Fiqh
Kontemporer 05
[ HUKUM KB ]
KB (Keluarga Berencana) banyak
dilakukan oleh kaum muslimin dan banyak sebagian mereka tidak mengetahui
hukumnya secara syariat dengan bimbingan para ulama.
Dalam permasalahan
ini perlu ada penjelasan dan perincian :
1. Mencegah kelahiran
selama-lamanya.
2. Mencegah kelahiran
sementara waktu.
I.
Mencegah Kelahiran Untuk
selama-lamanya.
Hukum
seorang wanita melakukan pencegahan kelahiran untuk selama-lamanya atau
istilahnya (steril).
Hukum dalam
permasalahan ini terbagi menjadi 2 macam :
1)
HARAM
:
Jika niat dan tujuannya keliru, contohnya niatnya karena
khawatir miskin kalau mempunyai anak banyak, atau niatnya repot ngurus anak,
atau niat mempertahankan bentuk tubuh bagi wanita. Berdasarkan :
وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ
إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا
كَبِيرًا (31)
dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu
karena takut kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga
kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. [Al Isra’
31].
عن
أنس بن مالك قال كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَأْمُرُ بِالبَاءَةِ
وَيَنْهَى عَنِ التَّبَتُّلِ نَهْيًا شَدِيْدًا وَيَقُوْلُ تَزَوَّجُوْا
الْوَدُوْدَ الْوَلُوْدَ فَإِنِّي مُكَاثِرُ الْأَنْبِيَاءِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Anas bin Malik
berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam memerintahkan untuk menikah
dan melarang keras untuk membujang dan berkata, “Nikahilah wanita yang
sangat penyayang dan yang mudah beranak banyak karena aku akan berbangga dengan
kalian dihadapan para nabi pada hari kiamat ”[1] HR Ibnu
Hibban 9/338,Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Irwa’ no 1784.
2)
BOLEH :
Jika memang
tujuan dan niatnya benar, seperti tujuan menyelamatkan nyawa ibu, yang memang
sudah terbukti secara medis ada penyakit divonis tidak boleh hamil lagi, kalau hamil akan
berbahaya bagi nyawa ibu.
§ Fatwa
Syaikh Bin Baz –rahimahullah- :
، فلا ينبغي التحديد، بل لا يجوز التحديد إلا من علة، كالمرض الذي
يصيب المرأة في رحمها ويقرر الطبيب المختص بأنه لا حيلة في ذلك وأن الحمل يضرها
ويخشى عليها منه،
“tidak seyogyanya pembatasan kelahiran, bahkan tidak boleh pembatasan
kelahiran kecuali ada sebab khusus, seperti adanya penyakit di dalam rahim
wanita, dan Dokter spesialis sudah memutuskan tidak ada jalan lain kecuali
itu(harus disteril) dan hamil berbahaya dan dikhawatirkan keselamatan nyawanya”.
§ Fatwa
Syaikh Ibnu Utsaimin :
§
يقول: إنني
رجل متزوج ولدي ستة أطفال ولله الحمد بنين وبنات، وعند الولادة الأخيرة لزوجتي
تعسرت في الولادة مما اضطرني للذهاب بها إلى المستشفى وعمل لها عملية قيصرية، وقد
تمت العملية بنجاح ولله الحمد، وفي خلال العملية عرض علي الطبيب الذي عمل العلمية
بأن يربط الرحم حتى لا تلد بعد ذلك؛ لأن الحمل فيه مشقة عليها، وقد وافقت على ذلك،
والآن أنا في حيرة من أمري، أرجو إفادتي، ؟
Pertanyaan
:
Saya
seorang laki2 yang telah berkeluarga, aku mempunyai 6 anak, Alhamdulillah,
terdiri dari laki-laki dan perempuan, dan pada saat kelahiran terakhir,
mengalami kesulitan dalam persalinan, yang mengharuskan untuk dibawa ke RS, dan
harus dioperasi Ceasar, dan telah berhasil operasi Alhamdulillah, dan di sela
waktu operasi, dokter yang mengoperasi menyodorkan kepadaku untuk sekalian
mengikat rahim(steril) agar jangan sampai hamil lagi, karena kehamilan akan
membahayakan dirinya, dan aku pun menyepakatinya, dan sekarang aku dalam
kebimbangan dalam hal tersebut, mohon faidah pencerahan ?
ومثل هذا
العمل الذي عملت -وهو خياطة الرحم حتى لا ينفذ إليه الماء فتحمل- إذا ثبت
أنه يلحق بالأم ضرر يخشى عليها منه فهذا لا بأس به، أما مجرد المشقة والضعف فهذا
أمرٌ لا بد منه كما قال الله تعالى: ﴿ووصينا الإنسان بوالديه حملته أمه وهناً على وهنٍ﴾، وقال
تعالى: ﴿ووصينا الإنسان بوالديه إحسانا حملته أمه كرهاً
ووضعته كرهاً﴾ هذا أمرٌ لا بد منه في الحمل، لا بد من المشقة، ولا بد من التعب عند
الحمل وأثناء الولادة وبعد ذلك،
Jawaban :
Operasi yang
telah anda setujui, yaitu –pengikatan rahim(steril) untuk mencegah bertemunya
mani sehingga menyebabkan hamil – Jika memang benar-benar terbukti(secara
medis) akan menimpa ibu bahaya, yang dikhawatirkan (keselamatan jiwa)nya dari
kehamilan, maka hal seperti itu TIDAK MENGAPA,
Sedangkan seandainya
hanya berat dan susah dalam melahirkan, maka itu perkara yang wajar dalam
melahirkan(normal) .
Kami perintahkan
kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya
mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). [
Al Ahqof 15 ]
sesuatu yang wajar saat kehamilan, pasti ada yang berat pasti ada mencapekkan saat kehamilan, saat kelahiran dan setelahnya.
[ binothaimeen.net]
II.
MENCEGAH KEHAMILAN SEMENTARA WAKTU
boleh mengontrol sementara dalam memperoleh keturunan dengan tujuan
mengatur jarak kehamilan atau menghentikan sementara kehamilan pada jangka
waktu tertentu. Jika ada hajat yang sesuai dengan tolak ukur syariat.
Sesuai dengan kemampuan suami-istri, musyawarah dan saling ridha mereka. Tidak
juga menimbulkan bahaya. Hendaknya sarananya juga sesuai dengan syariat dan
tidak ada tindakan yang membahayakan kehamilan.[2]BOLEH : dengan syarat :
1)
Niat
yang baik dan benar, untuk menyempurnakan susuan 2 tahun misalnya.
2)
Tidak
menimbulkan bahaya, dengan alat kontrasepsi yang aman dan pengawasan dokter
ahli.
3)
Musyawarah
antara suami istri dan ridha antara keduanya.
أولاً: لا يجوز إصدار قانون عام
يحد من حرية الزوجين في الإنجاب.
ثانياً: يحرم استئصال القدرة على
الإنجاب في الرجل أو المرأة، وهو ما يعرف بـ(الإعقام) أو (التعقيم)، ما لم تدعو
إلى ذلك الضرورة بمعاييرها الشرعية.
ثالثاً: يجوز التحكم المؤقت في
الإنجاب بقصد المباعدة بين فترات الحمل، أو إيقافه لمدة معينة من الزمان، إذا دعت
إليه حاجة معتبرة شرعاَ، بحسب تقدير الزوجين عن تشاور بينهما وتراض بشرط أن لا
يترتب على ذلك ضرر، وأن تكون الوسيلة مشروعة، وأن لا يكون فيها عدوان على حمل
قائم.
2. diharamkan melakukan pemotongan/penghilangan kemampuan memiliki keturunan yaitu yang dikenal dengan steril (vasektomi/tubektomi). Hal tersebut dilakukan jika (darurat) sesuai dengan kaidah standar syariat
3. boleh mengontrol sementara dalam memperoleh keturunan dengan tujuan mengatur jarak kehamilan atau menghentikan sementara kehamilan pada jangka waktu tertentu. Jika ada hajat yang sesuai dengan tolak ukur syariat. Sesuai dengan kemampuan suami-istri, musyawarah dan saling ridha mereka. Tidak juga menimbulkan bahaya. Hendaknya sarananya juga sesuai dengan syariat dan tidak ada tindakan yang membahayakan kehamilan.[2] [2] Sumber: http://www.saaid.net/tabeeb/15.htm#8
Berbagi ilmu dan faidah
Kunjungi dan ulas kami
Sditalfalahblogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar