Rabu, 28 Agustus 2019




TIPS PENDIDIKAN

Melatih Kejujuran Bagi Anak

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allâh, dan hendaklah kalian bersama orang-orang yang jujur !
[At-Taubah/9:119]
Banyak terjadi saat ini, anak kecil  berbohong kepada orangtua. Mulai dari nilai yang jelek lalu  dirobek kertasnya, sampai dengan memakai uang pembayaran buku tanpa seizin orangtua meskipun dikembalikan lagi. Semua itu karena anak tidak berani untuk berkata jujur di hadapan kedua orangtua saya sendiri. Anak selalu dibayang-bayangi rasa takut untuk jujur kepada orangtua saya sendiri. Pasalnya jika jujur dan berterus terang pasti bapak atau ibu memberikan respons pertama kali dengan marah dan bentakkan. Kedua hal tersebut membuat anak berkecil hati untuk bersikap jujur. Itu semua sangat berdampak pada diri seorang anak saat ini. Terkadang anak selalu takut jika ingin berterus terang dalam hal apapun kepada orangtua saya sendiri.
Memarahi anak karena kejujurannya adalah salah besar. Terlebih kita adalah orangtua yang seharusnya selalu dipercaya oleh anak. Orang yang seharusnya selalu menjadi sahabat bagi anak. Serta orang yang alangkah baiknya menjadi pendengar setia bagi anak kita sendiri. Yang lebih dibutuhkan adalah membentuk karakter jujur pada diri anak adalah salah satu tugas mulia kita sebagai orangtua.

Berikut beberapa cara mudah untuk melatih anak kita jujur:

Pertama, jangan memberi respons negatif.

Saat anak mencoba untuk berkata jujur alangkah baiknya jika kita tak meresponsnya dengan bentakkan, marah atau memotong perkataan jujurnya. Semarah apapun kepada anak kita yang awalnya berbohong lalu ia mencoba bersikap dan berkata jujur, tak semestinya terburu-buru memarahinya. Hal tersebut akan berdampak pada kondisi psikis anak kita.

Kedua, jadilah pendengar setia : 

dengarkan secara menyeluruh.Menjadi pendengar yang baik untuk anak kita adalah tindakan yang tepat. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk respons positif untuk kejujurannya. Sekecewa apapun kita terhadap kebohongan yang sebelumnya anak kita lakukan, janganlah membuat kita menjadi melabeli anak kita seorang anak pembohong. Dengarkan setiap kata kejujuran dari bibir mungilnya. Biarkan ia berproses untuk menjadi anak yang berani dan bertanggung jawab atas kesalahannya. Buat anak kita merasa nyaman dengan kejujuran yang telah ia ungkapankan. Ini menunjukkan bahwa kita juga belajar menjadi orangtua yang lebih bijaksana.

Ketiga, ajak anak menyadari jujur adalah hal baik

Saya pernah mengalami kondisi seperti ini. Saat saya mendapati adik yang saat itu duduk di bangku kelas dua Sekolah Dasar menyembunyikan hasil nilai hariannya yang jelek. Sepulang sekolah, saya menjemput adik. Sampai di rumah, saya mengecek buku catatan hariannya di sekolah. Hal ini memang biasa saya lakukan hampir seminggu sekali. Karena saya ingin memantau perkembangan belajarnya. Saat saya membuka buku tersebut, ada bekas robekan halaman yang hilang. Saya pun bertanya pada adik saya, ”Halaman ini dimana?” Adik saya hanya menjawab, ”Disobek oleh teman.” Entah kenapa saya tak percaya begitu saja. Saya pun mencoba membuka setiap saku tasnya. Dan saya mendapat jawaban dari halaman buku yang sobek. Selembar kertas yang tertera angka ”nol” besar dengan pulpen merah. Saya mencoba meredam rasa marah saya. Saya melihat raut wajah adik, ia begitu takut. Matanya memerah menahan air mata. Saya kemudian bertanya kembali padanya, ”Mengapa nilaimu seperti ini?” Adik saya pun menjawab, ”Saya belum paham, Mbak.” Saya hanya tersenyum mendengar jawabannya. Saya paham betul karakternya. Jika memang mengatakan belum paham pasti dia memang betul-betul tidak paham pada pelajarannya di sekolah. Saya kembali berkata padanya, ”Dek, mbak tidak mempermasalahkan nilaimu. Nanti malam kita belajar bersama, agar besok nilaimu lebih baik. Mbak janji, kalau kamu semangat belajar dan nilaimu lebih baik akan mbak beri hadiah. Tapi alangkah baiknya jika kamu tak merobek bukumu. Bukumu menjadi tak rapi. Mbak lebih bangga karena kamu sudah mau bersikap jujur.” Dari pengalaman saya ini, saya menarik kesimpulan bahwa jika anak kita terlanjur melakukan kebohongan maka pancing pertanyaan yang membuatnya menjadi terbuka. Buat pertanyaan yang tidak menyudutkan. Sehingga anak kita pun semakin nyaman untuk berkata jujur.

Keempat, gunakan media lain untuk berbicara jujur.

Sewaktu kecil, mungkin karena sudah terlanjur takut untuk berbicara jujur, saya memcoba menulis surat kepada orangtua. Saya menuliskan setiap kata yang rasanya sulit saya ucapkan jika di hadapan mereka. Saya nyaman dengan kejujuran saya melalui bentuk tulisan dan surat. Dari contoh pengalaman di atas, media tulisan bisa menjadi alat yang nyaman untuk melatih anak untuk berbicara jujur. Namun kembali lagi kepada kita. Jika telah mendapati kejujuran anak kita itu, tanggapi dengan positif. Sehingga ia akan tetap berusaha terbuka meskipun melalui sebuah tulisan.

Kelima, berikan pujian atas keberanian anak untuk jujur.

 Pujian bagi seorang anak merupakan hadiah paling sederhana. Memberikan pujian pada anak sesuai dengan porsinya juga akan menumbuhkan sikap percaya diri. Maka memberi pujian kepada anak yang telah berkata jujur, merupakan hal yang paling tepat dilakukan. Dengan konsisten melakukan hal tersebut, lambat laun anak pun akan tumbuh menjadi anak yang berani berkata jujur dan lebih percaya diri. Memang terkadang jika anak kita berbohong membuat emosi kita terpancing. Ketika anak kita berusaha terbuka dan jujur atas kebohongannya, emosi kita akan mudah meledak karena kita sudah terlanjur kecewa. Tanpa kita berpikir bahwa amarah yang kita luapkan itu bisa membuat anak kita menjadi berkecil hati. Oleh karena itu ayah bunda tahan emosi kita saat anak sedang jujur. Sehingga anak selalu merasa nyaman kejujurannya kepada kita. 

SDS IT ALFALAH


Mengajari Anak Mempunyai Rasa Malu



SAHABAT KELUARGA AL FALAH
Rasa malu suatu sifat terpuji di dalam syariat Islam :
Dalam riwayat Muslim disebutkan,
اَلْـحَيَاءُ خَيْرٌ كُلُّهُ.
“Malu itu kebaikan seluruhnya.


– Rasa malu yang dimaksud dalam konteks ini adalah tak melakukan tindakan yang tidak baik di depan umum. Rasa malu merupakan bagian dari iman perlu ditanamkan pada anak-anak sejak dini.
Sebagai contoh, ketika orang tua selesai membantu anak mandi, ajarkanlah untuk segera menutup auratnya ketika keluar dari kamar mandi. Demikian juga ketika anak ingin buang gas, membuang kotoran hidung atau hal lain hendaknya orang tua mengajarkan pula untuk tidak melakukan di depan umum.
Jika rasa malu sudah ditanamkan dan dipahami anak, maka nilai-nilai kesopanan dan batas-batas perbuatan yang pantas akan melekat kuat hingga mereka dewasa.
Sebagai bukti, kita masih sering melihat anak laki-laki yang dibiarkan pipis di sembarang tempat. Hal ini tidak lepas dari kebiasaan orang tua yang memberikan instruksi ’salah’ pada anak laki-laki ketika ingin buang air kecil di tempat umum. ”Sudah pipis sini aja, tuh di bawah pohon.” Atau memakai pakaian yang tipis dan terbuka auratnya. Tentu ini menyebabkan sensor malu pada anak akan tidak aktif, karena kebiasaan-kebiasaan baik yang terlihat sederhana tidak diajarkan.
Ada beberapa kiat untuk memudahkan orang tua mengajarkan rasa malu pada anak. 
Pertama, pola kebiasaan orang tua dan lingkungan keluarga. Jika orang tua terbiasa keluar dari kamar mandi dengan memakai handuk sekenanya dan terkesan telanjang, maka dalam keseharian anak tidak menutup kemungkinan melakukan hal yang sama. Ingatlah, orang tua merupakan referensi model bagi anak.
Kedua, biasakan memberi penghargaan. Seperti ketika anak sudah bersikap sopan dengan berpakaian rapi ketika keluar dari kamar atau ketika batuk dengan menutup mulutnya. Orang tua pun dapat melibatkan diri ketika anak ingin melakukan hal yang tidak pantas, misal mengambilkan tisu, ketika anak akan bersin.
Ketiga, hindari juga membuat anak tertekan anak secara berlebihan. Apalagi memarahi anak ketika di depan umum. Jangan katakana, ”Ih, tidak sopan!” tapi katakan, ”Kamu sudah besar, yuk pakai baju yang rapi, jangan lupa ya!” Ini akan lebih mengena.
Anak dapat saja merasa tersinggung  dan akhirnya ogah-ogahan untuk menuruti nasihat ibunya jika ia ditegur di depan umum. Untuk itu nasihati anak ketika di kamarnya atau ketika memakaikan baju pada anak.
Keempat, ketika memberi pengertian cari kata-kata dan cara yang pas dengan karakter anak. Lakukan secara berkelanjutan dan jangan bosan-bosan untuk mengingatkan anak jika berperilaku tidak pantas. 
Kelima : selalu doakan anak dalam kebaikan dan awasi pergaulannya dengan anak anak yang baik dan mempunyai rasa malu.
SDS IT ALFALAH


Minggu, 25 Agustus 2019


TIPS PENDIDIKAN

Memilihkan Teman Yang Baik Untuk Anak.

Siapa teman dekat putra putri kita, orang tua hendaknya mengetahuinya dengan baik, karena teman sangat berpengaruh terhadap agama dan akhlak anak kita.

الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ


Orang itu tergantung agama temannya. Maka lihatlah siapa teman kalian. 

(Abu Daud dan Tirmidzi)

Maka orang tua hendaknya selalu berkomunikasi dengan guru, siapa teman duduknya, siapa teman bermainnya. Dan memilihkan teman yang baik untuk anaknya.

Berikut kriteria teman yang baik :

1. Selalu Mengajak Pada Kegiatan – Kegiatan Positif
Kegiatan atau pun aktivitas yang anda lakukan sehari – hari, akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan diri anda di masa yang akan datang. Untuk itu anda wajib memilih sekolah dan teman yang selalu mengajak kepada suatu kegiatan yang positif, seperti menghafal Al Qur’an dan shalat jama’ah.
2. Pilihlah Teman yang Jujur
Sosok yang mengedepankan kejujuran dalam islam tentu saja sangat membantu anda dalam membentuk karakter atau pun menemukan jati diri. Teman yang menjunjung tinggi sifat jujur, pasti akan sangat terbuka dengan anda mengenai apapun yang berhubungan dengan anda.
Jika ia tidak suka akan berkata tidak suka dan kemudian menjelaskan alasan kenapa tidak suka. Yang memperbaiki dan menasihati jika anak kita jatuh dalam kesalahan.
3. Pilihlah Teman yang Amanah
Seorang teman yang mempunyai sifat amanah dalam islam, pasti akan memperhatikan dengan baik apa yang anda titipkan atau pun percayakan kepadanya. Misalnya saja saat anda sedang mengalami masalah dan membutuhkan sosok teman untuk meringankan beban anda setelah anda menceritakannya. Menjaga rahasia dan menjaga harga diri dan kehormatan orang lain. Nah disinilah letak kepercayaan terhadap amanah yang anda titipkan kepadanya. Jika teman anda amanah, maka dia akan berusaha untuk tidak memberitahukan masalah anda kepada orang lain, karena siapa tau masalah tersebut adalah aib yang tidak baik jika diumbar ke sembarang orang.



Selasa, 20 Agustus 2019


TIPS PENDIDIKAN
Agar Anak Berbakti Kepada Orang Tua
Allah berfirman:

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada orang tuanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kalian kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Ku lah kalian kembali” [Luqman : 14]
Berikut beberapa cara dan usaha orang tua agar anak bisa berbakti :
1.  Berdoa Agar Anaknya Menjadi Anak Yang Berbakti
Doa orang tua untuk anak-anaknya adalah doa yang mudah diijabah oleh Allah. Maka bila orang tua ingin anaknya menjadi anak yang shalih dan berbakti, doakan mereka.
Rasulullah bersabda sebagaimana disampaikan oleh Abu Hurairah,
 ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
“Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang tua, doa orang yang bepergian (safar) dan doa orang yang dizholimi.” (HR. Abu Daud no. 1536. Syaikh Al Albani katakan bahwa hadits ini hasan).
Allah berfirman,

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada kami, isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Furqan: 74)

2. Memberi Teladan
Orangtua perlu memberi contoh kepada anaknya dalam hal berbakti lewat sikap mereka kepada orangtua. Apa yang sudah ia lakukan pada ibu-bapaknya dan apa yang sudah dia lakukan untuk membuat anaknya taat kepadanya. Dalam hadist disebutkan, Rasulullah bersabda,
 بَرُّوا اَبَاءَكُمْ تَبِرُّكُمْ أَبْنَاؤُكُمْ
“Berbaktilah kalian kepada orangtuamu, niscaya anak kalian akan berbakti pada kalian.” (HR. Hakim).
Seperti apa perlakuan kita pada orangtua, hal itulah yang menjadi sebab perlakuan anak kita pada kita. Al-jaza’ min jinsil amal, balasan itu tergantung dengan perbuatan.


3. Membacakan buku cerita sebelum tidur.
Kisah anak anak yang berbakti dan keutamaan mereka, Ada banyak kisah tentang hal ini, misalnya: 1. Kisah tentang tiga orang yang terjebak di dalam goa kemudian dibebaskan oleh Allah lantaran bakti salah satu dari mereka kepada orang tuanya. 2. Kisah Uwais al-qarni, seorang tabiin yanb berbakti sehingga setiap doanya dikabulkan. 3. Kisah sahabat yang tak boleh berangkat jihad karena mengurus orang tuanya, dan lainnya. Atau kisah sedih para pendurhaka, seperti kisah Juraij.

4. Menanamkan Adab tata krama.
Imam an-Nawawi menyebutkan satu hadits dalam kitabnya, al-Adzkar, “Nabi melihat seseorang bersama anaknya. Maka Nabi bertanya kepada anak tersebut, ‘siapakah ini yang bersamamu?’, Ia menjawab, ‘Ayahku.’ Lalu Nabi bersabda, ‘jangan berjalan di depannya dan jangan membuatnya marah kepadamu. Jangan pula duduk di depannya dan jangan memanggil namanya langsung.”
Mengajarakan akhlak, sopan santun adalah kewajiban para orang tua. Imam bukhari menyebutkan perkataan Walid bin Numair dalam al-Adabul Mufrad bahwa dahulu orang-orang shalih berkata, “kebaikan adalah berasal dari Allah sedangkan adab atau tata krama adalah berasal dari orang tua.” Ketika orang tua tidak mengajarkan akhlak yang baik kepada anaknya besar kemungkinan sang anak akan berperilaku buruk kepada kedua orang tuanya.



Senin, 19 Agustus 2019


Mendidik Anak Agar Mau Melaksanakan Salat 5 Waktu

Pagi itu ada seorang guru menanyakan pada anak-anak tentang siapa saja yang tadi salat Subuh. Betapa kagetnya, sebagian besar siswa menjawab bahwa mereka kesiangan untuk salat Subuh. Kemudian ditanyakan lagi apakah salat lima waktu dilaksanakan semua. Tanpa malu mereka mengatakan bahwa salatnya masih bolong-bolong. Salat Subuh kesiangan, Dhuhur dan Asar masih tidur. Magrib mereka baru melaksanakan salat sedangkan Isya pun kadang tidak dilaksanakan.

Itulah kenyataan anak zaman now. Salatnya masih bolong-bolong. Masih banyak anak belum merasa berkewajiban untuk salat lima waktu. Salat belum menjadi kebutuhan anak-anak tetapi masih menjadi beban. Mereka bisa berlama-lama bermain gawai atau game tetapi enggan melaksanakan kewajiban untuk beribadah. Oleh karena itu, orangtua harus bisa mengajarkan anak sedini mungkin untuk salat. Seperti kita ketahui bersama bahwa seorang anak berusia tujuh tahun harus dibiasakan salat.

Sebagaimana Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda, :

مُرُوْا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِيْنَ ، وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
"Perintahlah anak-anakmu agar mendirikan shalat tatkala mereka telah berumur tujuh tahun, dan pukullah karenanya tatkala mereka telah berumur sepuluh tahun." (HR. Abu Dawud dan Al- Hakim)

Apa saja yang harus dilakukan orangtua agar anak-anak kita mau dengan ikhlas melaksanakan perintah Allah ta’ala, yaitu salat lima waktu?

Pertama, memberi pengertian Orangtua sebaiknya memberikan pemahaman kepada anak akan pentingnya salat bagi umat muslim. Perlu pendekatan dari hati ke hati. agar anak mudah mengerti. Sampaikan bahwa sholat sebagai sarana berkomunikasi dengan Allah.

Kedua, keteladanan Keteladanan adalah kunci utama agar anak lebih mengerti akan apa yang kita ajarkan. Seribu kata tak ada gunanya kalau tak ada keteladaan dari orangtua. Jika kita menginginkan anak kita salat lima waktu, orangtua pun harus memberi contoh. Kita bisa ajak salat masjid. Cara ini akan membuat anak senang karena bisa bertemu teman-temannya. Selain hubungan dengan anak menjadi lebih akrab, ada keteladanan yang akan jadi panutan anak untuk salat.

Ketiga, membuat absensi keaktifan salat Beri kepercayaan pada anak untuk membuat catatan semacam absensi untuk kegiatan salat. Kita sediakan karton berwarna agar menarik. Ajarkan membuat kolom yang berisi hari tanggal dan kolom Isya sampai Magrib. Silakan anak memberi tanda ceklis (V) jika telah melaksanakan salat. Orangtua wajib memantau perkembangan salat anak lewat bukti catatan sekaligus berusaha membersamai salat kala ada di rumah. Kejujuran itu penting. Anak harus berani bicara kalau anak tidak melaksanakan. Tak ada salahnya pemberian reward apabila anak yang salatnya tidak bolong-bolong. Tak usah mahal, misalnya belikan buku atau bisa juga dengan buka bersama di luar.
Keempat, meningkatkan komunikasi Komunikasi amat penting untuk keberlangsungan tumbuh kembang anak dalam beribadah. Orangtua tak jemu-jemu untuk mengingatkan. Misalnya orangtua tidak di rumah, bisa selalu berkomunikasi dengan telepon, dah salat belum sayang ? Ini juga merupakan bentuk kasih sayang dan perhatian pada anak. Dengan cara ini insyaAllah anak merasa diperhatikan dan akan melaksanakan kewajiban sebagai umat muslim.

Kelima, mendoakan Mendoakan anak agar taat beribadah adalah hal penting yang harus dilakukan orangtua. Harapan kita bahwa anak-anak menjadi anak saleh. Amalan yang tidak akan putus ketika meninggal jika bisa menjadikan anak-anak saleh. Mendoakan agar anak saleh dan rajin salat adalah keharusan. Dengan kelima hal tersebut, anak akan melakukan ibadah salat dengan ikhlas tanpa beban. Semoga anak-anak kita bisa menjadi saleh. Dengan pertolongan Allah, anak- anak akan rajin sholat.

SDS IT ALFALAH

Minggu, 18 Agustus 2019


Tips Pendidikan.
Mengajari Anak Mengenal ALLAH Ta’ala



Sahabat keluarga Al Falah 

Tauhid adalah fitrah manusia, semua manusia sejak kecil saat di dalam rahim telah ada perjanjian : bahwa Allah ta’ala penciptanya dan menyembah hanya kepadaNya :
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
[al a’raf 172]
Mengenal Allah Ta’ala perlu ditanamkan pada anak sejak dini. Kenapa? Penanaman nilai-nilai tauhid sejak kecil akan mengajak anak lebih taat dan menjiwai agamanya serta mengokohkan fondasi keagamaan baginya saat dewasa.
Anak-anak remaja yang suka melakukan berbagai hal negatif, seperti perusakan, mabuk-mabukan, perkelahian antar pelajar, mencontek, berkata tidak baik, tidak menghormati orang lain dan lain sebagainya merupakan dampak dari tidak kuatnya pengenalan akan Allah sejak kecil. Mereka semakin buta, mencari makna kesenangan dengan hal-hal yang bahkan dapat membahayakan diri hanya karena ingin dibilang kekinian.
Lalu bagaimana cara orang tua mengenalkan Allah kepada anak? Berikut beberapa hal sederhana yang dapat diberikan orang tua kepada anak:
1.     Pertama, ajak anak ke tempat ibadah.
Biasakan mengajak anak ke tempat ibadah. Terkadang, banyak orang tua yang malas untuk mengajak anaknya ke tempat ibadah, alasannya karena anak pasti rewel dan mengganggu orang-orang di sekitarnya dan orang tua tidak mau malu dan direpotkan hal tersebut. Harusnya, orang tua mampu meminimalisir efek tersebut dengan cara memberi pemahaman dulu sebelum pergi ke tempat ibadah. Misal, “Dik, nanti ayah ajak ke masjid, tapi ada syaratnya ya, tidak boleh rame di masjid. ”
2.     Kedua, biasakan anak berdoa sebelum dan sesudah beraktivitas.
Alangkah baiknya orang tua menjadi teladan untuk anak dalam berbagai hal. Misal,  saat akan memulai dan mengakhiri aktivitas, ajaklah anak untuk berdoa. Pembiasaan ini akan selalu mengingatkan anak untuk selalu berdoa dalam berbagai hal.
3.     Ketiga, berikan pemahaman tentang Allah melalui penampakan alam.
 Ajaklah anak-anak untuk berlibur melihat indahnya alam. Ajaklah anak-anak main ke pantai, gua, gunung, kebun binatang dan lain sebagainya. Saat anak tengah terpukau dengan berbagai keindahan alam tersebut, ajaklah anak berbicara. “Pemandangan pantainya bagus ya dik. Yang menciptakan alam dan segala isinya termasuk pantai itu Allah. Allah itu Maha Besar yang telah menciptakan segala sesuatu dengan sempurna”.
4.     Keempat, berikan pemahaman tentang ketuhanan melalui penampakan yang ada di tubuh kita
Tubuh kita yang begitu sempurna adalah ciptaan Allah. Coba perhatikan mata kita, telinga kita, coba kalau ada yang sakit.
5.     Kelima : halal haram
Berikan pengetahuan untuk anak tentang hal-hal yang dilarang dan diperbolehkan untuk dilakukan oleh Allah. Berikan pengetahuan dan pemahaman tentang hal-hal yang Allah sukai dan hal-hal yang tidak Allah sukai. Misal, tegurlah anak ketika ia makan menggunakan tangan kiri, berkata yang tidak baik dan lain sebagainya. Katakan kepada anak bahwa Allah  tidak menyukai hal demikian dan Allah lebih menyukai makan menggunakan tangan kanan dan berkata yang baik dan jujur.
6.     Keenam, ajari anak untuk bersyukur.
 Mengajari anak bersyukur dapat dilakukan setiap waktu. Seberapapun nikmat yang Allah berikan, maka bersyukurlah. Berikan contoh kepada anak cara bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan, misal, sedekah, membantu teman yang kesusahan, berbagi makanan dan lain sebagainya.