Strategi Penumbuhan Karakter Kepada Anak
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
Dan
sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
-surat-al-qalam-ayat-4.
-surat-al-qalam-ayat-4.
SAHABAT KELUARGA AL FALAH-
Penguatan Pendidikan Karakter semakin mencuat
dengan diterapkannya Kurikulum 2013 oleh pemerintah. Penerapan K 13 juga
menunjukkan mulai seriusnya pemerintah kita dalam perbaikan karakter anak bangsa,
terutama karakter spiritual dan moral.
Bagaimana bentuk dan strategi pendidikan karakter yang efektif alias
berdaya dampak pada perubahan karakter siswa?
Metode pembelajaran karakter tidaklah sama dengan pembelajaran untuk
mencerdaskan siswa. Apalagi di zaman yang serba internet saat ini. Siswa dapat
memperoleh pengetahuan secara mudah tanpa guru sekalipun, dengan melalui membaca, searching di google,
bahkan melalui media sosial lebih menarik.
berbada dalam penumbuhan karakter butuh belajar langsung dan bimbingan
dari para guru.
Ibnul
Mubarok berkata,
تعلمنا الأدب ثلاثين عاماً، وتعلمنا العلم عشرين
“Kami mempelajari masalah adab itu selama 30 tahun -langsung
dari guru-sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun.”
Lalu bagaimana kiat dan tips karakter dapat ditumbuhkan?
1. Keteladanan, memberi model dan contoh bagi anak :
Harus ada figur yang bisa menjadi contoh baik dan keteladanan, baik di
sekolah dari para guru dan di rumah dari para orang tua. Karena anak kecil
tidak bisa memahami perintah yang abstrak, harus ada sesuatu yang kongkret
untuk bisa dilihat.
Jika guru dan orang tua ingin menumbuhkan karakter yang baik kepada
anak, maka mereka dulu yang harus terlebih dulu melakukan dan memberi contoh.
Misalnya : ingin menumbuhkan karakter rajin shalat dhuha pada anak, tidak
bisa jalan hanya sekedar perintah : “ sana nak shalat dhuha dulu!
Tanpa diberi contoh, maka guru dan orang tua harus rutin dan disiplin
mengerjakan terlebih dulu sebelum mengajak kepada anak.
2. Pembiasaan rutin :
Karakter yang baik akan bisa tumbuh dari seorang
anak, jika dibiasakan dan rutin dikerjakan.
Misalnya : ingin menumbuhkan karakter rajin shalat
dhuha pada anak, setelah memberi keteladanan, maka anak dibiasakan rutin untuk
mengerjakan. Di sekolah misalnya setiap sebelum pelajaran setiap hari murid
dibiasakan berwudhu dan shalat dhuha. Di rumah saat liburan orang tua juga
selalu mengingatkan setelah mandi dan berwudhu, selalu kerjakan shalat dhuha.
3. Kata-kata positif yang mampu mempengaruhi pola pikir :
Berupa nasihat jika ada pelanggaran dan keteledoran, dengan pendekatan
personal.
Kenapa nak, hari ini tidak shalat dhuha? Mungkin sedang sakit, mungkin
sedang sedih, maka didekati, beri evaluasi dan solusi.
Juga beri doa kebaikan bagi yang rajin mengerjakan: “baarakallah fiikum”
“ahsanta” dll.
Kata-kata positif juga bisa berupa poster yang ditempel di kelas atau di
rumah “ Anak Shalih rajin shalat dhuha “ misalnya…yang selalu bisa dilihat
setiap hari.
Maka dengan pembiasaan ini, lambat laun amalan
tersebut akan menjadi karakter yang selalu dikerjakan.
Sumber:
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar