TIPS PENDIDIKAN
Melatih Kejujuran
Bagi Anak
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
Wahai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kalian kepada Allâh, dan hendaklah kalian bersama orang-orang yang
jujur !
[At-Taubah/9:119]
Banyak terjadi saat ini, anak kecil berbohong kepada orangtua. Mulai dari nilai
yang jelek lalu dirobek kertasnya,
sampai dengan memakai uang pembayaran buku tanpa seizin orangtua meskipun dikembalikan
lagi. Semua itu karena anak tidak berani untuk berkata jujur di hadapan kedua
orangtua saya sendiri. Anak selalu dibayang-bayangi rasa takut untuk jujur
kepada orangtua saya sendiri. Pasalnya jika jujur dan berterus terang pasti
bapak atau ibu memberikan respons pertama kali dengan marah dan bentakkan.
Kedua hal tersebut membuat anak berkecil hati untuk bersikap jujur. Itu semua
sangat berdampak pada diri seorang anak saat ini. Terkadang anak selalu takut
jika ingin berterus terang dalam hal apapun kepada orangtua saya sendiri.
Memarahi anak karena kejujurannya adalah salah besar. Terlebih kita
adalah orangtua yang seharusnya selalu dipercaya oleh anak. Orang yang
seharusnya selalu menjadi sahabat bagi anak. Serta orang yang alangkah baiknya
menjadi pendengar setia bagi anak kita sendiri. Yang lebih dibutuhkan adalah
membentuk karakter jujur pada diri anak adalah salah satu tugas mulia kita
sebagai orangtua.
Berikut beberapa cara mudah untuk melatih anak
kita jujur:
Pertama, jangan
memberi respons negatif.
Saat anak mencoba untuk berkata jujur alangkah baiknya
jika kita tak meresponsnya dengan bentakkan, marah atau memotong perkataan
jujurnya. Semarah apapun kepada anak kita yang awalnya berbohong lalu ia
mencoba bersikap dan berkata jujur, tak semestinya terburu-buru memarahinya.
Hal tersebut akan berdampak pada kondisi psikis anak kita.
Kedua, jadilah
pendengar setia :
dengarkan secara menyeluruh.Menjadi pendengar
yang baik untuk anak kita adalah tindakan yang tepat. Hal tersebut merupakan
salah satu bentuk respons positif untuk kejujurannya. Sekecewa apapun kita
terhadap kebohongan yang sebelumnya anak kita lakukan, janganlah membuat kita
menjadi melabeli anak kita seorang anak pembohong. Dengarkan setiap kata
kejujuran dari bibir mungilnya. Biarkan ia berproses untuk menjadi anak yang
berani dan bertanggung jawab atas kesalahannya. Buat anak kita merasa nyaman
dengan kejujuran yang telah ia ungkapankan. Ini menunjukkan bahwa kita juga
belajar menjadi orangtua yang lebih bijaksana.
Ketiga, ajak anak
menyadari jujur adalah hal baik
Saya pernah
mengalami kondisi seperti ini. Saat saya mendapati adik yang saat itu duduk di
bangku kelas dua Sekolah Dasar menyembunyikan hasil nilai hariannya yang jelek.
Sepulang sekolah, saya menjemput adik. Sampai di rumah, saya mengecek buku
catatan hariannya di sekolah. Hal ini memang biasa saya lakukan hampir seminggu
sekali. Karena saya ingin memantau perkembangan belajarnya. Saat saya membuka
buku tersebut, ada bekas robekan halaman yang hilang. Saya pun bertanya pada
adik saya, ”Halaman ini dimana?” Adik saya hanya menjawab, ”Disobek oleh
teman.” Entah kenapa saya tak percaya begitu saja. Saya pun mencoba membuka
setiap saku tasnya. Dan saya mendapat jawaban dari halaman buku yang sobek.
Selembar kertas yang tertera angka ”nol” besar dengan pulpen merah. Saya
mencoba meredam rasa marah saya. Saya melihat raut wajah adik, ia begitu takut.
Matanya memerah menahan air mata. Saya kemudian bertanya kembali padanya,
”Mengapa nilaimu seperti ini?” Adik saya pun menjawab, ”Saya belum paham,
Mbak.” Saya hanya tersenyum mendengar jawabannya. Saya paham betul karakternya.
Jika memang mengatakan belum paham pasti dia memang betul-betul tidak paham
pada pelajarannya di sekolah. Saya kembali berkata padanya, ”Dek, mbak tidak
mempermasalahkan nilaimu. Nanti malam kita belajar bersama, agar besok nilaimu
lebih baik. Mbak janji, kalau kamu semangat belajar dan nilaimu lebih baik akan
mbak beri hadiah. Tapi alangkah baiknya jika kamu tak merobek bukumu. Bukumu
menjadi tak rapi. Mbak lebih bangga karena kamu sudah mau bersikap jujur.” Dari
pengalaman saya ini, saya menarik kesimpulan bahwa jika anak kita terlanjur
melakukan kebohongan maka pancing pertanyaan yang membuatnya menjadi terbuka.
Buat pertanyaan yang tidak menyudutkan. Sehingga anak kita pun semakin nyaman
untuk berkata jujur.
Keempat, gunakan
media lain untuk berbicara jujur.
Sewaktu kecil,
mungkin karena sudah terlanjur takut untuk berbicara jujur, saya memcoba
menulis surat kepada orangtua. Saya menuliskan setiap kata yang rasanya sulit
saya ucapkan jika di hadapan mereka. Saya nyaman dengan kejujuran saya melalui
bentuk tulisan dan surat. Dari contoh pengalaman di atas, media tulisan bisa
menjadi alat yang nyaman untuk melatih anak untuk berbicara jujur. Namun kembali
lagi kepada kita. Jika telah mendapati kejujuran anak kita itu, tanggapi dengan
positif. Sehingga ia akan tetap berusaha terbuka meskipun melalui sebuah
tulisan.
Kelima, berikan
pujian atas keberanian anak untuk jujur.
Pujian bagi seorang anak merupakan hadiah
paling sederhana. Memberikan pujian pada anak sesuai dengan porsinya juga akan
menumbuhkan sikap percaya diri. Maka memberi pujian kepada anak yang telah
berkata jujur, merupakan hal yang paling tepat dilakukan. Dengan konsisten
melakukan hal tersebut, lambat laun anak pun akan tumbuh menjadi anak yang
berani berkata jujur dan lebih percaya diri. Memang terkadang jika anak kita
berbohong membuat emosi kita terpancing. Ketika anak kita berusaha terbuka dan
jujur atas kebohongannya, emosi kita akan mudah meledak karena kita sudah
terlanjur kecewa. Tanpa kita berpikir bahwa amarah yang kita luapkan itu bisa
membuat anak kita menjadi berkecil hati. Oleh karena itu ayah bunda tahan emosi
kita saat anak sedang jujur. Sehingga anak selalu merasa nyaman kejujurannya
kepada kita.
SDS IT ALFALAH