Terapi Anak
Yang Sering Berkata Kasar
SAHABAT KELUARGA AL FALAH–
Sebagai seorang muslim kita diajarkan untuk senantiasa berkata
yang baik dan membiasakan anak-anak kita dan murid-murid kita berkata yang baik
وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ
أَحْسَنُ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ
لِلْإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا
Dan katakanlah kepada
hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik
(benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka.
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.
[Al Isra : 53 ]
Tetapi kita sebagai orang tua atau guru terkadang mengahadapi
kesulitan menghadapi anak yang berkata kasar karena terpengaruh pergaulan di
luar keluarga dan di luar sekolah
Jika anak sudah sering berkata kasar atau mengeluarkan makian,
cara menghentikannya, orang tua harus bijak dan sabar memberi perhatian
terhadap hal tersebut dengan sikap yang bijak dan sabar
Sebisa mungkin tidak melakukan hukuman fisik. Jika akan
menerapkan hukuman, sebaiknya sudah ada perjanjian sebelumnya, sehingga anak paham
alasan dia dihukum.
Berikut cara yang bisa dilakukan orang tua dan guru untuk
menghentikan umpatan atau makian si kecil :
1. Biasakan untuk untuk kita sendiri tidak menggunakan kata-kata
kasar dalam kehidupan sehari-hari. Ada baiknya sebagai orang tua selalu menjaga
perkataan dalam percakapan sehari-hari, baik saat tenang maupun saat emosi.
Selalu ingat, anak batita adalah peniru ulung.
2. Jika anak mendengar kata-kata kasar dari TV atau orang lain,
jelaskan pada anak jika hal tersebut tidak baik, jadi anak yang baik juga tidak
akan melakukannya. Ada baiknya anak dilarang nonton TV atau terpaksa harus ada
pendampingan.
3. Jika orang tua terlepas bicara kasar atau memaki lalu anak
mendengarkan kata-kata tersebut, segera minta maaf pada anak dan jelaskan bahwa
yang dikatakannya tadi tidak baik.
4. Alihkan atau ganti dengan kata-kata yang lebih baik. Jika
anak senang mengulang-ulang makian dan sumpah serapahnya, kita bisa mencoba
‘menawarkan’ kata-kata lain yang menarik untuk diulang.
Misalnya, kata-kata kasar yang biasa diucapkan anak,
‘puuussshh-ampussshh’, bisa dialihkan menjadi ‘puuusss, puusss, meooongg!’
Misalnya anak mengucapkan kalimat, ‘jelek kayak bebek’, bisa
dinetralkan menjadi ‘bebek.. kwek-kwek’.
Jika anak suka mengulang kata-kata tertentu saat marah atau
kesal, kita dapat mengajarkan kata-kata baru yang sekaligus mengenalkan nama
emosi, misalnya ‘kesssaalll’ atau ‘seebbaaall’. ..geeemes banget sama
ustadzah…
”Jangan lupa memuji jika si kecil telah mengucapkan kata-kata
yang baik,”
5. Jika anak terlanjur terbiasa memaki, buatlah perjanjian
dengan anak dengan perangsang. Misalnya, jika ia bisa tidak memaki sampai waktu
yang disepakati, maka akan ada sesuatu yang menyenangkan bagi anak, seperti
diajak jalan-jalan atau dibuatkan makanan kesukaannya.
Sebaliknya, jika anak tetap memaki, buat kesepakatan mengenai konsekuensi
yang harus dihadapi. Satu hal penting, jangan berikan sesuatu yang menyenangkan
anak pada saat perilakunya buruk (memaki). Hal tersebut dapat melatih anak
bahwa jika ia memaki ia tidak akan mendapatkan hal yang dia inginkan.
6. Latih anak untuk mengekspresikan perasaan tidak nyaman dengan
cara-cara yang lebih positif, misalnya membiasakan komunikasi dan mengajak anak
untuk mau terlibat dalam aktivitas hobby yang positif.
7. Yang tidak kalah penting adalah : jalin komunikasi yang baik antara orang tua dan guru di sekolah, jika orang tua mendapat anaknya berkata kasar di rumah, karena guru tidak mungkin bisa mengkontrol semua murid dalam waktu bersamaan.
sampaikan kepada guru, cari solusi, dari mana anak dapat kata2 tersebut? apakah dari sekoalah atau dari luar sekolah.
kalau dari sekolah...dari siapa ? perlu kita observasi dan investigasi ? perlu kita panggil orang tua dari kedua belah pihak dan usaha2 yang lainnya.
Hargai perasaan anak, dengarkanlah jika ia senang curhat.
Usahakan tidak saling menyalahkan namun mencari solusi bersama-sama. Hal
tersebut dapat melatih anak untuk memiliki keterampilan problem solving yang
baik.
Sumber :
Sahabat pendidikan Kemendikbud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar