Kiat Menyediakan Waktu Bermutu Bagi Anak
SAHABAT KELUARGA AL FALAH–
Bapak/Ibu/rekan2 –yang dimuliakan Allah ta’ala- :
Putra putri kita adalah investasi kebahagiaan hidup kita di dunia dan akherat, oleh sebab itu kita perlu mencurahkan waktu yang bermutu bagi mereka, disela sela kesibukan kita, bekerja, mengajar dan beraktifitas.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika manusia itu mati, maka akan putus amalannya kecuali dari tiga perkara: [1] sedekah jariyah, [2] ilmu yang diambil manfaatnya, [3] anak sholih yang mendo’akan orang tuanya.” (HR. Muslim no. 1631)
Bagi bapak/ibu yang bekerja, tentunya kebersamaan dengan anaknya yang berusia lima tahun ke bawah merupakan hal yang tidak mudah. Pastilah ada banyak saat yang mau tidak mau terlewatkan, karena keterbatasan waktu bertemu dan berkumpul bersama anak. Sungguh kondisi yang amat dilematis, pekerjaan jelas penting, namun mendampingi si kecil juga harus dilakukan.
Agar kedua jenis pekerjaan itu dapat tetap berjalan optimal, perlu kiat khusus dalam mengelola waktu. Si anak tetap diberi waktu bermutu (quality time) guna perkembangan potensinya agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi, sebab waktu bermutu dapat menyemai karakter positif anak.
Untuk bisa menyediakan waktu bermutu bagi anak, ikuti kiat berikut,
Pertama, : SMILE...Senyumlah....
tetap memberikan pelayanan prima pada anak di rumah sepulang kerja. Abaikan rasa lelah yang mendera dengan tetap tersenyum pada anak yang telah menunggu kehadiran kita di rumah. Ingatlah selalu bahwa anak yang ada di hadapan kita adalah juga asset masa depan. Mereka calon pemimpin negeri dan bahkan bisa menjadi perantara bagi kita untuk mencapai surga-Nya.
Kedua, : SALING BERBAGI
luangkan waktu saat bersama itu untuk saling berbagi, mengungkapkan perasaan (senang, sedih atau perasaan lainnya). Anak memiliki potensi yang sangat luar biasa dalam mendengar dan bercerita. Ia dapat mengolah perasaan yang ia miliki, sehingga inilah saatnya si kecil mengasah kepedulian terhadap bapak/ibunya. Hal ini penting agar kemampuan anak dalam berbahasa dan olah rasa semakin terasah.
Jika berharap anak terbuka, ibunyalah yang belajar berusaha terbuka. Ceritakanlah hal-hal sederhana dari pengalaman yang Anda lalui. Misal, “Hari ini perjalanan ibu menuju sekolah cukup lama lo. Soalnya jalanan macet. Banyak kendaraan yang berhenti, tapi ibu tetap semangat dan berusaha disiplin tidak telat mengajar Akhirnya ibu sampai deh di tempat kerja.”
Sebaiknya si ibu yang mengawali pembicaraan. Jangan menyuguhkan pada anak banyak pertanyaan berulang, seperti sudah makan belum, tadi ngapain aja, main sama siapa. Pertanyaan yang berulang setiap hari akan membuat anak merasa diinterogasi dan mungkin kemudian malas bercerita. Saat si ibu bercerita, namun belum ada respon apapun dari si kecil, tetaplah bercerita, sebab suatu waktu nanti anak pasti akan dapat mengungkapkan perasaannya.
Ketiga, DENGARKAN
senantiasa dengarkan keinginan si anak. Jika keinginannya positif dan dapat diwujudkan sebisa mungkin bersama mewujudkannya. Namun, tidak semua keinginan boleh kita kabulkan dengan mudah, anak tetap perlu diberikan stimulus untuk senantiasa berusaha mewujudkan mimpi tersebut.
Keempat, BERI TANGGUNG JAWAB
libatkan anak dalam pekerjaan rumah tangga sehari-hari. Selain mengasah keterampilan anak, pelibatan ini dapat menjadi wawasan pemecahan masalah bagi anak dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Usahakan setiap proses yang dilakukan tetap berjalan menyenangkan, dan carilah pekerjaan rumah yang ringan. Misal, membantu mencuci beras sebelum dimasak, mencuci piring plastik, menyapu, mengepel, melipat baju kering dan hal lainnya. Jika anak dirasa telah dapat melakukannya sendiri tanpa bantuan, ibu dapat memberikan kesempatan pada anak untuk melakukannya sendiri dengan pendampingan.
Kelima,KEBERSAMAAN
buatlah kegiatan bersama lainnya. Sebagai seorang muslim, ada banyak sekali yang dapat dilakukan bersama anak, misal shalat bersama, wudhu bersama, berdoa sebelum makan bersama, dan lain sebagainya. Atau ibu juga dapat mengerjakan kegiatan bersama seperti menggambar bersama, menulis bersama atau lainnya.
Berikanlah kesempatan anak untuk bergantian meminta kita untuk melakukan apa yang dia lakukan. Misal, jika kita memberikan contoh tulisan untuk disalinkan oleh anak, anak juga dapat melakukan sebaliknya dengan memberikan contoh tulisan untuk kita salin ulang. Saat ibu menggambar maka anak yang mewarnai dan sebaliknya, saat anak menggambar maka ibu dapat menggantikan posisi anak dengan mewarnai hasil gambar si kecil. Dalam kegiatan ini, kepercayaan adalah yang utama dalam prosesnya.
Sumber :
Sahabat pendidikan Kemendikbud
repost : sditalfalahcawas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar