Pendidikan Anak Berbasis Adab Budi Pekerti.
Bagian Kelima : Adab Budi Pekerti Tidur
Pertama:
Tidurlah dalam keadaan berwudhu.
Hal ini berdasarkan hadits Al Baro’ bin ‘Azib,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا
أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ لِلصَّلاَةِ ، ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى
شِقِّكَ الأَيْمَنِ
“Jika kamu mendatangi tempat tidurmu maka
wudhulah seperti wudhu untuk shalat, lalu berbaringlah pada sisi kanan badanmu”
(HR. Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)
Kedua : Sebelum berbaring mengibaskan tempat
tidurnya.
“ Jika salah seorang di
antara kalian akan tidur, hendaklah mengambil potongan kain dan mengibaskan
tempat tidurnya dengan kain tersebut sambil mengucapkan, ‘bismillaah,’ karena
ia tidak tahu apa yang terjadi sepeninggalnya tadi.” (HR. Al-Bukhari,
Muslim, at-Tirmidzi dan Abu Dawud)
Ketiga:
Tidur berbaring pada sisi kanan.
Hal ini berdasarkan hadits di atas. Adapun
manfaatnya sebagaimana disebutkan oleh Ibnul Qayyim, “Tidur berbaring pada sisi
kanan dianjurkan dalam Islam agar seseorang tidak kesusahan untuk bangun shalat
malam. Tidur pada sisi kanan lebih bermanfaat pada jantung. Sedangkan tidur
pada sisi kiri berguna bagi badan (namun membuat seseorang semakin malas)”
(Zaadul Ma’ad, 1/321-322).
Keempat: Meniup kedua telapak tangan sambil membaca surat
Al Ikhlash (qul huwallahu ahad), surat Al Falaq (qul a’udzu bi robbil falaq),
dan surat An Naas (qul a’udzu bi robbinnaas), masing-masing sekali. Setelah itu
mengusap kedua tangan tersebut ke wajah dan bagian tubuh yang dapat dijangkau.
Hal ini dilakukan sebanyak tiga kali. Inilah yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam sebagaimana dikatakan oleh istrinya ‘Aisyah.
Dari ‘Aisyah, beliau radhiyallahu ‘anha berkata,
كَانَ
إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ
فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا ( قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ
بِرَبِّ الْفَلَقِ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ) ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا
مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا
أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika
berada di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak
tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul
huwallahu ahad’ (surat Al Ikhlash), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (surat Al
Falaq) dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (surat An Naas). Kemudian beliau
mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau
dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang
demikian sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari no. 5017). Membaca Al Qur’an
sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ini
lebih menenangkan hati dan pikiran daripada sekedar mendengarkan alunan musik.
Kelima:
Membaca ayat kursi sebelum tidur.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata,
وَكَّلَنِى
رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – بِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ ، فَأَتَانِى
آتٍ ، فَجَعَلَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ ، فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لأَرْفَعَنَّكَ
إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – . فَذَكَرَ الْحَدِيثَ فَقَالَ
إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ لَنْ يَزَالَ
عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ ، وَلاَ يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ .
فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « صَدَقَكَ وَهْوَ كَذُوبٌ ، ذَاكَ
شَيْطَانٌ »
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menugaskan
aku menjaga harta zakat Ramadhan kemudian ada orang yang datang mencuri makanan
namun aku merebutnya kembali, lalu aku katakan, “Aku pasti akan mengadukan
kamu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam“. Lalu Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan suatu hadits
berkenaan masalah ini. Selanjutnya orang yang datang kepadanya tadi berkata, “Jika
kamu hendak berbaring di atas tempat tidurmu, bacalah ayat Al Kursi karena
dengannya kamu selalu dijaga oleh Allah Ta’ala dan syetan tidak akan dapat
mendekatimu sampai pagi“. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Benar apa yang dikatakannya padahal dia itu pendusta. Dia itu syetan“.
(HR. Bukhari no. 3275)
Keenam:
Membaca do’a sebelum tidur “Bismika allahumma amuutu wa ahyaa”.
Dari Hudzaifah, ia berkata,
كَانَ
النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ قَالَ « بِاسْمِكَ
اللَّهُمَّ أَمُوتُ وَأَحْيَا » . وَإِذَا اسْتَيْقَظَ مِنْ مَنَامِهِ قَالَ «
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا ، وَإِلَيْهِ
النُّشُورُ »
“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
hendak tidur, beliau mengucapkan: ‘Bismika allahumma amuutu wa ahya (Dengan
nama-Mu, Ya Allah aku mati dan aku hidup).’ Dan apabila bangun tidur, beliau
mengucapkan: “Alhamdulillahilladzii ahyaana ba’da maa amatana wailaihi nusyur
(Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami,
dan kepada-Nya lah tempat kembali).” (HR. Bukhari no. 6324)
Masih ada beberapa dzikir sebelum tidur lainnya
yang tidak kami sebutkan dalam tulisan kali ini. Silakan menelaahnya di buku
Hisnul Muslim, Syaikh Sa’id bin Wahf Al Qohthoni.
Ketujuh:
doa jika bangun dipertengahan malam
عن عبادة بن الصامت رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال من تعار
من الليل فقال : لا إله إلا الله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد وهو على كل
شيء قدير الحمد لله وسبحان الله ولا إله إلا الله والله أكبر ولا حول ولا قوة إلا
بالله ، ثم قال اللهم اغفر لي أو دعا استجيب له فإن توضأ ثم صلى قبلت صلاته
رواه البخاري وأبو داود
والترمذي والنسائي وابن ماجه
Dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit radhiallahu ‘anhu dari
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam; beliau bersabda, “Barang siapa yang terbangun dari
tidurnya pada malam hari, kemudian dia mengucapkan, ‘La
ilaha illallah wahdahu la syarika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala
kulli syay-in qadir, alhamdulillah wa subhanallah wa la ilaha illallah wallahu
akbar, wa la hawla wa la quwwata illa billah*‘ kemudian dia berkata ‘Ya Allah,
ampunilah aku’ atau dia memanjatkan doa, hal tersebut (istigfar maupun doa itu)
akan dikabulkan. Kemudian jika dia berwudhu lalu
mendirikan shalat, shalatnya tersebut akan diterima (di sisi Allah).” (Hadits
shahih; riwayat Al-Bukhari, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah;
lihat Shahih
At-Targhib wa At-Tarhib, 1:149)
Kedelapan : doa bangun tidur
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ
الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرِ
“Alhamdullillahilladzi ahyaanaa bada maa amaatanaa wa
ilaihin nushur” [artinya: Segala puji bagi Allah, yang telah
membangunkan kami setelah menidurkan kami dan kepada-Nya lah kami
dibangkitkan]. (HR. Bukhari no. 6325)