manis dan madu”
Dan juga hadits riwayat Bukhori (5683)
عَنْ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " إِنْ كَانَ فِي شَيْءٍ مِنْ أَدْوِيَتِكُمْ أَوْ يَكُونُ فِي شَيْءٍ مِنْ أَدْوِيَتِكُمْ خَيْرٌ فَفِي شَرْطَةِ مِحْجَمٍ أَوْ شَرْبَةِ عَسَلٍ أَوْ لَذْعَةٍ بِنَارٍ تُوَافِقُ الدَّاءَ
“Dari Jabir radhiyallohu’anhu: Aku mendengar Rasululloh bersabda “Cara pengobatan yang tebaik yang bisa kalian lakukan adalah dengan bekam atau minum madu atau menempelkan besi panas yang tepat dengan jenis penyakit”

[“terdapat tanda-tanda(kebesaran Alloh) bagi orang-orang yang berfikir.”]    :
“Sesungguhnya ilham Alloh kepada binatang lebah ini- binatang yang kecil dan lemah bentuknya, untuk menjalani aktivitas-aktivitas yang besar dengan teratur untuk mengumpulkan dari sari-sari bunga untuk dihasilkan madu yang merupakan minuman yang terbaik- merupakan tanda-tanda peringatan bagi bagi orang yang berfikir untuk bisa lebih memahami kebesaran penciptanya dan kekuasaannya, sehingga meyakini bahwa Dia Maha Kuasa, Maha Bijaksana, Maha Mengetahui, Maha Pengasih dan Penyayang.

Ibroh  :
Dari kisah yang sangat menakjubkan tentang lebah dan madu tersebut dapat kita ambil pelajaran-pelajaran yang sangat banyak dan berharga, diantara pelajaran yang terpenting darinya adalah dengan membaca dan memahami kisah tersebut akan semakin mempertebal kualitas keimanan kita, kita semakin menyadari kebesaran dan keagungan Robb kita, semakin menyadarkan akan kelemahan diri kita, keterbatasan kecerdasan kita, minimnya ilmu kita, dibandingankan dengan kecerdasan ilmu Alloh jalla wa ‘ala, sehingga kita akan lebih banyak tawadhu’ dan menyerahkan jiwa kita untuk banyak beribadah kepadaNya, semoga…

Abul Hasan Ali
Staff Pengajar SDIT AL FALAH
Cawas, Klaten

Tidak ada komentar:

Posting Komentar