Tips
Mengajak Bangun Shubuh
Dalam
masalah shalat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ
سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِينَ وَفَرِّقُوا
بَيْنَهُمْ فِى الْمَضَاجِعِ
“Perintahkan
anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berumur 7 tahun. Pukul
mereka jika tidak mengerjakannya ketika mereka berumur 10 tahun. Pisahkanlah
tempat-tempat tidur mereka.” (HR. Abu Daud, no. 495. Al-Hafizh Abu Thahir
mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Mengajak Anak Bangun Shubuh
Ucapkan
kata-kata yang lemah lembut
1. Usaplah punggung dan kepalanya
2. Biarkan ia tertidur sebentar, kembalilah bangunkan setelah lima
menit kemudian (jika memang ada keluasan waktu).
3. Nyalakanlah lampu kamar.
4. Percikkanlah air ke wajahnya jika memang masih susah dibangunkan.
5. Berikanlah kata-kata motivasi dengan membacakan beberapa dalil
pendek seperti “Nak bangunlah, shalat akan menjadi cahaya di alam kubur kelak”,
atau “Bangun nak, tidak ada pilihan kelak kecuali surga dan neraka”.
6. Singkap selimutnya lalu goncangkan badan si anak dengan
pelan-pelan.
7. Jika anak sudah mulai membuka mata, ajaklah si anak bercanda.
8. Ikutilah si anak jika sudah bangun supaya ia tidak tidur di lokasi
yang lain.
9. Jika semua cara telah ditempuh namun belum berhasil maka kita
sebagai orang tua boleh melakukan pemukulan jika si anak sudah menginjak usia
sepuluh tahun.
Kunci Utama Sukses
Mendidik Anak
1- Faktor utama adalah
doa
Allah Ta’ala berfirman,
مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِي وَمَنْ يُضْلِلْ
فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“Barangsiapa
yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan
barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi.”
(QS. Al-A’raf: 178)
Doa
Nabi Ibrahim ‘alaihis salam,
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
“ROBBI
HABLII MINASH SHOOLIHIIN” [Ya Rabbku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak)
yang termasuk orang-orang yang saleh]”. (QS. Ash-Shaffaat: 100).
Doa
Nabi Zakariya ‘alaihis salam,
رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ
سَمِيعُ الدُّعَاءِ
“ROBBI
HAB LII MIN LADUNKA DZURRIYYATAN THOYYIBATAN, INNAKA SAMII’UD DU’AA’” [Ya
Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya
Engkau Maha Mengdengar doa].” (QS. Ali Imron: 38).
Doa ‘Ibadurrahman (hamba
Allah yang beriman),
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ
أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“ROBBANAA
HAB LANAA MIN AZWAJINAA WA DZURRIYATINAA QURROTA A’YUN WAJ’ALNAA LIL MUTTAQIINA
IMAAMAA” [Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami, isteri-isteri kami dan
keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi
orang-orang yang bertakwa].” (QS. Al-Furqan: 74)
Ada
lagi satu doa yang akan mendidik anak rajin shalat yaitu,
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا
وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
“ROBBIJ’ALNII
MUQIIMASH SHOLAATI WA MIN DZURRIYATII, ROBBANAA WA TAQOBBAL DU’AA’ [Ya Rabbku,
jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat. Ya
Rabb kami, perkenankanlah doaku].” (QS. Ibrahim: 40)
Yang
jelas doa orang tua pada anaknya adalah doa yang mustajab. Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ
الْوَالِدِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
“Ada
tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang tua, doa orang
yang bepergian (safar) dan doa orang yang terzalimi.” (HR. Abu Daud, no.
1536; Ibnu Majah, no. 3862 dan Tirmidzi no. 1905. Al-Hafizh Abu Thahir
mengatakan bahwa hadits ini hasan).
2- Orang tua harus
memperbaiki diri dan menjadi saleh
Dalam
surah Al-Kahfi disebutkan,
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي
الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا
“Adapun
dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di
bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah
seorang yang saleh.” (QS. Al-Kahfi: 82). Lihatlah ini mendapatkan penjagaan
dari Allah karena orang tuanya dulu adalah orang yang saleh.
‘Umar
bin ‘Abdil ‘Aziz pernah mengatakan,
مَا مِنْ مُؤْمِنٍ يَمُوْتُ إِلاَّ حَفِظَهُ اللهُ فِي عَقِبِهِ
وَعَقِبِ عَقِبِهِ
“Setiap
mukmin yang meninggal dunia (di mana ia terus memperhatikan kewajiban pada
Allah, pen.), maka Allah akan senantiasa menjaga anak dan keturunannya setelah
itu.” (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1:467)
Semoga
bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar