Mutiara Salaf 18
[ RASA MALU ]
[ KEPADA
ALLAH DAN KEPADA SESAMA ]
Rasa malu merupakan bagian dari iman,
karena rasa malu terkadang mampu mencegah seseorang dari dosa, seperti halnya
iman, mampu mencegah seseorang dari dosa. Para ulama Salaf adalah orang yang
terbaik imannya dan sekaligus terbaik dalam rasa malunya, mereka begitu dekat
dengan Allah, begitu paham tentang Allah dan begitu merasa diawasi oleh Allah,
sehingga terkadang rasa malu mereka, tidak dianggap biasa oleh kita.
عن محمد بن سيرين قال:
خرج زيد بن ثابت رضي الله تعالى عنه يريد الجمعة، فاستقبله الناس راجعين، فدخل
دارًا فقيل له، فقال: إنه من لا يستحي من الناس لا يستحي من الله. [صفة الصفوة 1/
343].
§ Dari Muhammad bin Sirin,
berkata : “Keluar Zaid Bin Tsabit-semoga Allah meridhainya-menuju shalat
Jum’at, ternyata manusia sudah pulang selesai mengerjakan, maka beliau segera
belok masuk ke sebuah rumah, maka ditanyakan kepadanya(apa sebabnya), maka
beliau berkata :
“ Sesungguhnya barang siapa yang tidak malu
terhadap sesama manusia, maka dia tidak akan punya malu kepada Allah”.
[Sifat Ash shoffah : 1/343]
عن عروة بن الزبير،
عن أبيه أن أبا بكر رضي الله تعالى عنه خطب الناس فقال: يا معشر المسلمين استحيوا
من الله - عزَّ وجلَّ - فوالذي نفسي بيده، إني لأظل حين أذهب إلى الغائط في الفضاء
متقنعًا بثوبي استحياء من ربي - عزَّ وجلَّ. [الزهد للإمام أحمد / 371].
§
Dari
Urwah bin Zubair dari Ayahnya, sesungguhnya Abu Bakr –semoga Allah meridhainya-
berkhutbah dihadapan manusia, dan berkata :
“Wahai manusia malulah kepada Allah(dengan merasa diawasi
oleh Allah), demi jiwaku yang berada di tangannya, sesungguhnya aku memakai
penutup saat buang hajat ditengah padang pasir, berselimut dengan pakaianku,
karena malu dari Rabbku-azza wa jalla-“.
[Az Zuhd Imam Ahmad 371]
وعن الحسن قال -
وذكر عثمان رضي الله تعالى عنه وشدة حيائه - فقال: إن كان ليكون في البيت والباب
عليه مغلق، فما يضع عنه الثوب ليفيض عليه الماء، يمنعه الحياء أن يقيم صلبه.
[الحلية (تهذيبه) 1/ 76].
§ Dari Al Hasan berkata, menceritakan
tentang Utsman-semoga Allah meridhainya- tentang tingginya rasa malu beliau,
berkata :
“Bahwasanya Utsman di dalam rumahnya, dalam keadaan pintu
terkunci, beliau tidak melepas bajunya, saat (mandi) menyiram badannya dengan
air, karena sifat malunya (merasa diawasi Allah) beliau juga tidak berdiri(saat
mandi).
[Al Hilyah : 1/76]
Berbagi
ilmu dan faidah
Kunjungi
dan ulas kami
sditalfalahblogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar