Jumat, 29 Januari 2021

Tips Melatih Kejujuran

Tips Melatih Kejujuran

Pertama, jangan memberi respons negatif saat anak berbuat kesalahan dan mencoba untuk berkata jujur. 

Alangkah baiknya jika kita tak meresponsnya dengan bentakkan, marah atau memotong perkataan jujurnya. Hal tersebut akan berdampak pada kondisi psikis anak kita. Bisa jadi anak tidak jujur karena takut kemarahan kita. Beri maaf  telah berani jujur walaupun salah dan perbaiki kesalahannya dengan kelembutan. 

 

Kedua, jadilah pendengar setia : dengarkan secara menyeluruh.

Menjadi pendengar yang baik untuk anak kita adalah tindakan yang tepat. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk respons positif untuk kejujurannya. Sekecewa apapun kita terhadap kebohongan yang sebelumnya anak kita lakukan, janganlah membuat kita menjadi melabeli anak kita seorang anak pembohong. Dengarkan setiap kata kejujuran dari bibir mungilnya. Biarkan ia berproses untuk menjadi anak yang berani dan bertanggung jawab atas kesalahannya. Buat anak kita merasa nyaman dengan kejujuran yang telah ia ungkapankan. Ini menunjukkan bahwa kita juga belajar menjadi orangtua yang lebih bijaksana.

 

Ketiga, , gunakan media lain untuk berbicara jujur.

Sewaktu kecil, mungkin karena sudah terlanjur takut untuk berbicara jujur, saya memcoba menulis surat kepada orangtua. Saya menuliskan setiap kata yang rasanya sulit saya ucapkan jika di hadapan mereka. Saya nyaman dengan kejujuran saya melalui bentuk tulisan dan surat. Dari contoh pengalaman di atas, media tulisan bisa menjadi alat yang nyaman untuk melatih anak untuk berbicara jujur. Namun kembali lagi kepada kita. Jika telah mendapati kejujuran anak kita itu, tanggapi dengan positif. Sehingga ia akan tetap berusaha terbuka meskipun melalui sebuah tulisan.

 

Keempat, berikan pujian atas keberanian anak untuk jujur.

 

 Pujian bagi seorang anak merupakan hadiah paling sederhana. Memberikan pujian pada anak sesuai dengan porsinya juga akan menumbuhkan sikap percaya diri. Maka memberi pujian kepada anak yang telah berkata jujur, merupakan hal yang paling tepat dilakukan. Dengan konsisten melakukan hal tersebut, lambat laun anak pun akan tumbuh menjadi anak yang berani berkata jujur dan lebih percaya diri. Memang terkadang jika anak kita berbohong membuat emosi kita terpancing. Ketika anak kita berusaha terbuka dan jujur atas kebohongannya, emosi kita akan mudah meledak karena kita sudah terlanjur kecewa. Tanpa kita berpikir bahwa amarah yang kita luapkan itu bisa membuat anak kita menjadi berkecil hati. Oleh karena itu ayah bunda tahan emosi kita saat anak sedang jujur. Sehingga anak selalu merasa nyaman kejujurannya kepada kita. 

 

Selasa, 26 Januari 2021

 

orangtua pasti menginginkan anaknya cerdas. Tapi, anak itu memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda. Ada banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor apa sajakah itu? Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan anak.

 

1)    Pertama, keturunan.

 Banyak anak yang cerdas, pintar dan berprestasi di sekolah. Dan sudah menjadi rahasia umum akan selalu dihubung-hubungkan dengan kedua orangtuanya, bagaimana orangtuanya, pendidikan orangtuanya. Tidak heran jika anak yang cerdas dan pintar karena orangtuanya cerdas dan pintar juga. Faktor genetik menurut penelitian menyumbang terhadap intelgensi anak berkisar 40 – 80 persen.

 

2)    Kedua, nutrisi

yang tepat. Anggapan bahwa kecerdasan anak hanya dapat diturunkan oleh orangtua yang cerdas, tampaknya perlu diubah. Sebab nutrisi yang tepat dan seimbang sangat mempengaruhi kecerdasan anak. Asam lemak omega 3 yang terdapat dalam ikan salmon, sarden, tuna menurut penelitian bisa menghasilkan sel-sel otak dan meremajakan fungsi otak. Selain itu kacang-kacangan, telur, makanan laut, ayam, brokoli, alpukat merupakan yang dapat meningkatkan kecerdasan otak.

 

3)    Ketiga, stimulasi.

 Selain nutrisi yang berguna untuk meningkatkan kecerdasan, stimulan-stimulan sejak dini diperlukan untuk perkembangan otak anak. Orangtua sangat berperan dalam memberi stimulasi buah hatinya sejak mereka bayi. Dari mengajak bermain edukatif, kreatif, mengajarkan bersosialisasi dengan lingkungannya dan mengajak buah hati berolahraga untuk meningkatkan kesehatan fisiknya. Para ahli berpendapat stimulan mampu merangsang kecerdasan otak. Otak manusia terdiri dari jutaan saraf. Stimulan diberikan sejak dini agar terjadi hubungan antara satu saraf dengan saraf yang lainnya. Sehingga ketika memasuki usia sekolah anak akan lebih mudah menerima dan menyimpan ilmu yang diperolah. Memberi stimulan pada anak, disesuaikan dengan umurnya. Lebih baik sejak dini, sejak 0 tahun. Terlebih lagi pada masa the golden age yaitu 0 – 3 tahun.


Keempat, emosi

 Ikatan keluarga orangtua. Sebuah hubungan yang positif dan harmonis antara kedua orangtua memungkinkan seorang anak merasa aman dan disayangi. Hal ini membuat anak lebih percaya diri dan suasana keluarga yang nyaman mendukung perkembangan otak yang sehat. Di sisi lain anak-anak yang tinggal dalam lingkungan keluarga yang kurang harmonis, akan merasa tidak aman, takut-takut, dan bingung ketika bertemu dengan orang baru.

trauma. Trauma dapat menimbulkan efek negatif terhadap perkembangan otak bayi dan anak-anak. Contoh trauma yang biasanya terjadi pada anak usia dini termasuk selamat dari bencana alam, kehilangan anggota keluarga, dan mengalami penyakit kronis. Trauma juga dapat terjadi jika anak mengalami pelecehan seksual, kemiskinan, atau memiliki orangtua pecandu alkohol atau narkoba. Anak yang mengalami trauma akan menghadapi masalah seperti perubahan pola makan, tidur, perubahan perilaku, serta kesulitan bergaul dengan teman-temannya. Dukung dan dampingi anak agar dirinya terbebas dari trauma. Jika trauma tetap bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama, Anda perlu membawa anak menemui ahli psikologi agar anak terhindar dari gangguan otak akibat trauma yang kronis.

Kelima, 

kesehaan fisik. Anak yang fisiknya kuat akan memiliki otak yang sehat dan cerdas. Oleh karena itu, jangan batasi aktivitas anak demi kesehatan fisik dan perkembangan otaknya. Anak masih terlalu dini untuk melakukan olahraga khusus yang berat, dirinya hanya perlu lebih aktif ketika bermain bersama teman-temannya di luar ruangan.
tidur siang. Anak membutuhkan istirahat dan tidur malam yang baik agar otaknya dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. Sejak bayi lahir hingga tumbuh menjadi anak usia sekolah, harus memiliki rutinitas tidur yang konsisten setiap harinya.

Minggu, 24 Januari 2021

Setiap anak yang terlahir, Allah memberikan kecerdasan dan kelebihan. Kecerdasan dan kelebihan anak berbeda-beda. Kecerdasan dan kelebihan ini harus dipahami dan distimulasi oleh orang tua serta guru untuk mencapai keberhasilan dalam belajar.

Merangkum dari laman Sahabat Keluarga Kemdikbud, ada beberapa jenis kecerdasan anak: 

1. kecerdasan spiritual ekstensial (spiritual extential intelligence)

Kecerdasan  spiritual  (spiritual intelligence) mengacu pada keterampilan, kemampuan, dan perilaku yang diperlukan untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan dengan sumber utama dari semua (Tuhan Yang Maha Esa), keberhasian dalam menemukan makna hidup,  mengeksternalisasi perasaan akan makna dan nilai-nilai dalam kehidupan dan dalam hubungan dengan interpersonal setiap individu. Kecerdasan Eksistensial merupakan kemampuan untuk menikmati pemikiran-pemikiran dan ingin tahu mengenai kehidupan, kematian dan realita yang ada. Anak-anak dengan tingkat kecerdasan eksistensial yang tinggi mungkin akan menunjukkan keingintahuan mengenai bagaiman bumi bertahun-tahun yang lalu, mengapa kita ada di bumi, apakah ada kehidupan di planet lain, kemana mahluk hidup setelah mati, apakah ada dimensi kehiduapn lain dan berbagai pertanyaan sejenis.

2. kecerdasan linguistik (word smart)

Anak dengan tipe word smart atau cerdas secara verbal linguistik biasanya sangat suka membaca, menulis, berbicara dan mendengarkan cerita. Anak yang memiliki kecerdasan ini bisa cepat berbicara dan juga membaca dengan baik di usia dini. Untuk menstimulus kecerdasannya, ayah bunda bisa menyediakan buku anak-anak, majalah yang bisa digunting, huruf alfabet dalam berbagai bentuk dan ukuran serta mainan balok berbentuk kata-kata. Lakukan kegiatan bercerita atau membaca bersama untuk mengembangkan kecerdasannya. Sesekali boleh melakukan dialog percakapan tentang hal-hal seru yang dialaminya sepanjang hari di sekolah atau di rumah..

3. kecerdasan logika matematika (number smart) 

Anak-anak tipe number smart memiliki ciri lebih banyak tertarik dengan angka, sains dan hal-hal yang berhubungan dengan logika. Tak heran jika mereka senang berekspresimen dengan angka dan menyukai pelajaran matematika. Anak tipe ini juga senang berpikir logis. Mereka bisa menanyakan hal-hal secara detil seperti ‘Mengapa langit berwarna biru?’ Untuk menstimulasi kecerdasannya, berilah mereka benda-benda untuk dihitung, balok bertuliskan angka-angka, timbangan untuk mengukur berat, gelas ukuran, komputer atau puzzle..

4.kecerdasan visual spasial (picture smart) 

Anak yang memiliki kecerdasan gambar ini sangat suka menggambarkan apapun yang mereka bayangkan. Tak salah jika anak tipe ini sangat senang berimajinasi, menyukai seni serta senang bermain membangun sesuatu menggunakan balok. ”Designer dan penemu merupakan contoh orang yang picture smart,” jelas Dr. Armstrong. Untuk mendukung stimulusnya, ayah bunda bisa menyiapkan buku gambar, peralatan menggambar seperti cat, crayon, atau kapur warna, mainan puzzle atau kamera. Lakukan aktivitas menyenangkan seperti menggambar bersama, menonton film atau mengunjungi museum seni. .

5. kecerdasan kinestetik (body smart) 

Anak dengan tipe body smart senang mengerjakan sesuatu dengan tangan. Anak tipe ini juga sangat suka olah raga, menari, menyentuh benda-benda dan mempelajarinya. Alat stimulus yang bisa disiapkan ayah bunda antara lain kantong pasir, balok susun, peralatan senam, tali untuk bermain lompat tali atau perlatan pertukangan untuk membangun sesuatu. Lakukan aktivitas berolahraga bersama keluarga, membuat prakarya bersama, atau menonton pertunjukan teater/balet untuk mengembangkan kecerdasannya.

6. kecerdasan interpersonal (people smart) 

Anak yang people smart adalah anak yang suka bermain dengan teman-temannya, memiliki empati, suka memimpin, dan bisa memahami perasaan orang lain. Anak dengan tipe seperti ini bisa membangun hubungan interpersonal yang baik dengan setiap orang yang ditemuinya. Untuk menstimulasinya, ayah bunda bisa menggunakan boneka atau kostum untuk bermain peran. Kembangkan aktivitasnya dengan mengajaknya bermain bersama di luar rumah, main games bersama atau datang ke acara keluarga. Dari aktivitas tersebut anak akan memperlihatkan rasa peduli terhadap orang lain, senang berbagi dan senang membantu..

7. kecerdasan intrapersonal (self smart) 

Anak dengan tipe self smart memiliki rasa percaya diri yang kuat. Anak tipe ini cenderung senang bermain sendiri dan cenderung memiliki rencana pribadi untuk masa depannya kelak. Anak dengan kecerdasan ini memiliki hobi dan mampu mengekspresikan atau mengomunikasikan perasaan mereka. Untuk menstimulasinya, sediakan ruangan yang nyaman untuk dia bermain sendiri. Dukung hobinya dengan menyediakan materi-materi seputar hobinya tersebut. Kembangkan kecerdasannya dengan mengajak si kecil berbicara tentang apa yang dirasakannya. Perbanyak kegiatan yang bisa mengurangi stress si kecil salah satunya dengan yoga bersama. .

8.kecerdasan naturalis (nature smart) 

Anak dengan tipe nature smart bersifat naturalistik dan sangat menyukai alam bebas. Dia sangat senang berada di alam, senang mengoleksi dedaunan, memiliki kesadaran dan peduli terhadap lingkungan alam, dapat menggolongkan tanaman dan sangat senang dilibatkan dengan kegiatan yang berkaitan dengan alam dan lingkungan seperti berkebun. Anak dengan tipe kecerdasan ini juga senang menyukai binatang dan peduli dengan binatang sekitarnya. Untuk menstimulasinya, ayah bunda bisa menyiapkan kebun mini atau tanaman yang bisa tumbuh dalam ruangan. Ayah bunda juga bisa mengizinkan anak memiliki binatang peliharaan, alat pancing untuk memancing ikan atau alat teropong untuk melihat burung-burung. Aktivitas yang bisa dilakukan bersama yakni jalan-jalan di alam bebas, memancing bersama, memelihara binatang atau berkebung bersama..


Selasa, 19 Januari 2021

 Setiap anak adalah unik. Mengapa unik? Hal ini dikarenakan setiap anak memiliki cara tersendiri yang memudahkan mereka dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses dan mengerti suatu informasi yang biasa disebut dengan belajar.

Seseorang yang belajar dengan menggunakan gaya belajar yang sesuai dengan dirinya akan mencapai nilai yang jauh lebih baik dibandingkan dengan orang yang belajar dengan gaya belajar yang tidak sesuai dengan dirinya. Oleh karena itu, sebaiknya setiap anak dapat mengeksplorasi gaya belajarnya masing-masing agar dapat mempelajari sesuatu dengan maksimal.

Adapun gaya-gaya belajar antara lain:

  1. Gaya belajar visual, menyerap informasi dengan membaca tulisan-tulisan, gambar-gambar, seperti membaca buku, mempelajari diagram, grafik ataupun video.
  2. Gaya belajar auditori, menyerap informasi dengan mendengarkan informasi-informasi yang diberikan, seperti mendengarkan ceramah/penjelasan ataupun mengikuti tanya jawab.
  3. Gaya belajar kinestetik, menyerap informasi dengan melakukan gerakan-gerakan (melibatkan aktivitas fisik) seperti mencoret-coret pada saat belajar, berjalan mondar-mandir, menggerak-gerakkan tangan, atau melakukan percobaan.
  4. Gaya belajar global, anak memiliki kemampuan memahami sesuatu secara menyeluruh. Pemahaman yang dimiliki berisi gambaran yang besar dan juga hubungan antara satu objek dengan yang lainnya. 
  5. Gaya belajar analitik, anak ini memiliki kemampuan dalam memandang sesuatu cenderung ditelaah terlebih dahulu secara terperinci, spesifik, dan teratur. Mengerjakan suatu hal secara bertahap dan urut.

Macam-macam gaya belajar berbeda setiap orang. Gaya belajar tertentu dinilai lebih dominan dan efektif dalam memahami materi atau pengetahuan. Beberapa orang yang memiliki kemampuan lebih juga mampu menyerap informasi lebih dari satu gaya belajar, namun amat jarang.

Gaya belajar tertentu memengaruhi prestasi serta kemampuan anak pada bidang tertentu. Anak dengan gaya belajar visual senang dan pandai dalam matematika, anak gaya belajar kinestetik pandai dalam olahraga, dan sebagainya. Mengetahui gaya belajar yang efektif amatlah penting untuk dapat menyelesaikan atau memanage serta mengatur tugas dengan baik.

Gaya belajar yang baik untuk seseorang tidak dapat ditentukan oleh orang lain, tetapi berasal dari pemahaman terhadap diri sendiri. Jika seseorang mempunyai indera penglihatan yang tajam dan minat terhadap warna, model, bentuk, maka gaya belajar yang cocok adalah gaya belajar visual.

Jika seseorang mempunyai kepekaan mendengarkan suara dan minat terhadap musik, maka yang efektif adalah gaya belajar auditori. Jika seseorang mempunyai tingkat keaktifan yang yang tinggi, suka bergerak dan mempunyai daya imajinasi tinggi dengan gerakan-gerakan, maka yang cocok adalah kinestetik. Sedang kemampuan seseorang dalam gaya global dan analitik merupakan kemampuan secara keseluruhan.

Agar dapat menemukan gaya belajar yang sesuai, setiap orangtua harus mau memerhatikan gaya belajar apa yang digunakan oleh anaknya. Selain orangtua, anaknya sendiri juga mau mengeksplorasi diri dengan memerhatikan setiap hal yang membuat kegiatan belajar menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Apakah dengan membaca buku, menonton video, mendengarkan ceramah atau berjalan mondar-mandir sekalipun tidaklah menjadi masalah.

Hal yang terpenting adalah anak Anda dapat menyerap informasi dengan maksimal dengan gaya belajar yang sesuai dengan diri mereka. Janganlah terpaku dengan cara belajar yang konvensional, seperti duduk manis dan membaca buku dengan tenang. Namun, belajarlah dengan gaya belajar yang paling nyaman dan sesuai dengan diri mereka sendiri.

Dengan strategi belajar yang tepat, setiap anak diharapkan dapat semakin memahami semua materi yang dipelajarinya.

Selamat bereksplorasi.

"Seseorang yang belajar dengan menggunakan gaya belajar yang sesuai dengan dirinya akan mencapai nilai yang jauh lebih baik dibandingkan dengan orang yang belajar dengan gaya belajar yang tidak sesuai dengan dirinya."

HALAMAN :

Senin, 18 Januari 2021

Didik Anak Sesuai Bakat

 Didik Anak Sesuai Bakatnya

Ibnu Qayyim dalam Tahdzib Sunan Abi Dawud fi 'Alam Al-Fawaid menekankan pentingnya orang tua memperhatikan sejak dini bakat putra-putrinya. Orang tua harus mendukung anaknya mengembangkan bakat jangan diarahkan kepada sesuatu yang tidak diinginkannya.

"Janganlah orang tua membawa anaknya kepada pekerjaan lain selagi pekerjaan yang menjadi bakat anaknya itu diizinkan 'syara'," katanya.

Karena, di antara yang perlu dilakukan orang tua adalah memperhatikan hal ihwal pekerjaan yang kiranya menjadi bakat anak. Orang tua hendaknya tahu setiap
 anak diciptakan dengan bakat pekerjaan tertentu.

"Karena jika orangtua membawa anaknya kepada pekerjaan yang bukan bakatnya, anak itu tidak akan sukses padahal pekerjaan yang menjadi bapaknya tidak terpegang," katanya.

Ibnu Qayyim menyarankan, jika orang tua melihat anaknya, bagus pemahamannnya, benar pengertiannya, baik hafalannya, dan berkesadaran tinggi, pertanda anak itu bakat menerima ilmu. Untuk itu, hendaknyalah orang tua segera menggoreskan ilmu dalam hatinya.

"Selagi masih kosong niscaya ilmu akan melekat padanya dan berkembang bersama pertumbuhan anak itu," katanya.

Namun jika orangtua melihat anak itu tidak berbakat seperti yang ditinjau dari segala seginya, tetapi anak itu terlihat lebih cocok menjadi tentara dengan segala penunjangnya seperti ketangkasan mengendarai kendaraan, melempar dan bermain tombak, maka arahkanlah.

Melihat bakat ketentaraan, orang tua jangan memaksakan anak itu untuk menjadi seseorang yang memperdalam ilmu. Karena anak itu sudah tidak tampak mengarah kepada ilmu dan tidak diciptakan untuk ilmu.

Maka dari itu, hendaklah orang tua memberinya kesempatan anak itu untuk melakukan berbagai hal yang mengarah kepada ketentaraan dan berlatih untuknya. Dengan demikian
 bakat anak tersebut tersalurkan sehingga akan lebih bermanfaat bagi masyarakat.

"Itu lebih bermanfaat baginya dan bagi kaum muslimin," katanya.

Ibnu Qayyim kembali mencontohkan, jika orang tua melihat anaknya tidak berbakat seperti itu dan tampaknya tidak diciptakan untuk itu, tapi dia perhatian anak itu mengarah kepada salah satu jenis industri dan tampaknya dia berangkat ke sana dan siap menerimanya maka dukunglah.

Apalagi pekerjaannya yang menjadi bakatnya itu tergolong halal dan bermanfaat bagi manusia, maka berilah kesempatan untuk itu. Perlu diperhatikan, itu semua dilakukan setelah anak itu diajari segala yang ia perlukan dalam soal agama.

Allah SWT telah memudahkan bagi setiap orang terhadap masalah agama, sehingga mengajari agama perlu dilakukan sejak dini kepada anak-anak agar hujjah Allah tetap tegak atas siapapun. Sesungguhnya Allah mempunyai hujjah yang kuat atas sekalian hamba-hamba -Nya seperti Dia memberi mereka nikmat yang sempurna.

"Wallahualam." tutup Ibu Qayyim.