Jumat, 17 Maret 2017

Kesehatan Islam




Biji Ajaib
HABBATUS SAUDA’
-jinten hitam-

Habbatus sauda’ yang akrab di telinga masyarakat negeri kita dengan sebutan “jinten hitam” memang mempunyai banyak manfaat di dalam penyembuhan berbagai penyakit. Bukti tentang khasiat jinten hitam ini tidak perlu diragukan lagi, karena dasarnya adalah hadits Nabi Muhammad shalallah 'alaihi wa salam yang tidaklah beliau berkata kecuali dari wahyu yang Alloh turunkan kepada beliau, disamping itu berbagai macam percobaan dan pembuktian medis semakin menguatkan khasiat biji ajaib ini. Salah satu hadits yang sering dibawakan dalam menjelaskan khasiat biji ajaib ini adalah   :
عن عَائِشَةَ t أَنَّهَا سَمِعَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ هَذِهِ الْحَبَّةَ السَّوْدَاءَ شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ دَاءٍ إِلَّا مِنْ السَّامِ قُلْتُ وَمَا السَّامُ قَالَ الْمَوْتُ
Dari ‘Aisyah t sesungguhnya dia pernah mendengar Nabi r bersabda : “Sesungguhnya pada jinten hitam ini terdapat obat bagi seluruh penyakit kecuali penyakit “saam”, aku-‘Aisyah- berkata : “Apa itu saam”, berkata- Nabi shalallah 'alaihi wa salam-: “kematian”.

v  Dari hadits diatas terdapat beberapa pelajaran penting          , antara lain :
1.  Beberapa pentafsiran dari para ulama berkaitan dengan sabda Nabi shalallah 'alaihi wa salam  “obat bagi seluruh penyakit” :
·         Berkata Al Khottobi     : “ Hadits ini termasuk didalam kategori hadits yang lafadznya umum menyeluruh akan tetapi yang dimaksud adalah sesuatu yang khusus, karena tidaklah mungkin terkumpul dalam sifat asli suatu tumbuhan atau pepohonan, semua kekuatan yang bisa melawan dan menyembuhkan segala macam penyakit yang sangat bervariasi, jenis dan sifat-sifatnya. Akan tetapi yang dimaksud -“obat bagi seluruh penyakit-“ didalam hadits ini adalah obat bagi seluruh penyakit yang timbul dari sifat basah, lembab dan dingin, karena jinten hitam ini mempunyai sifat kering dan panas sehingga bisa melawan dan mematikan semua penyakit yang sifatnya basah dan dingin saja, dengan ijin Alloh subhanahu wa ta’ala, karena penggunaan obat itu harus kebalikan dengan sifat penyakit dan penggunaan asupan makanan itu harus sejenis dengan sifat penyakit.

·         Berkata Abu Muhammad bin Abi Jamroh   : “Ada sebagian orang yang menafsirkan makna “obat bagi seluruh penyakit” dalam hadits diatas dengan makna khusus untuk mengobati penyakit-penyakit yang sifatnya basah dan dingin saja, dasar penafsiran mereka ini berasal dari pendapat para dokter dan percobaan-percobaan mereka. Pendapat ini jelas tidak tepat dan tidak perlu diragukan lagi kesalahannya, karena jelas sekali bertentangan dengan pendapat dan penjelasan Rasululloh shalallah 'alaihi wa salam  yang perkataan beliau berdasarkan dari wahyu Alloh Ta’ala yang menurunkan semua penyakit, sedangkan perkataan para dokter tadi hanya berdasarkan percobaan-percobaan yang terkadang benar dan terkadang salah”.

·         Berkata Ibn Hajar : “Maksud dari sabda Nabi Muhammad shalallah 'alaihi wa salam : “obat bagi seluruh penyakit”: bahwa penggunaan habbatus sauda’ agar bisa mengobati seluruh penyakit adalah dengan tidak hanya dikonsumsi secara “tunggal” akan tetapi perlu “dikombinasikan” dengan yang lainnya, dan bukan hanya dengan dimakan atau diminum secara langsung saja, akan tetapi terkadang perlu dengan ditumbuk terlebih dahulu menjadi serpihan-serpihan kecil baru dikonsumsi, terkadang juga digunakan dengan diambil minyaknya kemudian baru dimanfaatkan dengan cara diteteskan, terkadang dengan cara dibalutkan dengan kain, dan dengan cara-cara yang lainnya yang sesuai dengan jenis penyakitnya, maka dengan ijin Alloh Ta’ala biji ajaib ini akan dapat mengobati segala macam penyakit, inilah tafsir yang paling tepat dalam menjelaskan sabda Nabi r "obat segala penyakit

2.  Kematian adalah termasuk suatu penyakit yang tidak ada obatnya dan tidak akan pernah ditemukan obatnya, yang pasti akan menyerang semua manusia. Maka hendaklah kita menyadari hal ini dengan segera mempersiapkan bekal kita dalam mengadapi kematian yang pasti datang dan tidak ada yang bisa menjegahnya dan tidak ada obatnya, dengan banyak melakukan ibadah murni  kepada Alloh ta’ala semata sesuai tuntunan Rasululloh r dan menjauhi larangan-laranganNya.

“ disarikan dari Tuhfatul Ahwadi”
Abul Hasan Ali (staff pengajar SDIT AL FALAH) Cawas, Klaten.
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar