Rabu, 30 Oktober 2019

Cara Cerdas Orangtua Zaman Old Mendidik Generasi

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا

“Bukan golongan kami orang yang tidak menyayangi yang lebih muda atau tidak menghormati yang lebih tua.”

(HR. at-Tirmidzi no. 1842 dari shahabat Anas bin Malik)


SAHABAT KELUARGA AL FALAH - Kemunculan internet dan perkembangan teknologi jelas membawa perubahan dalam kehidupan. Bahkan berakibat pada pengelompokkan generasi. Generasi Y (millenial) adalah generasi yang dilahirkan dalam rentang waktu 1981-1994, generasi Z adalah generasi yang dilahirkan tahun 1995-2010, dan genarasi teranyar adalah generasi alpha atau juga dikenal dengan Gen A, yakni anak-anak yang dilahirkan di atas tahun 2010.

Generasi alpha diklaim sebagai generasi paling cerdas. Sebab mereka dilahirkan saat teknologi sedang berkembang sangat pesat. Tak heran jika diusia belia mereka telah mahir mengunakan gawai dan alat-alat canggih lainnya. Sebagai orang tua kita harus ”melek” teknologi agar bisa membimbing dan mengarahkan generasi Alpha agar tidak terbawa pengaruh negatif teknologi.

Namun, bukan berarti cara didik ”orang tua zaman old” ditinggalkan sepenuhnya, mengingat agama Islam yang kita peluk mengajarkan kita menghormati orang yang lebih tua dan adat ketimuran yang kita anut. Selain itu, tidak dipungkiri pola asuh orangtua zaman old sedikit banyak telah memberikan kontribusi positif dalam keluarga. Pola asuh orang tua zaman old yang perlu dipertahankan dan masih sangat relevan dalam mendidik generasi alpha diantaranya adalah:

1.  Pendidikan Agama Menjadi Pondasi Pokok Kehidupan :

Sekolah di dua tempat Hal yang biasa bagi emak-emak zaman old menyekolahkan anak mereka di dua tempat. Pagi hari sekolah umum dan sorenya sekolah agama. Hal ini dilakukan karena orangtua menyadari bahwa pondasi agama yang kokoh sangat dibutuhkan anak. Minimnya pengetahuan agama yang dimiliki, membuat orangtua ’menitipkan’ anak-anaknya pada sekolah agama atau madrasah pada jam pulang sekolah. Agak sedikit berbeda dengan Gen A yang lebih banyak mengisi waktunya di bimbel untuk mengejar target pengetahuan dan perkembangan dunia. Alangkah baiknya orangtua zaman now menjadwalkan anak-anak Gen A untuk belajar di sekolah agama. Mendatangi dan belajar langsung pada guru-guru agama yang kompeten di bidangnya. Banyak sekolah agama yang masih eksis meski bertebaran aplikasi digital berbasis pendidikan agama. Belajar secara langsung tentu akan mendapatkan hasil yang ”berbeda” terhadap penanaman nilai-nilai agama bagi anak.

2.  Jalin Silaturahmi Dan Sosialisasi Yang Baik

Mengajak anak-anak arisan keluarga Semakin bertambah usia, anak-anak semakin enggan ikut serta dalam arisan keluarga. Anak mulai memiliki kesibukan sendiri dengan teman atau kegiatan sekolahnya. Sepertinya kebiasaan orangtua zaman dulu yang selalu membawa ’rombongan’ dalam arisan keluarga perlu dihidupkan kembali. Sebab tidak dipungkiri arisan keluarga adalah ajang silaturahmi memperkenalkan dan menguatkan ikatan kekeluargaan di antara sanak famili yang kian memudar di era digital. Meski kecanggihan teknologi membuat jarak semakin tak berarti, tetapi pertemuan secara fisik juga penting untuk menumbuhkan ikatan batin kekeluargaan, menanamakan rasa saling mencintai, menghormati serta menghargai nilai positif dalam keluarga.  

3.  Sangat Menghormati Guru.

Zaman old guru sangat dihormati dan dimuliakan oleh murid. Orang tua juga mengajarkan anaknya untuk menghormati gurunya. Berbeda dengan sekarang banyak guru yang direndahkan oleh orang tua wali murid.

Bersilaturahmi ke rumah guru, orangtua terutama ibu zaman old selalu mengajak anak-anaknya bersilaturahmi ke rumah guru-guru sebagai wujud hormat dan takzim terhadap guru. Mengikat kasih sayang dan kepercayaan antara guru, orangtua, dan anak sebagai satu kesatuan dalam upaya meraih keberkahan ilmu. Dengan cara ini, kasus lapor-melapor antara orangtua dan guru yang sering terjadi dalam dunia pendidikan kita saat ini akibat perbedaan persepsi bisa diminimalisir.
Berbeda dengan zaman now guru yang harus “sowan” ke rumah wali murid.

4.  Budaya Menabung

Budaya menabung dengan serbuan tanyangan komersial diberbagai media mempengaruhi pola hidup masyarakat menjadi konsumtif, tak terkecuali anak-anak. Menabung adalah kata yang mudah diucapkan, namun nyatanya sulit dilakukan. Orangtua zaman old mendidik anak-anaknya untuk menyisihkan uang sakunya dalam sebuah celengan. Gen A pun perlu diajarkan menabung. Menabung tidak harus di bank. Mulailah dengan menghadiahi celengan pada anak-anak. Dengan celengan sebagai hadiah, membangun persepsi pada anak bahwa celengan adalah sesuatu yang spesial dan berharga. Kebiasaan nyelengi dapat melatih anak mengelola keuangan, berhemat, dan menghargai uang.

5.  Selalu Mendamping Belajar Anak Di Kamar.

Menciptakan iklim belajar yang kondusif sehingga memberikan dampak poitif dalam dunia pendidikan di Indonesia.   Generasi Alpha sebagai generasi pertama di abad ke-22 membutuhkan pendampingan cerdas agar teknologi yang telah mejadi dunianya tidak menjadi bumerang. Keberhasilan orangtua kita dalam mendidik kita seharusnya bisa kita jadikan patokan untuk diadaptasi dalam mendidik Gen A yang lahir di rumah kita. Ingat, bahwa anak-anak adalah investasi masa depan yang harus dipersiapkan sebaik-baiknya.

Siapa yang mendampingi anak zaman now di kamarnya : HP nya.

SDS IT ALFALAH


Tidak ada komentar:

Posting Komentar