Melatih
Empati Anak
SAHABAT KELUARGA AL FALAH-
Empati sangat dijunjung tinggi dalam Islam :
Dari Abu Hurairah radliyallahu anhu berkata, telah bersabda
Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam,
وَ اللهُ فىِ عَوْنِ اْلعَبْدِ مَا كَانَ
اْلعَبْدُ فىِ عَوْنِ أَخِيْهِ
“Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu
menolong saudaranya”.
[HR Muslim: 2699, at-Turmudziy: 1930, 1425, 2945,
Abu Dawud: 4946, Ibnu Majah: 225 dan Ahmad: II/ 252, 296, 500, 514. Berkata
asy-Syaikh al-Albaniy Shahih]. [1]
Berkata asy-Syaikh Salim bin Ied al-Hilaliy hafizhohullah,
“Pemberian pertolongan seorang hamba terhadap saudaranya itu dapat menyebabkan
pertolongan Allah kepada hamba tersebut”. [2]
Berkata asy-Syaikh Muhammad bi Shalih al-Utsaimin rahimahullah, :
“Bahwa Allah ta’ala menolong seorang hamba selama hamba itu
menolong saudaranya. Di dalam hadits ini terdapat motivasi untuk menolong
saudaranya dari kaum muslimin di dalam segala yang perkara yang mereka butuh
pertolongan.. Namun motivasi menolong saudaramu yang muslim itu terikat dengan
perbuatan baik dan ketakwaaan. Hal ini karena firman Allah ta’ala ((Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa. QS al-Maidah/
5: 2)). [3]
Empati menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia daring, adalah
keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya
dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain.
Dalam idiom Indonesia, kemampuan ini dekat dengan kemampuan menenggang perasaan
orang lain.
Kemampuan empati ini sangat diperlukan anak-anak, karena ia
bagian dari keterampilan hidup (social skill). Seorang anak
yang memiliki empati yang tinggi akan lebih mudah bergaul dengan
teman-temannya. Seperti diperlihatkan dalam uji terhadap 7 ribu orang di Amerika
Serikat dan 18 negara lain, manfaat empati antara lain anak menjadi lebih
stabil secara emosional, lebih popular, lebih ramah dan lain-lain. (Melejitkan
Kepekaan Emosional, Jeanne Segal Ph.D., Kaifa, 2000).
Berikut kiat mengasah empati anak.
Pertama, anak-anak diajak menjenguk kerabat atau teman yang
sedang sakit. Saat melihat orang lain sakit, anak-anak kemudian bisa melihat
perbedaannya ketika sehat. Harapannya akan timbul rasa syukur, kemudian disusul
dengan upaya membantu yang sakit agar lekas sembuh, baik dengan materi maupun
berupa doa.
Kedua, mengajak anak-anak berkunjung ke panti asuhan anak yatim.
Memiliki ayah dan bunda yang sepenuh hati menyayangi putra-putrinya menjadi
dambaan setiap anak. Namun tidak semua anak bisa memperolehnya. Tak jarang,
dalam usia yang masih dini, mereka sudah tidak bisa lagi merasakan kasih sayang
ayahnya, karena ayah tercintanya telah dipanggil Tuhan.
Akirnya mereka tumbuh menjadi anak yatim, bahkan yatim piatu,
dan akhirnya mereka harus tinggal di panti asuhan. Mengajak anak ke panti
asuhan akan menyadarkan mereka untuk selalu bersyukur, sekaligus memunculkan
empati untuk membantu mereka yang tidak beruntung.
Ketiga, anak-anak diminta mengantar makanan ke tetangga yang
rumahnya paling dekat dengan rumah kita dan yang paling membutuhkan. Ketika
memasak jangan lupa untuk membuat porsi lebih, apalagi jika menu masakan
istimewa, sehingga kita dapat berbagi kepada tetangga.
Ada satu nasihat yang sangat tepat berkaitan dengan cara ketiga
ini, yaitu dalam hidup bermasyarakat, terutama bertetangga lebih penting kita
membuat pagar nasi dibandingkan pagar besi. Artinya untuk menjaga keamanan
lingkungan rumah, lebih baik ketika membangun keharmonisan di antara tetangga,
dibandingkan mengisolasi rumah dengan membangun pagar dari besi.
Keempat, jika kita bepergian, bawalah oleh-oleh yang agak
banyak, sehingga anak-anak tetangga pun bisa kebagian. Karena tidak setiap
orang tua yang bepergian tak selalu bisa membawa oleh-oleh ketika pulang. Lalu
mintalah anak Anda mengantarkan oleh-oleh itu ke rumah tetangga.
Kelima, ajaklah anak ikut menelusuri perkampungan kumuh.
Anak-anak akan melihat dan merasakan secara langsung bagaimana tinggal di rumah
petak yang sempit dengan fasilitas sangat terbatas. Dalam benak anak akan
muncul pikiran, ternyata tidak semua orang tua mampu menyediakan tempat tinggal
yang layak bagai anak-anaknya. Dengan cara itu, diharapkan anak akan
memiliki empati terhadap penghuninya.
Keenam, biasakan anak menabung sedekah, misal dengan secara
khusus Anda menyediakan celengan di rumah yang harus diisi uang setiap Jumat,
misalnya. Celengan bisa dibuka setelah setahun pada Hari Raya Idhul Fitri. Uang
yang terkumpul dapat diberikan kepada keluarga fakir miskin, sehingga mereka
bisa ikut menikmati lebaran.
sahabat pendidikan kemendikbud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar