Bila Anak Gemar Membuat Coret-coret
SAHABAT KELUARGA AL FALAH–
Anak Anda gemar membuat coret-coret? Biarkan aktivitas itu.
Mencoret merupakan bagian dari perkembangan normal menuju penghalusan kemampuan
motorik halus yang membutuhkan koordinasi mata dan tangan (sensomotorik).
Setiap
anak memiliki prosesnya sendiri-sendiri. Kegiatan mencoret juga bisa menjadi
petunjuk awal minat dan bakat menggambar atau melukis. Aktivitas ini mungkin
tidak muncul pada setiap anak.
Kegemaran
mencoret mulai muncul sejak anak berusia 1,5 tahun atau ketika sudah bisa mulai
memegang alat tulis dan menorehkannya pada sebuah medium seperti kertas atau
lainnya.
Kegiatan
itu berkembang saat anak berusia 2-4 tahun, meskipun bentuk coretannya belum
bermakna apapun.
Mulai
usia 4 tahun, kemampuan sensomotorik anak mulai berkembang, sehingga anak sudah
lebih mampu membuat bentuk, dan orang dewasa memaknainya sebagai ‘menggambar’.
Kegemaran
mencoret pada anak tidak menimbukan dampak apapun, kecuali menghabiskan berlembar-lembar
kertas atau alat tulis.
Kegiatan
mencoret pada anak memiliki manfaat, antara lain, pertama, melatih motorik.
Tidak hanya lengan, kegiatan mencoret pun melibatkan pergerakan pergelangan
tangan dan jari jemari. Dengan begitu, selain motorik kasar, motorik halus pun
ikut dilatih.
Kedua,
melatih kreativitas dan imajinasi. Lewat mencoret, anak dapat menuangkan apa
yang ada di pikirannya, sehingga daya kreatifitasnya semakin tergali.
Ketiga,
bereksplorasi tanpa batasan. Dengan diberikan kebebasan untuk mencoret, anak
akan merasa bahwa ia bebas melakukan apa yang diinginkannya tanpa harus takut
dimarahi. Keempat, mengasah cita rasa . Kemampuan CIT rasa yang terpendam bisa
digali lewat aktivitas mencoret ini
Kegemaran mencoret anak bisa menimbulkan masalah, ketika anak
mulai menuangkan coretannya tersebut pada dinding rumah. Bagaimana orang tua
harus bersikap? Menurut psikolog anak, Agustina Hendriati, Msc, Psi, ada
beberapa catatan dari kegiatan anak mencoret di dinding.
Jika
orang tua marah dengan aktivitas anak tersebut, dampaknya anak nantinya menjadi
pribadi yang tidak ekspresif, suka merasa bersalah dan takut untuk
berinisiatif. Sementara, jika dibiarkan mencoret di mana saja, hal tersebut
bisa membuat anak nantinya menjadi pribadi yang permisif (serba boleh).
Idealnya,
orang tua menyediakan tempat untuk anak menyalurkan kegemaran mencoret sebebas
mungkin.
Beberapa
hal perlu diperhatikan orang tua, bila anak memiliki kegemaran mencoret, antara
lain,
pertama, anak belum bisa membedakan tempat yang boleh dan tak
boleh dipakai untuk mencoret. Sehingga, wajar jika anak kerap mencoba
menggoreskan alat tulisnya ke dinding.
Untuk
memfasilitasinya, pilihlah satu ruangan atau dinding di rumah yang boleh
dijadikan media mencoret. Ruangan tersebut mungkin saja berada di belakang
rumah, sehingga tidak menganggu keindahan rumah. Jika tidak memungkinkan,
tempelkan kertas buram di dinding atau lapisi tembok dengan kertas, sehingga
anak menggunakan media kertas tersebut untuk mencoret dan dinding aman dari
coretan.
Kedua,
berikan penjelasan secara rinci tempat yang boleh dan tak boleh dipakai untuk
mencoret. Misalnya, “Adik mencoretnya di kertas atau papan tulis saja ya. Kalau
di dinding ruang tamu, nanti kotor, kan malu kalau ada tamu.” Penjelasan
seperti ini dilakukan setiap kali anak ingin melakukan aktvitasnya. Lambat
laun, anak akan tahu tempat untuk mencoret.
Ketiga,
pilihlah alat tulis yang aman untuk anak, karena di usia lima tahun ke
bawah, anak masih suka memasukkan benda yang dia pegang ke dalam
mulutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar