[ PEMBIASAAN DATANG AWAL SAAT SHALAT ]
Salah satu kunci
keberhasilan Pendidikan kita adalah, dengan menanamkan ibadah shalat yang baik
kepada anak.
Kunci shalat anak2 baik
jika datang lebih awal di masjid, mari kita damping dan kita biasakan :
Imam Sa’id bin al-Musayyab
(wafat setelah thn 90 H), imam besar dari generasi Tabi’in dan
paling luas ilmunya di kalangan mereka13.
Imam Ibnu Hibban berkata tentang sifat-sifat beliau yang terpuji: “Beliau
termasuk pemuka para Tabi’in dalam pemahaman agama, sifat
wara’, ilmu, ibadah dan kemuliaan…Selama empat puluh tahun, tidaklah
dikumandangkan adzan shalat kecuali Sa’id bin al-Musayyab (telah berada) di
masjid menanti (shalat berjama’ah)”14
Imam al-Aswad bin Yazid bin
Qais an-Nakha’i al-Kufi (wafat thn 75 H), imam besar dan panutan dari
generasi Tabi’in. Imam Ibrahim an-Nakha’i berkata
tentangnya: “Imam al-Aswad apabila telah tiba waktu shalat (fardhu) maka beliau
akan menderumkan/menghentikan onta (tunggangan)nya meskipun di atas batu”15.
Imam al-A’masy Sulaiman bin
Mahran al-Kufi (wafat thn 147 H), imam besar penghafal hadits dari
generasi Tabi’in yunior. Imam Waqi’ bin al-Jarrah
berkata memujinya: “Imam al-A’masy (selama) sekitar tujuh puluh tahun tidak
pernah ketinggalan takbir pertama (bersama Imam dalam shalat berjama’ah)”16.
Imam Ibrahim bin Maimun
ash-Sha’ig (wafat thn 131 H) dari generasi Atba’ut tabi’in.
Imam Yahya bin Ma’in berkata tentangnya: “Ketika beliau (sedang bekerja)
mengangkat palu (untuk menempa besi), lalu beliau mendengar adzan shalat
(berkumandang), maka beliau tidak akan memukulkan palu tersebut (karena
bersegera melaksanakan shalat berjama’ah)”17.
Imam Muhammad bin Sama’ah
at-Tamimi (wafat thn 233 H) dari generasi Atba’ut tabi’in junior,
beliau berkata: “Selama empat puluh tahun aku tidak pernah ketinggalan takbir
pertama (bersama Imam dalam shalat berjama’ah), kecuali pada hari wafatnya
ibuku, aku ketinggalan satu kali shalat berjama’ah”18.
Bahkan sifat ini di kalangan
para ulama Salaf menjadi ukuran untuk menilai baik atau buruknya agama
seseorang, dan kemudian dijadikan sebagai patokan unutk menilai siapa yang
pantas dijadikan sebagai guru tempat menimba ilmu sunnah Rasulillah Shallallahu’alaihi
Wasallam.
Imam Ibrahim an-Nakha’i (wafat
thn 96 H) berkata: “Dulunya para ulama Ahlus sunnah jika ingin mempelajari ilmu
(hadits) dari seseorang, maka mereka memperhatikan (terlebih dahulu) shalat,
penampilan dan tingkah laku orang tersebut”19.
Imam Ibrahim bin Yazid at-Taimi
(wafat thn 92 H) berkata: “Jika kamu melihat seorang laki-laki yang meremehkan
takbir pertama (bersama Imam dalam shalat berjama’ah), maka cucilah tanganmu
(tinggalkan riwayat hadits) darinya”20.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar