Kiat
Bijak dalam Memberi Uang Jajan
12 Sep 2017 11:28:59
SAHABAT
KELUARGA AL FALAH-
“Ummi, beli jajan!,” kata anak
saya pada suatu siang.
Saya
menghampiri dan berkata pada anak, “Beli jajan apa, sayang?”
“Itu,
keripik pedas!,” kata anak saya.
Saya
langsung menunjukkan ekspresi tidak suka, seraya berkata, “Ingat dengan sakit
perut kemarin!” Saya kemudian pergi meninggalkan anak saya. Tapi, anak saya
mencegah, ”Baik, ummi. Tidak beli keripik pedas, tapi buah segar!”
Saya
segera berpaling dan memberikan selembar uang lima ribuan, dan berkata, “Ini,
dan kembaliannya disimpan!”
“Terima
kasih, ummi,” kata anak saya bergegas pergi.
Saya
yakin kejadian anak meminta uang untuk membeli jajan, sering kita alami.
Tampaknya ini sepele, tetapi menurut saya penting. Sebab, salah satu kewajiban
penting kita sebagai orang tua, tidak hanya soal memberikan uang jajan pada
anak, tetapi juga bagaimana uang jajan itu diberikan dengan tepat, anak
mengalokasikannya secara tepat pula dan pelajaran akhlak yang bisa dipetik dari jajan
Untuk
itu, orang tua harus bijak dalam memberikan uang jajan. Berikut empat hal yang
perlu diperhatikan.
Pertama,
: BIASAKAN ANAK HIDUP SEDERHANA, BERSAHAJA, TIDAK BOROS
Allah Ta’ala
berfirman,
وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا
إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
“Dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu
adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’ [17]: 26-27).
Maksudnya adalah mereka menyerupai setan dalam hal ini.
Ibnu Mas’ud dan Ibnu
‘Abbas mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu
pada jalan yang keliru.”
Mujahid mengatakan,
“Seandainya seseorang menginfakkan seluruh hartanya dalam jalan yang benar, itu
bukanlah tabdzir (pemborosan). Seandainya seseorang menginfakkan satu mud saja
(ukuran telapak tangan) pada jalan yang keliru, itulah yang dinamakan tabdzir
(pemborosan).”
Qotadah mengatakan,
“Yang namanya tabdzir (pemborosan) adalah mengeluarkan nafkah dalam berbuat
maksiat pada Allah, pada jalan yang keliru dan pada jalan untuk berbuat
kerusakan.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 8/474-475)
Dari Abu Hurairah, ia
berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى
لَكُمْ ثَلاَثًا وَيَكْرَهُ لَكُمْ ثَلاَثًا فَيَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ
وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا
وَلاَ تَفَرَّقُوا وَيَكْرَهُ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ
وَإِضَاعَةَ الْمَالِ
“Sesungguhnya Allah meridlai tiga hal bagi kalian dan murka
apabila kalian melakukan tiga hal. Allah ridha jika kalian menyembah-Nya dan
tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan (Allah ridla) jika kalian
berpegang pada tali Allah seluruhnya dan kalian saling menasehati terhadap para
penguasa yang mengatur urusan kalian. Allah murka jika kalian sibuk dengan
desas-desus, banyak mengemukakan pertanyaan yang tidak berguna serta
membuang-buang harta.” (HR. Muslim no.1715).
Tidak boros…. bukan berarti orang tua melarang anak jajan
sama sekali tidak, tetapi memberi batasan yang wajar sesuai kondisi ekonomi
orang tuanya dan memberi edukasi jajanan yang baik dan bermanfaat bagi anak.
misalnya sehari seribu rupiah, atau seminggu lima ribu rupiah, ajari anak tanggung jawab mengelola keuangan.
Kedua : SIKAP YANG LEMBUT DAN RAMAH
Muslim meriwayatkan
hadits dalam kitab Shahihnya no.2594 dari Aisyah, Nabi bersabda.
إِنَّالرِّفْقَ لاَيَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلاَّ
زَانَهُ وَلاَ يُنْزَ عُ مِنْ شَيءٍ إِلاَّ شَانَهُ
“Sungguh, segala sesuatu yang dihiasi kelembutan akan nampak
indah. Sebaliknya, tanpa kelembutan segala sesuatu akan nampak jelek”
berikan uang jajan dengan lembut dan baik pada anak. Saat anak meminta uang jajan, kita harus mendekat ke anak dengan senyum senang. Jangan sampai kita cuek, sehingga anak berteriak. Sebab saat itu anak membutuhkan kita. Saat sudah hadir, berikan uang itu dengan baik-baik. Hindari memerintahkan anak untuk mengambil uang di dalam dompet sendiri.
Ketiga
: UNTUK APA ?
tanyakan
tujuan meminta uang jajan. Saat sudah berhadapan dengan anak dengan ekspresi
senang, dan uang jajan siap diberikan pada anak, maka orang tua harus bertanya,
“Uang akan dipakai membeli apa, nak?” Dengan pertanyaan ini, kita bisa
mengontrol dan mengarahkan anak untuk membeli jajan yang baik dan sehat.
Keempat
: PENGARAHAN
berikan
larangan dan penghargaan atas jajan yang akan dibeli anak. Saat pertanyaan
sudah diajukan, maka anak akan menjawab dengan dua kemungkinan: membeli jajan
yang baik bagi kesehatannya atau membali jajan yang tidak baik untuk kesehatan
anak.
Jika
anak membeli jajan yang baik untuk kesehatan anak, maka kita harus membolehkan
bahkan memberikan apresiasi dengan perkataan yang membanggakan, ”Itu makanan
yang bagus sekali, nak. Sangat menyehatkan!” Tapi, jika jajan tidak
menyehatkan, maka orang tua harus melarang dengan keras, “Jangan jajan makanan
itu. Tidak baik untuk kesehatanmu!” Dengan begini anak akan tahu dan memilih membeli
jajan yang sehat.
Kelima
: BELAJAR MENABUNG
ajari anak menabung dari kelebihan uang jajan.
Setelah tahu jajan yang akan dibeli itu menyehatkan, maka berilah anak uang
dengan baik. Jika memungkinkan, berilah anak uang yang ada sisa kembaliannya,
kemudian minta agar sisa uang jajannya ditabung, “Nak, sisa uang jajannya
ditabung, ya!” Ini akan mengajari anak untuk gemar menabung.
Keenam
: MENDOAKAN KEBAIKAN
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ «
مَنْ أَتَى إِلَيْهِ مَعْرُوفٌ فَلْيُكَافِئْ بِهِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ
فَلْيَذْكُرْهُ فَمَنْ ذَكَرَهُ فَقَدْ شَكَرَهُ وَمَنْ تَشَبَّعَ بِمَا لَمْ
يَنَلْ فَهُوَ كَلاَبِسِ ثَوْبَىْ زُورٍ ».
Artinya: “Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Barangsiapa yang diberikan kepadanya sebuah kebaikan, hendaklah ia
membalasnya dan barangsiapa yang tidak sanggup maka sebutlah (kebaikan)nya, dan
barangsiapa yang menyebut (kebaikan)nya, maka sungguh ia telah bersyukur
kepadanya
ajari anak berterima kasih. JIka anak sudah
menerima uangnya, maka wajib hukumnya untuk anak mengucapkan terima kasih
pada orang-tuanya. Kewajiban berterimakasih ini pelajaran penting untuk anak.
Cara
berterima kasih dengan mengucapkan : “jazaakallahu khaira”
عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله
عليه وسلم- « مَنْ صُنِعَ إِلَيْهِ مَعْرُوفٌ فَقَالَ لِفَاعِلِهِ جَزَاكَ اللَّهُ
خَيْرًا فَقَدْ أَبْلَغَ فِى الثَّنَاءِ »
.
Artinya: “Usamah bin Zaid berkata:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang dibuatkan
kepadanya kebaikan, lalu ia mengatakan kepada pelakunya: “Jazakallah khairan
(semoga Allah membalasmu dengan kebaikan), maka sungguh ia telah benar-benar
meninggikan pujian.” HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab
Shahih Al jami’, no. 6368.
Sumber
:
Sahabat
pendidikan Kemendikbud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar