Cara Cerdas Orangtua
Zaman Old Mendidik Generasi
لَيْسَ
مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا
“Bukan
golongan kami orang yang tidak menyayangi yang lebih muda atau tidak
menghormati yang lebih tua.”
(HR.
at-Tirmidzi no. 1842 dari shahabat Anas bin Malik)
SAHABAT KELUARGA AL FALAH - Kemunculan internet dan perkembangan
teknologi jelas membawa perubahan dalam kehidupan. Bahkan berakibat pada
pengelompokkan generasi. Generasi Y (millenial) adalah generasi yang dilahirkan
dalam rentang waktu 1981-1994, generasi Z adalah generasi yang dilahirkan tahun
1995-2010, dan genarasi teranyar adalah generasi alpha atau juga dikenal dengan
Gen A, yakni anak-anak yang dilahirkan di atas tahun 2010.
Generasi alpha diklaim sebagai generasi paling cerdas. Sebab mereka
dilahirkan saat teknologi sedang berkembang sangat pesat. Tak heran jika diusia
belia mereka telah mahir mengunakan gawai dan alat-alat canggih lainnya.
Sebagai orang tua kita harus ”melek” teknologi agar bisa membimbing dan
mengarahkan generasi Alpha agar tidak terbawa pengaruh negatif teknologi.
Namun, bukan berarti cara didik ”orang tua zaman old” ditinggalkan
sepenuhnya, mengingat agama Islam yang kita peluk mengajarkan kita menghormati
orang yang lebih tua dan adat ketimuran yang kita anut. Selain itu, tidak
dipungkiri pola asuh orangtua zaman old sedikit banyak telah memberikan
kontribusi positif dalam keluarga. Pola asuh orang tua zaman old yang perlu
dipertahankan dan masih sangat relevan dalam mendidik generasi alpha
diantaranya adalah:
1. Pendidikan Agama Menjadi
Pondasi Pokok Kehidupan :
Sekolah di dua tempat Hal yang biasa bagi emak-emak zaman old
menyekolahkan anak mereka di dua tempat. Pagi hari sekolah umum dan sorenya
sekolah agama. Hal ini dilakukan karena orangtua menyadari bahwa pondasi agama
yang kokoh sangat dibutuhkan anak. Minimnya pengetahuan agama yang dimiliki,
membuat orangtua ’menitipkan’ anak-anaknya pada sekolah agama atau madrasah
pada jam pulang sekolah. Agak sedikit berbeda dengan Gen A yang lebih banyak
mengisi waktunya di bimbel untuk mengejar target pengetahuan dan perkembangan
dunia. Alangkah baiknya orangtua zaman now menjadwalkan anak-anak Gen A untuk
belajar di sekolah agama. Mendatangi dan belajar langsung pada guru-guru agama
yang kompeten di bidangnya. Banyak sekolah agama yang masih eksis meski
bertebaran aplikasi digital berbasis pendidikan agama. Belajar secara langsung
tentu akan mendapatkan hasil yang ”berbeda” terhadap penanaman nilai-nilai
agama bagi anak.
2. Jalin Silaturahmi
Dan Sosialisasi Yang Baik
Mengajak anak-anak arisan keluarga Semakin bertambah usia, anak-anak
semakin enggan ikut serta dalam arisan keluarga. Anak mulai memiliki kesibukan
sendiri dengan teman atau kegiatan sekolahnya. Sepertinya kebiasaan orangtua
zaman dulu yang selalu membawa ’rombongan’ dalam arisan keluarga perlu dihidupkan
kembali. Sebab tidak dipungkiri arisan keluarga adalah ajang silaturahmi
memperkenalkan dan menguatkan ikatan kekeluargaan di antara sanak famili yang
kian memudar di era digital. Meski kecanggihan teknologi membuat jarak semakin
tak berarti, tetapi pertemuan secara fisik juga penting untuk menumbuhkan
ikatan batin kekeluargaan, menanamakan rasa saling mencintai, menghormati serta
menghargai nilai positif dalam keluarga.
3. Sangat Menghormati
Guru.
Zaman old guru sangat dihormati dan dimuliakan oleh murid. Orang tua juga
mengajarkan anaknya untuk menghormati gurunya. Berbeda dengan sekarang banyak
guru yang direndahkan oleh orang tua wali murid.
Bersilaturahmi ke rumah guru, orangtua terutama ibu zaman old selalu
mengajak anak-anaknya bersilaturahmi ke rumah guru-guru sebagai wujud hormat
dan takzim terhadap guru. Mengikat kasih sayang dan kepercayaan antara guru,
orangtua, dan anak sebagai satu kesatuan dalam upaya meraih keberkahan ilmu.
Dengan cara ini, kasus lapor-melapor antara orangtua dan guru yang sering
terjadi dalam dunia pendidikan kita saat ini akibat perbedaan persepsi bisa
diminimalisir.
Berbeda dengan zaman now guru yang harus “sowan” ke rumah wali murid.
4. Budaya Menabung
Budaya menabung dengan serbuan tanyangan komersial diberbagai media
mempengaruhi pola hidup masyarakat menjadi konsumtif, tak terkecuali anak-anak.
Menabung adalah kata yang mudah diucapkan, namun nyatanya sulit dilakukan.
Orangtua zaman old mendidik anak-anaknya untuk menyisihkan uang sakunya dalam
sebuah celengan. Gen A pun perlu diajarkan menabung. Menabung tidak harus di
bank. Mulailah dengan menghadiahi celengan pada anak-anak. Dengan celengan
sebagai hadiah, membangun persepsi pada anak bahwa celengan adalah sesuatu yang
spesial dan berharga. Kebiasaan nyelengi dapat melatih anak mengelola keuangan,
berhemat, dan menghargai uang.
5. Selalu Mendamping
Belajar Anak Di Kamar.
Menciptakan iklim
belajar yang kondusif sehingga memberikan dampak poitif dalam dunia pendidikan di
Indonesia. Generasi Alpha sebagai generasi pertama di abad ke-22
membutuhkan pendampingan cerdas agar teknologi yang telah mejadi dunianya tidak
menjadi bumerang. Keberhasilan orangtua kita dalam mendidik kita seharusnya
bisa kita jadikan patokan untuk diadaptasi dalam mendidik Gen A yang lahir di
rumah kita. Ingat, bahwa anak-anak adalah investasi masa depan yang harus
dipersiapkan sebaik-baiknya.
Siapa yang
mendampingi anak zaman now di kamarnya : HP nya.
SDS IT ALFALAH