Jumat, 28 April 2017

Mutiara Salaf 33

Mutiara Salaf  33

[ SALING MENCINTAI KARENA ALLAH TA’ALA ]

عن عبد الله بن مسعود - رضي الله عنه - قال: إن من الإيمان أن يحب الرجل الرجل ليس بينهما نسب قريب ولا مال أعطاه إياه ولا محبة إلا لله عز وجل. [موسوعة ابن أبي الدنيا 8/ 156].

§  Dari Abdillah bin Mas’uud-semoga Allah meridhainya-berkata :

“Sesungguhnya termasuk dari Iman, seseorang mencintai orang lain yang tidak ada antara keduanya hubungan keluarga kekerabatan, dan tidak ada hubungan harta yang diberikan kepadanya, dan tidak ada cinta yang haqiqi kecuali karena Allah azza wa jalla”.

[Mausu’ah Ibni Abi Dunya 8/156]

وعن ابن عباس - رضي الله عنه - قال: أحب في الله وأبغض في الله ووال في الله وعاد في الله فإنما تنال ولاية الله بذلك ولا يجد عبد طعم الإيمان وإن كثرت صلاته وصيامه حتى يكون كذلك. [موسوعة ابن أبي الدنيا 8/ 157].
§  Dari Ibni Abbas –semoga Allah meridhainya-berkata :

“Cintailah (orang lain) karena Allah dan bencilah orang lain karena Allah, loyal lah kepada orang lain karena Allah dan musuhilah orang lain karena Allah, sesungguhnya tercapai pertolongan dari Allah dengan hal tersebut, dan tidaklah seorang hamba merasakan lezatnya Iman kecuali dengan hal itu, walaupun banyak shalat dan puasanya”.

[Mausuah Ibni Abi Dunya 8/157]

وقال أبو جعفر الباقر: جاء رجل إلى الحسين بن علي - رضي الله عنه - فاستعان به في حاجة فوجده معتكفًا فاعتذر إليه، فذهب إلى الحسن - رضي الله عنه - فاستعان به فقضى حاجته، وقال: لقضاء حاجة أخ لي في الله أحب إلي من اعتكاف شهر. [البداية والنهاية 8/ 204].

§  Berkata Abu Ja’far Al Baqir : “datang seorang laki-laki kepada Al Husain bin Ali meminta pertolongan kepadanya atas kebutuhannya, ternyata Al Husain sedang beri’tikaf, maka Al Husain minta maaf kepadanya tidak mampu membantunya.

§   Maka datanglah laki-laki tersebut menemui Al Hasan-semoga Allah meridhainya- meminta bantuan, maka Al Hasan pun membantunya, sambil berkata :

“Membantu saudaraku karena Allah lebih aku sukai daripada i’tikaf selama 1 bulan”.

[ Al Bidayah wan Nihayah 8/204]


Berbagi ilmu dan faidah
Kunjungi dan ulas kami


Sditalfalahblogspot.com

Mutiara Salaf 32

Mutiara Salaf  32

[ PENGARUH KETAATAN & KEMAKSIATAN]

        Amalan ketaatan yang kita lakukan, manfaatnya yang merasakan adalah diri kita sendiri dan sebaliknya amalan kemaksiatan yang kita lakukan juga akan kembali kepada kita akibatnya.

عن ابن أبي ليلى قال: كتب أبو الدرداء - رضي الله عنه - إلى مسلمة بن مخلد الأنصاري: أما بعد، فإن العبد إذا عمل بطاعة الله أحبه الله، فإذا أحبه الله حبّبه إلى خلقه، وإذا عمل بمعصية الله أبغضه الله، فإذا أبغضه الله بغّضه إلى خلقه. [صفة الصفوة 1/ 299].

§  Dari Ibni Abi Laila, berkata : Abu Darda’-semoga Allah meridhainya menulis kepada Maslamah bin Khalid Al Anshary :

“Amma Ba’du : Sesungguhnya seorang hamba jika berbuat ketaatan kepada Allah maka Allah akan mencintainya, jika Allah mencintainya, maka Allah akan menjadikannya dicintai oleh makluk sesamanya.
Dan jika seorang hamba berbuat pelanggaran kepada Allah, maka Allah akan membencinya, jika Allah membencinya, maka Allah akan membuat makluk sesamanya membencinya”.

[Sifat Ash Shafwah 1/299]

وقال يحيى بن معاذ رحمه الله: على قدر خوفك من الله يَهابك الخلق، وعلى قدر حبّك لله يحبك الخلق، وعلى قدر شغلك بالله يشتغل الخلق بأمرك. [صفة الصفوة 4/ 343].

§  Dari Yahya bin Muadz-semoga Allah merahmatinya-

Sesuai kadar takutmu kepada Allah lah, orang lain menaruh wibawa kepadamu, dan sesuai kadar cintamu kepada Allah, orang lain mencintaimu, dan sesuai kadar perhatianmu kepada Allah, orang lain akan memperhatikan urusanmu”.

[Sifat Ash Shafwah 4/343]

عن صفية قالت: زلزلت المدينة على عهد عمر - رضي الله عنه - فقال: أيها الناس ما هذا؟ ما أسرع ما أحدثتم، لئن عادت لا أساكنكم فيها. [موسوعة ابن أبي الدنيا 4/ 434].

Dari Shafiyah-semoga Allah meridhainya-berkata :
“terjadi gempa di kota Madinah pada masa pemerintahan Umar-semoga Allah meridhainya- berkatalah Umar :

“Wahai manusia ada apa ini ? betapa cepat yang kalian perbuat (berupa kemaksiatan), kalau seandainya terulang lagi (gempa) tidak akan aku ijinkan kalian tinggal di Madinah”.

[Mausuah Ibni Abi Dunya : 4/343]



Berbagi ilmu dan faidah
Kunjungi dan ulas kami

sditalfalahblogspot.com




Rabu, 26 April 2017

Mutiara Salaf 31

Mutiara Salaf  31

[ TAUBAT KEPADA ALLAH TA’ALA ]

Taubat adalah salah satu amal shalih yang paling istimewa, sehingga tidak ada amal shalih yang mampu menghapus dosa yang paling besar yaitu kesyirikan kecuali amalan taubat, maka hendaknya seorang muslim senantiasa rutin melakukannya dalam setiap waktu dan keadaan.

وقال عبد الله بن عون رحمه الله: اهتمام العبد بذنبه داع إلى تركه، وندمه عليه مفتاح للتوبة، ولا يزال العبد يهتم بالذنب يصيبه حتى يكون أنفع له من بعض حسناته. [الحلية (تهذيبه) 2/ 98].

§  Berkata Abdullah bin ‘Aun –semoga Allah merahmatinya- :

“Perhatian seorang hamba dengan dosanya, merupakan pendorong untuk meninggalkannya, dan penyesalan atas dosanya merupakan kunci pembuka untuk bertaubat darinya, dan tidaklah seorang hamba senantiasa memperhatikan kesalahan-kesalahan yang menimpanya, sampai hal itu bisa lebih bermanfaat daripada sebagian amal kebaikannya”.

[ Al Hilyah 2/98 ]

وعن طَلق بن حبيب رحمه الله، قال: إنَّ حقوق الله أعظمُ مِن أن يقومَ بها العباد، وإنَّ نعم الله أكثر من أن تُحصى، ولكن أصْبِحوا تائبين، وامْسُوا تائبين. [السير (تهذيبه) 2/ 567].

§  Dari Thalaq bin Habib-semoga Allah merahmatinya- berkata :

ü “Sesungguhnya hak Allah sangat agung (tidak akan mampu) bisa dilaksanakan oleh seorang hamba semuanya”.
ü “Dan sesungguhnya kenikmatan yang Allah anugrahkan, lebih banyak untuk bisa dihitung”.

Maka hendaklah engkau menjadi orang yang selalu bertaubat, pada pagi hari dan sore hari”.

 [ Siyar 2/567 ]
وعن عمر بن ذر رحمه الله قال: كُلُّ حزن يبلى إلا حزن التائب عن ذنوبه. [السير (تهذيبه) 2/ 660].
§  Dari Umar bin Dzar –semoga Allah merahmatinya- berkata :

“Seluruh kesedihan adalah ke sia-sia an, kecuali kesedihan seseorang yang bertaubat atas kesalahannya”.

[ Siyar 2/660 ]

وعن شقيق بن إبراهيم رحمه الله: علامةُ التَّوبة البُكاءُ على ما سلف، والخوفُ من الوقوع في الذَّنب، وهِجرانُ إخوانِ السُّوء، وملازمةُ الأخيار. [السير (تهذيبه)].

§  Dari Syaqiq bin Ibrahim-semoga Allah merahmatinya- :

“ Tanda taubat (yang benar) adalah tangisan terhadap (kesalahan) yang lalu, dan khawatir terjatuh lagi dalam dosa, dan menjauh dari teman-teman yang jelek, dan senantiasa bersama orang-orang yang baik.”

[ Siyar  2/661]



Berbagi ilmu dan faidah
Kunjungi dan ulas kami

sditalfalahblogspot.com




Selasa, 25 April 2017

[ USTADZKU KURANG ADAB.......... ]
Bapak Ibu dan saudaraku para penuntut ilmu yang dirahmati Allah تعالى  Seorang guru adalah manusia lemah yang tidak sempurna yang sama dengan kita,mereka juga melakukan kesalahan,dan mereka juga berdosa,mereka bukanlah seorang yang ma’sum(yang terlepas dari kesalahan dan dosa).
Dan kita  wali murid atau sebagai penuntut ilmu pasti pernah merasakan sikap dan sifat yang tidak enak bagi kita dari seorang guru, kepada kita atau kepada anak-anak kita.
Apakah itu berupa hal yang tidak kita senangi seperti contoh: pernah dimarahin guru,dibentak,dan dipukul dan selainnya.
Namun demikian jika kita pikirkan apakah itu hal yang tidak wajar  yang dilakukan oleh seorang guru?
 Tentu itu hal yang wajar sekali, mereka memiliki alasan melakukannya.  ataupun kalau seandainya tidak ada alasan.
 Cobalah kita berpikir positif dalam memandang hal yang demikian tersebut, berpikir positif dalam menilai sikap dan sifat seorang guru,menilai kalau itu adalah merupakan kekurangan yang dia miliki, karena setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing.
Dan jangan pernah menjadikan hal tersebut sebagai alasan bagi kita untuk menjauh dari menuntut ilmu dan cobalah kita juga melihat sisi baik dari seorang guru dan jangan lah karena kekurangannya kita tidak ingin mengambil kebaikan dari mereka. Sebagaimana yang dikatakan Bilal bin Abi Burdah:
لا يمنعكم سوء ما تعلمون منا ان تقبلو احسن ما تسمعون منا ))))
“Jangan lah mencegah kalian kejelekan apa2 yang kalian ketahui dari kami untuk menerima kebaikan yang kalian dengar dari kami”.
Itu benar, Jangan sampai kejelekan yang kita lihat dari guru kita mencegah kita untuk mengambil kebaikan yang mereka miliki. Karena guru atau ustadz atau syaikh walaupun mereka memiliki sikap dan sifat jelek tapi percayalah ya Tullabul ilmi mereka memliki sisi kebaikan yang sangat besar.
Mereka adalah pengajar ilmi,mereka berilmu,sudah pasti mereka memiliki kebaikan. Tapi terkadang karena kita terlau bodoh dan terlalu melihat dan mencari kejelekan-kejelekan guru kita akhirnya kita buta dari kebaikan yang mereka miliki.
-Berkata Assyafi’i: رحمه الله  
(( Dikatakan kepada Ibnu ‘Uyainah:
Sesungguhnya ada suatu kaum yang mendatangimu dari penjuru dunia, maka engkau marah kepada mereka! Hampir-hampir mereka pergi dan meninggalkan engkau. Kemudian berkata Ibnu Uyainah: mereka adalah orang-orang yang bodoh sepertimu,mereka mencoba meninggalkan apa yang bermanfaat bagi mereka karena tidak baikanya sikapku)).
Dan berkata lagi Assyafi’iرحمه الله  :
(( Ada dua orang laki-laki yang berselisih dihadapan Al a’masy: salah satu dari keduanya memiliki masalah,dan satunya lagi tidak ada masalah yang dimilikinya. Kemudian marah Al a’masy suatu hari kepada laki-laki yang memiliki masalah,kemudian berkata seorangnya lagi: Kalau dia (Al a’masy) memarahiku seperti dia memarahimu aku tidak akan kembali lagi kepadanya.
Maka berkata Al a’masy: “kalau begitu berarti dia bodoh sepertimu,dia meninggalkan apa yang bermanfaat bagi dia karena tidak baiknya sikapku”)).
Dan Ibnu Jama’ah Alkinany berkata,menyebutkan tentang kandungan wasiat-wasiatnya bagi penuntut ilmu:
((Bahwasanya hendak lah penuntut ilmu itu bersabar terhadap kekakuan yang muncul dari dari gurunya atau jeleknya akhlaqnya,
jangan sampai yang demikian tersebut menghalanginya dari bermulazamah kepada gurunya dan baiknya aqidahnya,dan perhatikan lah perbuatan-perbuatan baik yang muncul dari gurunya dengan benar-benar memperhatikan,dan mulai lah memberikan udzur dan taubat dengan sikap kekakuan gurunya terhadap apa-apa yang telah terjadi dan memaafkannya,dan berikan udzur kepada guru tersebut,dan menjauhkan celaan darnya. Maka yang demikian itu akan memberikan kecintaan terhadap guru,dan menjaga hatinya dan bermanfaat baginya menuntut ilmu didunianya dan akhiratnya)).

Dan dari sebagian salaf:
((orang yang tidak bisa bersabar diatas susahnya menuntut ilmu,belajar dia akan menetap dengan sisa umurnya dilembah kebodohan,dan sedangkan orang yang bersabar dia akan mendapatkan kemuliaan dunia dan akhirat)).

Ibnu 'Abbas radhiya-llahu 'anhuma berkata,
"Aku telah merendahkan diri sebagai seorang pencari ilmu, maka kini aku terhormat sebagai orang yang dicari ilmunya."
Sebagian ulama' salaf berkata,
"Bersabarlah menerima penyakitmu jika engkau bersikap kasar kepada doktermu; dan bersabarlah menerima kejahilanmu jika engkau bersikap kasar kepada gurumu."


>>NUKILAN DAN TERJEMAHAN DARI KITAB “ANNUBADZ FI ADABI THOLABIL ILMI”. HAL: 125, DGN JUDUL:  (إحتمال الشيخ(.

Berbagi ilmu dan faidah
Kunjungi dan ulas kami

sditalfalahblogspot.com

Senin, 24 April 2017

Tahapan Pendidikan Anak  14

[ AQIDAH...Pelajaran Pertama dan Utama ]

          Pertama yang harus kita ajarkan kepada putra putri kita, setelah mereka mampu memahami perkara-perkara yang ada di sekitarnya adalah Ilmu Aqidah.

Aqidah artinya : Keyakinan yang yang berkaitan dengan rukun Iman yang enam dan yang berhubungan dengannya.

·         Berkaitan dengan Allah ta’ala, wujudnya, rububiyahnya, uluhiyahnya dan asma wa sifatnya.

·         Berkaitan dengan malaikat, nama-namanya, tugas-tugasnya dan sifat-sifatnya.
·         Berkaitan dengan kitab.

·         Berkaitan dengan para Nabi dan Rasul.
·         Berkaitan dengan Hari Akhir.
·         Berkaitan dengan Taqdir.

Sebagaimana nasehat Luqman kepada anaknya :
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (13)

13. dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
[Luqman 13]

Dan hendaknya memberikan pengajaran kepada anak, akan kebesaran Allah dengan contoh-contoh yang nyata yang bisa mereka lihat langsung dengan mata dan didengar telinga mereka. Berupa alam semesta ciptaannyaNYA.

أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ (17) وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ (18) وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ (19) وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ (20)
17. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan,
18. dan langit, bagaimana ia ditinggikan?
19. dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?
20. dan bumi bagaimana ia dihamparkan?

Dan melihat tanda kebesaran Allah yang ada pada tubuh kita, mata kita, telinga kita, jantung kita, paru-paru kita dan yang lainnya yang begitu indah dan sempurna, menunjukkan kesempurnaan penciptannya.

وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلا تُبْصِرُونَ (21)
21. dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?

[Adz Dzariat 21]



Berbagi ilmu dan faidah
Kunjungi dan ulas kami

Sditalfalahblogspot.com









Tahapan Pendidikan Anak 13

Tahapan Pendidikan  Anak  13

[ JADIKANLAH RUMAH SEBAGAI MADRASAH PERTAMA DAN UTAMA ]

Termasuk dari tahapan pendidikan anak, orang tua hendaknya menjadikan rumah menjadi tempat pendidikan utama, karena tanggung jawab utama pendidikan berada di pundak orang tua dan waktu terbanyak seorang anak bersama orang tuanya di rumah.

وَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى وَأَخِيهِ أَنْ تَبَوَّآ لِقَوْمِكُمَا بِمِصْرَ بُيُوتًا وَاجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قِبْلَةً وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ 
وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ (87)

“dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya: "Ambillah olehmu berdua beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan Jadikanlah olehmu rumah-rumahmu itu tempat shalat dan dirikanlah olehmu sembahyang serta gembirakanlah orang-orang yang beriman". [ Yunus 87 ]

Oleh karena itu ulama menyebutkan bahwa kerusakan pada seorang anak adalah salah satu  sumber utamanya dari orang tuanya, seperti yang ditegaskan oleh Ibnul Qayyim al-Jauziyyah: “Bila terlihat kerusakan pada diri anak-anak, mayoritas penyebabnya adalah bersumber dari orangtuanya.”

§  Rumah sebagai tempat shalat.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ (153)

 “Wahai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu”.(Al-Baqarah: 153).

Dan dalam sebuah hadits Rasulullah shalallah ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:

“Apabila Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam menghadapi suatu kesulitan, maka beliau melakukan shalat”.[6] [6] Tafsir Ibnu Katsir, hal.4:224

فَصَلُّوا أَيُّهَا النَّاسُ فِي بُيُوتِكُمْ، فَإِنَّ أَفْضَلَ الصَّلاَةِ صَلاَةُ المَرْءِ فِي بَيْتِهِ إِلَّا المَكْتُوبَةَ»

“Maka shalatlah kalian wahai manusia di rumah-rumah kalian, sesungguhnya shalat yang terbaik seseorang dilakukan dirumahnya kecuali shalat fardhu”. [ HR Bukhori-Muslim].



Berbagi ilmu dan faidah
Kunjungi dan ulas kami

sditalfalahblogspot.com




Minggu, 23 April 2017

Mutiara Salaf 30

Mutiara  Salaf  30

[ JANGAN RAKUS TERHADAP DUNIA ]

وقال يحيى بن معاذ رحمه الله: مصيبتان لم يسمع الأوّلون والآخرون بمثلهما في ماله عند موته، قيل: ما هما؟ قال: يُؤْخَذُ منه كلُّه ويُسْأَل عنه كله. [صفة الصفوة 4/ 340].

§  Berkata Yahya bin Muadz :

“Dua musibah yang belum pernah terdengar orang-orang terdahulu maupun orang-orang yang akan datang dalam masalah harta pada saat kematian, ditanyakan: “apa itu”?
Berkata : “(seseorang yang meninggal) diambil hartanya semua (oleh ahli warisnya) sedangkan dia diminta pertanggung-jawaban atas semua hartanya tadi ”.

وقال أبو عبد الله النباجي رحمه الله: إذا كان عندك ما أعطى الله - عزَّ وجلَّ - نوحًا وإبراهيم وموسى وعيسى ومحمدًا عليهم الصلاة والسلام: لا تراه شيئًا (1)، وإنما تريد ما أعطى الله نمرود وفرعون وهامان (2) فمتى تفلح؟. [صفة الصفوة].

§  Berkata Abu Abdillah An Nabaji-semoga Allah merahmatinya- :

“Jika kamu mempunyai segala sesuatu yang Allah telah berikan kepada Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad –semoga shalawat dan salam kepada mereka-(berupa ilmu dan amal shalih) kamu anggap itu tidak bernilai apapun.
Sesungguhnya hanya saja yang kamu inginkan apa-apa yang telah Allah berikan kepada Namrud, Fir’aun, Haman(berupa harta dan kedudukan), maka kapan kalian akan beruntung ?

[Sifat Ash Shaffwah]

عن عروة بن الزبير، قال: قال عمر - رضي الله عنه - في خطبة: تعلمون أن الطمع فقر، وأن اليأس غنى،. [الحلية (تهذيبه) 1/ 71].

§  Berkata Urwah bin Zubair, berkata Umar –semoga Allah meridhainya- dalam khutbah :

“Ketahuilah, sesungguhnya kerakusan adalah merupakan kefaqiran, dan merasa kecukupan adalah kekayaan”.

[ Al Hilyah 1/71 ]

وقال الذهبي رحمه الله: ما أقبحَ بالعالمِ الداعي إلى الله الحرصَ وجمعَ المال!. [السير (تهذيبه) 3/ 1351].
§  Berkata Adz Dzahabi-semoga Allah merahmatinya- :

“Betapa buruknya bagi seorang yang berilmu, seorang yang berdakwah di jalan Allah, bersemangat dalam meraup harta” !.

[Siyar 3/1351]


Berbagi ilmu dan faidah
Kunjungi dan ulas kami

sditalfalahblogspot.com