Selasa, 26 Januari 2021

 

orangtua pasti menginginkan anaknya cerdas. Tapi, anak itu memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda. Ada banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor apa sajakah itu? Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan anak.

 

1)    Pertama, keturunan.

 Banyak anak yang cerdas, pintar dan berprestasi di sekolah. Dan sudah menjadi rahasia umum akan selalu dihubung-hubungkan dengan kedua orangtuanya, bagaimana orangtuanya, pendidikan orangtuanya. Tidak heran jika anak yang cerdas dan pintar karena orangtuanya cerdas dan pintar juga. Faktor genetik menurut penelitian menyumbang terhadap intelgensi anak berkisar 40 – 80 persen.

 

2)    Kedua, nutrisi

yang tepat. Anggapan bahwa kecerdasan anak hanya dapat diturunkan oleh orangtua yang cerdas, tampaknya perlu diubah. Sebab nutrisi yang tepat dan seimbang sangat mempengaruhi kecerdasan anak. Asam lemak omega 3 yang terdapat dalam ikan salmon, sarden, tuna menurut penelitian bisa menghasilkan sel-sel otak dan meremajakan fungsi otak. Selain itu kacang-kacangan, telur, makanan laut, ayam, brokoli, alpukat merupakan yang dapat meningkatkan kecerdasan otak.

 

3)    Ketiga, stimulasi.

 Selain nutrisi yang berguna untuk meningkatkan kecerdasan, stimulan-stimulan sejak dini diperlukan untuk perkembangan otak anak. Orangtua sangat berperan dalam memberi stimulasi buah hatinya sejak mereka bayi. Dari mengajak bermain edukatif, kreatif, mengajarkan bersosialisasi dengan lingkungannya dan mengajak buah hati berolahraga untuk meningkatkan kesehatan fisiknya. Para ahli berpendapat stimulan mampu merangsang kecerdasan otak. Otak manusia terdiri dari jutaan saraf. Stimulan diberikan sejak dini agar terjadi hubungan antara satu saraf dengan saraf yang lainnya. Sehingga ketika memasuki usia sekolah anak akan lebih mudah menerima dan menyimpan ilmu yang diperolah. Memberi stimulan pada anak, disesuaikan dengan umurnya. Lebih baik sejak dini, sejak 0 tahun. Terlebih lagi pada masa the golden age yaitu 0 – 3 tahun.


Keempat, emosi

 Ikatan keluarga orangtua. Sebuah hubungan yang positif dan harmonis antara kedua orangtua memungkinkan seorang anak merasa aman dan disayangi. Hal ini membuat anak lebih percaya diri dan suasana keluarga yang nyaman mendukung perkembangan otak yang sehat. Di sisi lain anak-anak yang tinggal dalam lingkungan keluarga yang kurang harmonis, akan merasa tidak aman, takut-takut, dan bingung ketika bertemu dengan orang baru.

trauma. Trauma dapat menimbulkan efek negatif terhadap perkembangan otak bayi dan anak-anak. Contoh trauma yang biasanya terjadi pada anak usia dini termasuk selamat dari bencana alam, kehilangan anggota keluarga, dan mengalami penyakit kronis. Trauma juga dapat terjadi jika anak mengalami pelecehan seksual, kemiskinan, atau memiliki orangtua pecandu alkohol atau narkoba. Anak yang mengalami trauma akan menghadapi masalah seperti perubahan pola makan, tidur, perubahan perilaku, serta kesulitan bergaul dengan teman-temannya. Dukung dan dampingi anak agar dirinya terbebas dari trauma. Jika trauma tetap bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama, Anda perlu membawa anak menemui ahli psikologi agar anak terhindar dari gangguan otak akibat trauma yang kronis.

Kelima, 

kesehaan fisik. Anak yang fisiknya kuat akan memiliki otak yang sehat dan cerdas. Oleh karena itu, jangan batasi aktivitas anak demi kesehatan fisik dan perkembangan otaknya. Anak masih terlalu dini untuk melakukan olahraga khusus yang berat, dirinya hanya perlu lebih aktif ketika bermain bersama teman-temannya di luar ruangan.
tidur siang. Anak membutuhkan istirahat dan tidur malam yang baik agar otaknya dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. Sejak bayi lahir hingga tumbuh menjadi anak usia sekolah, harus memiliki rutinitas tidur yang konsisten setiap harinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar