Bekal
Puasa # 2
Syarat
seseorang wajib berpuasa bulan Ramadhan :
1.
MUSLIM
Tidak sah dan tidak berpahala puasa yang dilakukan
orang kafir, sebelum mereka bersyahadat
memeluk agama Islam.
فَلاَ نُقِيْمُ لَهُمْ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا
“Dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian
bagi (amalan) mereka pada hari Kiamat.” (QS. Al-Kahfi: 105).
Jika orang kafir masuk Islam, maka baru
diwajibkan mereka berpuasa dan tidak perlu mengqodho’ puasa yang mereka
tinggalkan saat masih kafir.
قُل لِّلَّذِينَ
كَفَرُوا إِن يَنتَهُوا يُغْفَرْ لَهُم مَّا قَدْ سَلَفَ وَإِن يَعُودُوا فَقَدْ
مَضَتْ سُنَّتُ الْأَوَّلِينَ
“Katakanlah kepada orang-orang kafir itu, Jika
mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa
mereka yang telah lalu [ Al Anfal : 38 ]
2.
BALIGH
Tidak ada kewajiban puasa
bagi anak kecil yang belum baligh, berdasarkan :
"رفع
القلم عن ثلاثة عن النائم حتى يستيقظ، وعن الصبي حتى يبلغ، وعن المجنون حتى
يعقل" (رواه الإمام أحمد في مسنده)
Pena(catatan amal) diangkat dari 3 golongan : orang yang tidur
sampai bangun, dari anak kecil sampai baligh, dari orang gila sampai sadar.
[HR Ahmad dalam musnadnya]
Anak kecil yang belum
baligh, terbagi menjadi 2 macam :
§ Anak
kecil yang belum baligh tapi sudah mumayyiz.
§ Anak
kecil yang belum baligh dan belum mumayyiz.
a. Mumayyiz
artinya akalnya sudah mampu membedakan dan memahami syariat, memahami niat,
memahami puasa mengharap pahala dari Allah ta’ala, biasanya saat usia menginjak
7 tahun. Anak usia mumayyiz disunnahkan berpuasa walaupun belum baligh, seperti
diriwayatkan dari sebagian shahabat :
Disebutkan dalam hadis dari Rubayi’
binti Muawidz radhiallahu ‘anha, bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam mengutus sahabat di pagi hari Asyura (10 Muharam)
untuk mengumumkan, “Barang siapa yang sejak pagi sudah puasa,
hendaknya dia lanjutkan puasanya. Barang siapa yang sudah makan, hendaknya dia
puasa di sisa harinya.” Para sahabat mengatakan, “Setelah itu, kami pun
puasa dan menyuruh anak-anak kami untuk puasa. Kami pergi ke masjid dan kami
buatkan mainan dari bulu. Jika mereka menangis karena minta makan, kami beri
mainan itu hingga bisa bertahan sampai waktu berbuka.”
(H.r. Bukhari, no. 1960; Muslim, no.
1136)
Mereka belum wajib berpuasa, karena belum
baligh, jika tidak berpuasa tidak berdosa, tetapi kalau mereka berpuasa sah dan
berpahala di sisi Allah ta’ala.
b. Anak
kecil belum mumayyiz yang belum memahami niat, belum memahami tujuan ibadah,
biasanya dibawah usia 7 tahun. Anak-anak usia tersebut belum diwajibkan
berpuasa dan tidak sah dan tidak berpahala puasa yang mereka lakukan karena
tidak adanya niat.
3. Berakal
sehat.
Orang yang akalnya tidak
sehat, seperti orang gila, idiot tidak diwajibkan puasa, karena puasa adalah
ibadah yang butuh niat dan orang yang tidak berakal sehat tidak bisa berniat
ibadah.
Termasuk golongan ini adalah
orang tua yang sudah pikun, tidak diwajibkan bagi mereka berpuasa dan tidak
wajib membayar fidyah.
Berdasarkan hadits “diangkatnya
pena pencatatan amal” yang telah lewat.
4. Berbadan
sehat.
Orang sakit jika berpuasa
menambah parah penyakitnya atau memperlambat penyembuhan penyakitnya boleh
tidak berpuasa.
وَمَنْ
كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ
“Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka),
maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada
hari-hari yang lain.” (QS. Al Baqarah: 185)
Jika mereka berpuasa sah puasanya, yang lebih utama adalah yang lebih mempermudah bagi mereka.
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا
يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ
عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu
mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya
yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
[ Al Baqarah 185 ]
5. Mukim
Seseorang dalam perjalanan
boleh tidak berpuasa, berdasarkan :
وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ
عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ
“Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka),
maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada
hari-hari yang lain.”
(QS. Al Baqarah: 185)
Jika perjalanannya mudah dan tidak memberatkan maka boleh
dan tetap dianjurkan untuk berpuasa.
Jarak safar adalah tujuan yang akan dicapai lebih dari 80
km, menurut perdapat yang terkuat dari kalangan ulama.
Inilah pendapat dari mayoritas ulama dari kalangan Syafi’i,
Hambali dan Maliki. Dalil mereka adalah hadits,
وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ وَابْنُ
عَبَّاسٍ – رضى الله عنهم – يَقْصُرَانِ وَيُفْطِرَانِ فِى أَرْبَعَةِ بُرُدٍ
وَهْىَ سِتَّةَ عَشَرَ فَرْسَخًا
“Dahulu
Ibnu ‘Umar dan Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhum mengqashar
shalat dan tidak berpuasa ketika bersafar menempuh jarak 4 burud (yaitu: 16
farsakh)./ 80 km” (HR. Bukhari secara mu’allaq –tanpa
sanad-. Diwasholkan oleh Al Baihaqi 3: 137. Lihat Al Irwa’ 565 Syaikh Albani)
6. Bebas
haid dan nifas.
Wanita haid dan nifas tidak
boleh berpuasa, jika mereka berpuasa tidak sah puasanya.
أَلَيْسَ إِذَا
حَاضَتْ لَمْ تُصَلِ وَلَمْ تَصُمْ؟ قُلْنَ: بَلَى. قَالَ: فَذلِكَ مِنْ نُقْصَانِ
دِيْنِهَا
“Bukankah wanita itu bila haid ia tidak shalat dan tidak
puasa?” Para wanita menjawab, “Iya.” Rasulullah berkata, “Maka itulah dari
kekurangan agamanya.” (HR. Al-Bukhari no. 304)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar