Mengajari Anak
Mempunyai Rasa Malu
SAHABAT KELUARGA AL FALAH
Rasa malu suatu sifat terpuji di dalam syariat Islam :
Dalam riwayat Muslim
disebutkan,
اَلْـحَيَاءُ
خَيْرٌ كُلُّهُ.
“Malu itu kebaikan seluruhnya.
– Rasa malu yang dimaksud dalam konteks ini adalah tak melakukan tindakan yang tidak baik di depan umum. Rasa malu merupakan bagian dari iman perlu ditanamkan pada anak-anak sejak dini.
Sebagai
contoh, ketika orang tua selesai membantu anak mandi, ajarkanlah untuk segera
menutup auratnya ketika keluar dari kamar mandi. Demikian juga ketika anak
ingin buang gas, membuang kotoran hidung atau hal lain hendaknya orang tua
mengajarkan pula untuk tidak melakukan di depan umum.
Jika
rasa malu sudah ditanamkan dan dipahami anak, maka nilai-nilai kesopanan dan
batas-batas perbuatan yang pantas akan melekat kuat hingga mereka dewasa.
Sebagai
bukti, kita masih sering melihat anak laki-laki yang dibiarkan pipis di
sembarang tempat. Hal ini tidak lepas dari kebiasaan orang tua yang memberikan
instruksi ’salah’ pada anak laki-laki ketika ingin buang air kecil di tempat
umum. ”Sudah pipis sini aja, tuh di bawah pohon.” Atau memakai pakaian yang
tipis dan terbuka auratnya. Tentu ini menyebabkan sensor malu pada anak akan
tidak aktif, karena kebiasaan-kebiasaan baik yang terlihat sederhana tidak
diajarkan.
Ada
beberapa kiat untuk memudahkan orang tua mengajarkan rasa malu pada anak.
Pertama, pola kebiasaan orang tua dan lingkungan keluarga. Jika orang
tua terbiasa keluar dari kamar mandi dengan memakai handuk sekenanya dan
terkesan telanjang, maka dalam keseharian anak tidak menutup kemungkinan
melakukan hal yang sama. Ingatlah, orang tua merupakan referensi model bagi
anak.
Kedua, biasakan memberi penghargaan. Seperti ketika anak sudah
bersikap sopan dengan berpakaian rapi ketika keluar dari kamar atau ketika
batuk dengan menutup mulutnya. Orang tua pun dapat melibatkan diri ketika anak
ingin melakukan hal yang tidak pantas, misal mengambilkan tisu, ketika anak
akan bersin.
Ketiga, hindari juga membuat anak tertekan anak secara berlebihan.
Apalagi memarahi anak ketika di depan umum. Jangan katakana, ”Ih, tidak sopan!”
tapi katakan, ”Kamu sudah besar, yuk pakai baju yang rapi, jangan lupa ya!” Ini
akan lebih mengena.
Anak
dapat saja merasa tersinggung dan akhirnya ogah-ogahan untuk menuruti
nasihat ibunya jika ia ditegur di depan umum. Untuk itu nasihati anak ketika di
kamarnya atau ketika memakaikan baju pada anak.
Keempat, ketika memberi pengertian cari kata-kata dan cara yang pas
dengan karakter anak. Lakukan secara berkelanjutan dan jangan bosan-bosan untuk
mengingatkan anak jika berperilaku tidak pantas.
Kelima
: selalu doakan anak dalam kebaikan dan awasi pergaulannya dengan anak anak
yang baik dan mempunyai rasa malu.
SDS
IT ALFALAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar