Mutiara
Salaf 28
[ RENDAH HATI ]
Tawadhu’
atau rendah hati, meliputi rendah hati kepada syariat Allah, dengan menerima
kebenaran yang telah sampai kepada kita, mematuhinya, melaksanakannya dengan
segenab hati kita.
Rendah hati
kepada sesama dengan mencintai dan menghormati mereka, tidak boleh menghinakan
dan merendahkan mereka, tanda alasan yang dibenarkan syariat.
وعن حبيب بن أبي
ثابت قال: خرج عبد الله بن مسعود - رضي الله عنه - ذات يوم، فاتّبعه ناس، فقال
لهم: ألكم حاجة؟ قالوا: لا، ولكن أردنا أن نمشي معك. قال: ارجعوا فإنه ذلّة
للتابع، وفتنة للمتبوع. [صفة الصفوة 1/ 186].
§ Dari Habib bin Abi
Tsabit, berkata :”Abdullah bin Mas’ud keluar pada suatu hari, maka manusia pun
mengiringinya, maka berkatalah Abdullah bin Mas’ud :”Apakah kalian ada
keperluan”? mereka berkata : “Tidak, hanya saja kami ingin berjalan
mengiringimu”. Berkatalah Ibnu Mas’ud :
”Kembalilah kalian, karena sesungguhnya hal
itu menyebabkan kerendahan bagi yang mengikuti, dan menimbulkan
fitnah(kesombongan) bagi yang diikuti”.
[Sifat Ash Shaffwah 1/186]
* وقال - رضي الله
عنه -: من يتطاول تعظمًا يضعه الله، ومن يتواضع تخشعًا يرفعه الله. [الحلية (تهذيبه) 1/ 124].
§ Ibnu Mas’ud juga berkata :
“Barang siapa yang
menonjolkan diri dalam rangka untuk dihormati maka Allah ta’ala akan merendahkannya,
dan barang siapa yang merendahkan hatinya dalam rangka tunduk kepada Allah,
maka Allah ta’ala akan meninggikannya”.
[Al Hilyah : 1/124]
وقال - رضي الله
عنه -: رأسُ التواضع أن تَبدأ مَنْ لَقِيتَ بالسّلام، وأن تَرضَى بالدُّون من
المجلس. [عيون الأخبار 1/ 309].
§ Beliau juga berkata :
“Puncak dari rendah
hatimu adalah engkau (mau) memulai salam dengan orang lain yang bertemu
denganmu, dan engkau bersedia duduk (mendengar dan menerima kebenaran) dari
orang yang lebih rendah darimu”.
[‘Uyuun Al Akhbar 1/309]
وقال أيضًا رحمه
الله: من كانت معصيته في الشهوة، فارج له التوبة، فإن آدم عصى مشتهيًا فغفر له،
فإذا كانت معصيته في كِبْرٍ، فاخْشَ (1) على صاحبه اللعنة، فإن إبليس عصى مستكبرًا
فُلعِن. (2) [صفة الصفوة 2/ 540].
Berkata
Ibnu Mas’ud-semoga Allah meridhainya- :
“Barang siapa yang sebab kesalahannya
berasal dari syahwat, jalan keluarnya adalah taubat, karena Adam berbuat
kesalahan disebabkan syahwat, kemudian Allah mengampuninya (setelah bertaubat).
Barang siapa yang kesalahannya
berasal dari kesombongan, dikhawatirkan bagi pelakunya laknat, karena
susungguhnya Iblis berbuat kesalahan disebabkan karena kesombongannya, maka dia
terlaknat (tidak kembali ke jalan yang benar)”.
[Sifat Ash Shaffwah 2/540]
Berbagi
ilmu dan faidah
Kunjungi
dan ulas kami
Sditalfalahblogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar