Selasa, 11 April 2017

Fiqh Kontemporer 05

Fiqh Kontemporer  05

[ HUKUM  KB ]

          KB (Keluarga Berencana) banyak dilakukan oleh kaum muslimin dan banyak sebagian mereka tidak mengetahui hukumnya secara syariat dengan bimbingan para ulama.
Dalam permasalahan ini perlu ada penjelasan dan perincian :

1.    Mencegah kelahiran selama-lamanya.
2.    Mencegah kelahiran sementara waktu.

I.            Mencegah Kelahiran Untuk selama-lamanya.


Hukum seorang wanita melakukan pencegahan kelahiran untuk selama-lamanya atau istilahnya (steril).
Hukum dalam permasalahan ini terbagi menjadi 2 macam :

1)                HARAM :  

Jika niat dan tujuannya keliru, contohnya niatnya karena khawatir miskin kalau mempunyai anak banyak, atau niatnya repot ngurus anak, atau niat mempertahankan bentuk tubuh bagi wanita. Berdasarkan :

وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا (31)

dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. [Al Isra’ 31].

عن أنس بن مالك قال كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَأْمُرُ بِالبَاءَةِ وَيَنْهَى عَنِ التَّبَتُّلِ نَهْيًا شَدِيْدًا وَيَقُوْلُ تَزَوَّجُوْا الْوَدُوْدَ الْوَلُوْدَ فَإِنِّي مُكَاثِرُ الْأَنْبِيَاءِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Anas bin Malik berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam memerintahkan untuk menikah dan melarang keras untuk membujang dan berkata, “Nikahilah wanita yang sangat penyayang dan yang mudah beranak banyak karena aku akan berbangga dengan kalian dihadapan para nabi pada hari kiamat ”[1] HR Ibnu Hibban 9/338,Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Irwa’ no 1784.

2)                BOLEH  :

Jika memang tujuan dan niatnya benar, seperti tujuan menyelamatkan nyawa ibu, yang memang sudah terbukti secara medis ada penyakit divonis tidak boleh hamil lagi, kalau hamil akan berbahaya bagi nyawa ibu.

§  Fatwa Syaikh Bin Baz –rahimahullah- :
، فلا ينبغي التحديد، بل لا يجوز التحديد إلا من علة، كالمرض الذي يصيب المرأة في رحمها ويقرر الطبيب المختص بأنه لا حيلة في ذلك وأن الحمل يضرها ويخشى عليها منه،

“tidak seyogyanya pembatasan kelahiran, bahkan tidak boleh pembatasan kelahiran kecuali ada sebab khusus, seperti adanya penyakit di dalam rahim wanita, dan Dokter spesialis sudah memutuskan tidak ada jalan lain kecuali itu(harus disteril) dan hamil berbahaya dan dikhawatirkan keselamatan nyawanya”.

§  Fatwa Syaikh Ibnu Utsaimin :

§         يقول: إنني رجل متزوج ولدي ستة أطفال ولله الحمد بنين وبنات، وعند الولادة الأخيرة لزوجتي تعسرت في الولادة مما اضطرني للذهاب بها إلى المستشفى وعمل لها عملية قيصرية، وقد تمت العملية بنجاح ولله الحمد، وفي خلال العملية عرض علي الطبيب الذي عمل العلمية بأن يربط الرحم حتى لا تلد بعد ذلك؛ لأن الحمل فيه مشقة عليها، وقد وافقت على ذلك، والآن أنا في حيرة من أمري، أرجو إفادتي، ؟
Pertanyaan :

Saya seorang laki2 yang telah berkeluarga, aku mempunyai 6 anak, Alhamdulillah, terdiri dari laki-laki dan perempuan, dan pada saat kelahiran terakhir, mengalami kesulitan dalam persalinan, yang mengharuskan untuk dibawa ke RS, dan harus dioperasi Ceasar, dan telah berhasil operasi Alhamdulillah, dan di sela waktu operasi, dokter yang mengoperasi menyodorkan kepadaku untuk sekalian mengikat rahim(steril) agar jangan sampai hamil lagi, karena kehamilan akan membahayakan dirinya, dan aku pun menyepakatinya, dan sekarang aku dalam kebimbangan dalam hal tersebut, mohon faidah pencerahan ?

ومثل هذا العمل الذي عملت -وهو خياطة الرحم حتى لا ينفذ إليه الماء فتحمل- إذا ثبت أنه يلحق بالأم ضرر يخشى عليها منه فهذا لا بأس به، أما مجرد المشقة والضعف فهذا أمرٌ لا بد منه كما قال الله تعالى﴿ووصينا الإنسان بوالديه حملته أمه وهناً على وهنٍ﴾، وقال تعالى﴿ووصينا الإنسان بوالديه إحسانا حملته أمه كرهاً ووضعته كرهاً﴾ هذا أمرٌ لا بد منه في الحمل، لا بد من المشقة، ولا بد من التعب عند الحمل وأثناء الولادة وبعد ذلك،
Jawaban :

Operasi yang telah anda setujui, yaitu –pengikatan rahim(steril) untuk mencegah bertemunya mani sehingga menyebabkan hamil – Jika memang benar-benar terbukti(secara medis) akan menimpa ibu bahaya, yang dikhawatirkan (keselamatan jiwa)nya dari kehamilan, maka hal seperti itu TIDAK MENGAPA,
Sedangkan seandainya hanya berat dan susah dalam melahirkan, maka itu perkara yang wajar dalam melahirkan(normal) .

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). [ Al Ahqof 15 ]

sesuatu yang wajar saat kehamilan, pasti ada yang berat pasti ada mencapekkan saat kehamilan, saat kelahiran dan setelahnya.
[ binothaimeen.net]

II.            MENCEGAH KEHAMILAN SEMENTARA WAKTU

boleh mengontrol sementara dalam memperoleh keturunan dengan tujuan mengatur jarak kehamilan atau menghentikan sementara kehamilan pada jangka waktu tertentu. Jika ada hajat yang sesuai dengan tolak ukur syariat. Sesuai dengan kemampuan suami-istri, musyawarah dan saling ridha mereka. Tidak juga menimbulkan bahaya. Hendaknya sarananya juga sesuai dengan syariat dan tidak ada tindakan yang membahayakan kehamilan.[2]
BOLEH : dengan syarat :

1)                Niat yang baik dan benar, untuk menyempurnakan susuan 2 tahun misalnya.

2)                Tidak menimbulkan bahaya, dengan alat kontrasepsi yang aman dan pengawasan dokter ahli.

3)                Musyawarah antara suami istri dan ridha antara keduanya.


Berikut Fatwa Majma’ Fikh AL-Islami mengenai KB,
أولاً: لا يجوز إصدار قانون عام يحد من حرية الزوجين في الإنجاب.
ثانياً: يحرم استئصال القدرة على الإنجاب في الرجل أو المرأة، وهو ما يعرف بـ(الإعقام) أو (التعقيم)، ما لم تدعو إلى ذلك الضرورة بمعاييرها الشرعية.
ثالثاً: يجوز التحكم المؤقت في الإنجاب بقصد المباعدة بين فترات الحمل، أو إيقافه لمدة معينة من الزمان، إذا دعت إليه حاجة معتبرة شرعاَ، بحسب تقدير الزوجين عن تشاور بينهما وتراض بشرط أن لا يترتب على ذلك ضرر، وأن تكون الوسيلة مشروعة، وأن لا يكون فيها عدوان على حمل قائم.

1. tidak boleh mengeluarkan Undang-Undang agar membatasi kebebasan suami-istri untuk memperoleh keturunan

2. diharamkan melakukan pemotongan/penghilangan kemampuan memiliki keturunan yaitu yang dikenal dengan steril (vasektomi/tubektomi). Hal tersebut dilakukan jika (darurat) sesuai dengan kaidah standar syariat

3. boleh mengontrol sementara dalam memperoleh keturunan dengan tujuan mengatur jarak kehamilan atau menghentikan sementara kehamilan pada jangka waktu tertentu. Jika ada hajat yang sesuai dengan tolak ukur syariat. Sesuai dengan kemampuan suami-istri, musyawarah dan saling ridha mereka. Tidak juga menimbulkan bahaya. Hendaknya sarananya juga sesuai dengan syariat dan tidak ada tindakan yang membahayakan kehamilan.[2] [2] Sumber: http://www.saaid.net/tabeeb/15.htm#8


Berbagi ilmu dan faidah
Kunjungi dan ulas kami
Sditalfalahblogspot.com







 

  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar