Selasa, 30 April 2019


Tips Pendidikan :
[ INTI KEBAIKAN BAGI ANAK ]

Banyak metode, teori dan cara yang ditawarkan dalam mencapai kesuksesan pendidikan anak, akan tetapi inti dari seluruh kebaikan untuk anak terletak pada satu, yaitu DOA untuk menggapai hidayah dari Allah Ta’ala.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda :

الدُّعَاءُ هُوَ العِبَادَةُ
”Doa adalah ibadah.”
(HR. Tirmidzi no. 2969. Dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani)
Maksudnya adalah doa adalah inti dari ibadah dan doa adalah inti dari segala kebaikan.

Berkata salah seorang ulama Salaf Muthorif Bin Sikhiir :
“ Aku merenungkan apa inti dari kebaikan, maka  aku menyimpulkan bahwa kebaikan itu banyak, seperti shalat dan puasa dan aku menyimpulkan bahwa semua kebaikan itu berada di tangan Allah Ta’ala. Kita tidak akan mampu mendapatkan sesuatu yang ada di tangan Allah kecuali dengan memintanya dan Allah memberikannya kepada kita. Maka aku menyimpulkan bahwa inti segala kebaikan adalah Doa.
 [ Zuhd : Imam Ahmad 1344 ]

Sungguh tepat sekali nasihat beliau, bahwa putra putri kita tidak akan bisa baik, tidak akan bisa beraqidah dengan lurus, tidak akan mampu ibadah dengan benar dan tidak akan mampu berakhlak mulia kecuali mendapat hidayah dari Allah Ta’ala dan hidayah Allah tidak akan didapatkan kecuali kita berdoa memintanya.

Doa yang paling sering dibaca Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah doa,

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).” Ummu Salamah pernah menanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kenapa do’a tersebut yang sering beliau baca. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamseraya menjawab,

يَا أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهُ لَيْسَ آدَمِىٌّ إِلاَّ وَقَلْبُهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ

Wahai Ummu Salamah, yang amanya hati manusia selalu berada di antara jari-jemari Allah. Siapa saja yang Allah kehendaki, maka Allah akan berikan keteguhan dalam iman. Namun siapa saja yang dikehendaki, Allah pun bisa menyesatkannya.” 

(HR. Tirmidzi no. 3522. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)










Selasa, 23 April 2019


Nasihat Untuk
Rekan-rekan Pendidik Al Falah -hafizhakumullah- (semoga Allah menjaga antum semua).

[ UP DATE STATUS WA ]

        Status WA yang seseorang menuliskan tidak lepas dari beberapa keadaan :
1.      Status Ibadah :

Seperti seseorang menulis statusnya “sedang ngaji”, “sedang thawaf”, “sedang di masjidil haram”.

Maka hal seperti ini lebih baik untuk ditinggalkan dalam rangka untuk lebih mengikhlaskan ibadah dan menjauhi riya dan sum’ah ingin mencari pujian dan perhatian manusia.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا ۖ لَا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
[ Al Baqarah 265 ]
Sangat dikhawatirkan sekali pahala ibadahnya akan sirna dan tidak berguna. Bukankah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : sebaik-baik shalat seorang laki-laki di rumahnya.
Dan juga pujian dan keutamaan seseorang yang bersedekah dan dia sembunyikan sampai tangan kirinya tidak mengetahui yang diinfakkan tangan kanannya. Semua itu untuk menyembunyikan ibadah dan tidak diumbar kepada orang lain.
2.     Status Kejelekan, Permusuhan, Adu domba atau celaan  :
Misalnya : “sedang fly” atau sedang “nge game” atau “ sedang berdua-duaan” atau “lagi sebel dengan kamu” atau “ orang kok Sukanya ikut campur” atau “ sok merasa paling benar” dll.
Bukankah Rasulullah melarang untuk membuka aib dan dosa dirinya sendiri :
Telah mengabarkan kepada kami Abdul ‘Aziz bin Abdullah, telah mengabarkan kepada kami Ibrohim bin Sa’d dari anak saudaraku Ibnu Syihab dari Ibnu Syihab dari Salim bin Abdullah, dia mengatakan, “Aku mendengar Abu Huroiroh mengatakan, “Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,

 “Setiap ummatku akan mendapatkan ampunan dari Allah Azza wa Jalla kecuali al Mujaahiriin yaitu semisal ada seorang laki-laki yang mengerjakan sebuah perbuatan (buruk –ed.) pada malam hari kemudian ia menjumpai waktu subuh dan Allah telah menutupi aibnya (berupa perbuatan buruk – ed.). Lalu laki-laki tersebut mengatakan, “Wahai Fulan, aku telah mengerjakan sebuah perbuatan buruk/jelek ini dan itu”. “Maka itulah orang yang malamnya Allah telah menutup aibnya lalu ia membuka aibnya sendiri di waktu subuh (keesokan harinya –ed.)”


Juga Rasulullah menganjurkan untuk menutup aib orang lain :
وَمَنْ سَتَرَ عَلَى مُسْلِمٍ فِي الدُّنْيَا سَتَرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
“Dan barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat.” (HR. At Tirmidzi)
Juga kita dianjurkan untuk memaafkan kesalahan orang lain, tidak perlu dibalas di status wa :
وَلۡيَعۡفُواْ وَلۡيَصۡفَحُوٓاْۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغۡفِرَ ٱللَّهُ لَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٌ ٢٢
Artinya ; ” dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “.(QS An-Nur ; 22)
3.  Status Hanya sekedar Iseng.
Misalnya “ leyeh leyeh sik”. “ makan bubur dulu”.
Hal tersebut tidak layak dilakukan :
1.  Membuang buang waktu, setiap menit up date status, berapa kali sehari dan berapa jam yang telah berlalu maka lebih baik untuk kegiatan lain yang bermanfaat.

2.  Cari perhatian orang lain : ini penyakit hati yang sangat berbahaya, up date status kemudian setelah itu dia lihat siapa yang telah lihat statusnya kemudian dia gembira, jika belum dilihat orang kecewa.

Dari Sa’ad bin Abi Waqqâsh Radhiyallahu anhu, dia berkata: Aku mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya  Allâh mencintai seorang hamba yang bertaqwa, kaya (hatinya), dan tersembunyi ( tidak cari perhatian orang lain). [HR. Muslim, no. 2965]
4.  Untuk Dakwah :
Ini juga lebih baik dihindari karena ada jalur lain yang lebih baik dan lebih bermanfaat untuk dakwah jika niat kita untuk dakwah Islam yaitu lewat group umum, bukan dakwah untuk popularitas pribadi.

5.    Untuk dagang :
Diperbolehkan dengan tidak melalaikan yang lebih penting dan tidak membuang waktu banyak.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa melakukan demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata:”Ya Rabbku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh”. Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Munafiqun: 9-11)

Nasihat bagi Yang membuka status wa orang lain :

Yang terakhir setelah kita mengetahui berbagai dampak buruk dari status wa maka kita lebih baik untuk tidak membuka status wa orang lain, karena mayoritasnya kalau tidak semuanya terdapat penyimpangan syariat yang kita berusaha menjauhinya, dan seperti itu tidak pernah dikenal sebelumnya dari kalangan ulama sunnah, kalangan asatidzah atau Ikhwan dan akhwat shalihah mereka sibuk membuat up date status wa atau melihat status wa orang lain.







Jumat, 19 April 2019


Tips Agar Anak Takut Allah Ta'ala


Sahabat keluarga Al Falah 

Tauhid adalah fitrah manusia, semua manusia sejak kecil saat di dalam rahim telah ada perjanjian : bahwa Allah ta’ala penciptanya dan menyembah hanya kepadaNya :
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
[al a’raf 172]
Kesadaran beragama merupakan hal penting untuk ditanamkan pada anak sejak dini. Kenapa? Tanamkan nilai-nilai ketuhanan melalui hal-hal sederhana serta pembiasaan. Penanaman nilai-nilai ketuhanan sejak kecil akan mengajak anak lebih taat, lebih menjiwai agamanya serta takut kepada adzab Allah.
Anak-anak remaja yang suka melakukan berbagai hal negatif, seperti perusakan, mabuk-mabukan, perkelahian antar pelajar, mencontek, berkata tidak baik, tidak menghormati orang lain dan lain sebagainya merupakan dampak dari tidak kuatnya pengenalan akan Tuhan sejak kecil. Mereka semakin buta, mencari makna kesenangan dengan hal-hal yang bahkan dapat membahayakan diri hanya karena ingin dibilang kekinian.
Lalu bagaimana cara orang tua mengenalkan Tuhan kepada anak? Berikut beberapa hal sederhana yang dapat diberikan orang tua kepada anak:
Pertama, ajak anak ke tempat ibadah.
Biasakan mengajak anak ke tempat ibadah. Terkadang, banyak orang tua yang malas untuk mengajak anaknya ke tempat ibadah, alasannya karena anak pasti rewel dan mengganggu orang-orang di sekitarnya dan orang tua tidak mau malu dan direpotkan hal tersebut. Harusnya, orang tua mampu meminimalisir efek tersebut dengan cara memberi pemahaman dulu sebelum pergi ke tempat ibadah. Misal, “Dik, nanti ayah ajak ke masjid, tapi ada syaratnya ya, tidak boleh bermain di masjid. ”
Kedua, biasakan anak berdoa sebelum dan sesudah beraktivitas.
Alangkah baiknya orang tua menjadi teladan untuk anak dalam berbagai hal. Misal,  saat akan memulai dan mengakhiri aktivitas, ajaklah anak untuk berdoa. Pembiasaan ini akan selalu mengingatkan anak untuk selalu berdoa dalam berbagai hal.
Ketiga, berikan pemahaman tentang adanya Allah yang mengawasi melalui penampakan alam.
 Ajaklah anak-anak untuk berlibur melihat indahnya alam. Ajaklah anak-anak main ke pantai, gua, gunung, kebun binatang dan lain sebagainya. Saat anak tengah terpukau dengan berbagai keindahan alam tersebut, ajaklah anak berbicara. “Pemandangan pantainya bagus ya dik. Yang menciptakan alam dan segala isinya termasuk pantai itu Allah. Allah itu Maha Besar yang telah menciptakan segala sesuatu dengan sempurna”.
Keempat, berikan pemahaman tentang Allah melalui penampakan yang ada di tubuh kita
Tubuh kita yang begitu sempurna adalah ciptaan Allah. Coba perhatikan mata kita, telinga kita, bandingkan dengan hewan.
Kelima : halal haram
berikan pengetahuan untuk anak tentang hal-hal yang dilarang dan diperbolehkan untuk dilakukan oleh Tuhan. Berikan pengetahuan dan pemahaman tentang hal-hal yang Tuhan sukai dan hal-hal yang tidak Tuhan sukai. Misal, tegurlah anak ketika ia makan menggunakan tangan kiri, berkata yang tidak baik dan lain sebagainya. Katakan kepada anak bahwa Tuhan tidak menyukai hal demikian dan Tuhan lebih menyukai makan menggunakan tangan kanan dan berkata yang baik dan jujur.
Keenam, ajari anak untuk bersyukur.
 Mengajari anak bersyukur dapat dilakukan setiap waktu. Seberapapun nikmat yang Tuhan berikan, maka bersyukurlah. Berikan contoh kepada anak cara bersyukur atas nikmat yang telah Tuhan berikan, misal, sedekah, membantu teman yang kesusahan, berbagi makanan dan lain sebagainya.

SDS IT ALFALAH


Jumat, 12 April 2019


إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِىَّ الْغَنِىَّ الْخَفِىَّ
“Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, hamba yang hatinya selalu merasa cukup dan yang suka menyembunyikan diri.”[ HR. Muslim no. 2965]
 Menyembunyikan diri berarti amalannya pun sering tidak ditampakkan pada orang lain.
Ibnul Mubarok mengatakan, “Jadilah orang yang suka mengasingkan diri (sehingga amalan mudah tersembunyi, pen), dan janganlah suka dengan popularitas.”
Az Zubair bin Al ‘Awwam mengatakan, “Barangsiapa yang mampu menyembunyikan amalan sholihnya, maka lakukanlah.”
Ibrahim An Nakho’i mengatakan, “Kami tidak suka menampakkan amalan sholih yang seharusnya disembunyikan.”
Sufyan bin ‘Uyainah mengatakan bahwa Abu Hazim berkata, “Sembunyikanlah amalan kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan amalan kejelekanmu.”
Al Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan, “Sebaik-baik ilmu dan amal adalah sesuatu yang tidak ditampakkan di hadapan manusia.”
Basyr Al Hafiy mengatakan, “Tidak selayaknya orang-orang semisal kita menampakkan amalan sholih walaupun hanya sebesar dzarroh (semut kecil). Bagaimana lagi dengan amalan yang mudah terserang penyakit riya’?”
Imam Asy Syafi’i mengatakan, “Sudah sepatutnya bagi seorang alim memiliki amalan rahasia yang tersembunyi, hanya Allah dan dirinya saja yang mengetahuinya. Karena segala sesuatu yang ditampakkan di hadapan manusia akan sedikit sekali manfaatnya di akhirat kelak.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْجَاهِرُ بِالْقُرْآنِ كَالْجَاهِرِ بِالصَّدَقَةِ وَالْمُسِرُّ بِالْقُرْآنِ كَالْمُسِرِّ بِالصَّدَقَةِ
Orang yang mengeraskan bacaan Al Qur’an sama halnya dengan orang yang terang-terangan dalam bersedekah. Orang yang melirihkan bacaan Al Qur’an sama halnya dengan orang yang sembunyi-sembunyi dalam bersedekah.[ HR. Abu Daud no. 1333

Yang dipraktekan oleh para ulama, mereka sampai-sampai menutupi mushafnya agar orang tidak tahu kalau mereka membaca Qur’an.
Ar Robi’ bin Khutsaim selalu melakukan amalan dengan sembunyi-sembunyi. Jika ada orang yang akan menemuinya, lalu beliau sedang membaca mushaf Qur’an, ia pun akan menutupi Qur’annya dengan bajunya.[ Hilyatul Awliya’, 2/107
]
Begitu pula halnya dengan Ibrohim An Nakho’i. Jika ia sedang membaca Qur’an, lalu ada yang masuk menemuinya, ia pun segera menyembunyikan Qur’annya.[ Ta’thirul Anfas, hal. 246

]
 Mereka melakukan ini semua agar amalan sholihnya tidak terlihat oleh orang lain.




Rabu, 10 April 2019


Tips Mengajak  Bangun Shubuh
Dalam masalah shalat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Description: https://rumaysho.com/wp-content/uploads/2019/03/DOWNLOAD-BUKU-DAN-BULETIN-GRATIS-RUMAYSHO.jpg
مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِينَ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِى الْمَضَاجِعِ
Perintahkan anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berumur 7 tahun. Pukul mereka jika tidak mengerjakannya ketika mereka berumur 10 tahun. Pisahkanlah tempat-tempat tidur mereka.” (HR. Abu Daud, no. 495. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Mengajak Anak Bangun Shubuh
 Ucapkan kata-kata yang lemah lembut
1.    Usaplah punggung dan kepalanya
2.    Biarkan ia tertidur sebentar, kembalilah bangunkan setelah lima menit kemudian (jika memang ada keluasan waktu).
3.    Nyalakanlah lampu kamar.
4.    Percikkanlah air ke wajahnya jika memang masih susah dibangunkan.
5.    Berikanlah kata-kata motivasi dengan membacakan beberapa dalil pendek seperti “Nak bangunlah, shalat akan menjadi cahaya di alam kubur kelak”, atau “Bangun nak, tidak ada pilihan kelak kecuali surga dan neraka”.
6.    Singkap selimutnya lalu goncangkan badan si anak dengan pelan-pelan.
7.    Jika anak sudah mulai membuka mata, ajaklah si anak bercanda.
8.    Ikutilah si anak jika sudah bangun supaya ia tidak tidur di lokasi yang lain.
9.    Jika semua cara telah ditempuh namun belum berhasil maka kita sebagai orang tua boleh melakukan pemukulan jika si anak sudah menginjak usia sepuluh tahun.

Kunci Utama Sukses Mendidik Anak
1- Faktor utama adalah doa

Allah Ta’ala berfirman,
مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِي وَمَنْ يُضْلِلْ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf: 178)
Doa Nabi Ibrahim ‘alaihis salam,
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
ROBBI HABLII MINASH SHOOLIHIIN” [Ya Rabbku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh]”. (QS. Ash-Shaffaat: 100).
Doa Nabi Zakariya ‘alaihis salam,
رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ
ROBBI HAB LII MIN LADUNKA DZURRIYYATAN THOYYIBATAN, INNAKA SAMII’UD DU’AA’” [Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mengdengar doa].” (QS. Ali Imron: 38).
Doa ‘Ibadurrahman (hamba Allah yang beriman),
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
ROBBANAA HAB LANAA MIN AZWAJINAA WA DZURRIYATINAA QURROTA A’YUN WAJ’ALNAA LIL MUTTAQIINA IMAAMAA” [Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami, isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa].” (QS. Al-Furqan: 74)
Ada lagi satu doa yang akan mendidik anak rajin shalat yaitu,
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
“ROBBIJ’ALNII MUQIIMASH SHOLAATI WA MIN DZURRIYATII, ROBBANAA WA TAQOBBAL DU’AA’ [Ya Rabbku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat. Ya Rabb kami, perkenankanlah doaku].” (QS. Ibrahim: 40)
Yang jelas doa orang tua pada anaknya adalah doa yang mustajab. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
Ada tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang tua, doa orang yang bepergian (safar) dan doa orang yang terzalimi.” (HR. Abu Daud, no. 1536; Ibnu Majah, no. 3862 dan Tirmidzi no. 1905. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan).

2- Orang tua harus memperbaiki diri dan menjadi saleh

Dalam surah Al-Kahfi disebutkan,
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا
Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh.” (QS. Al-Kahfi: 82). Lihatlah ini mendapatkan penjagaan dari Allah karena orang tuanya dulu adalah orang yang saleh.
‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz pernah mengatakan,
مَا مِنْ مُؤْمِنٍ يَمُوْتُ إِلاَّ حَفِظَهُ اللهُ فِي عَقِبِهِ وَعَقِبِ عَقِبِهِ
“Setiap mukmin yang meninggal dunia (di mana ia terus memperhatikan kewajiban pada Allah, pen.), maka Allah akan senantiasa menjaga anak dan keturunannya setelah itu.” (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1:467)

Semoga bermanfaat.