Lima Dasar Pola Asuh yang Perlu Diperhatikan Oleh Orang Tua dan Guru
SAHABAT KELUARGA-
Sering
berita miris kita dengar dan saksikan dari perilaku yang menyimpang dari
anak-anak Indonesia apalagi dari mereka yang masih berstatus pelajar sekolah
dasar usia 6-11 tahun.
Tak hanya pelecehan seksual, anak-anak yang masih
belum akil baliq juga kerap diberitakan meminum minuman keras, tindak bullying,
dan serangkaian tindak negatif lainnya.
Kenapa ini mesti terjadi? Apa penyebabnya? Siapa
yang salah?
Menurut Cahyadi,-seorang pengamat Pendidikan-
seluruh keluarga harus kembali memperhatikan dan memperbaiki proses pendidikan
anak dari dalam rumah. Sebab dari dalam rumah itulah anak-anak mendapatkan
dasar-dasar nilai untuk membentuk karakter serta kepribadian mereka hingga masa
dewasa kelak.
Apa yang harus dilakukan orang tua?
1.
Keteladanan
Di antara bentuk pendidikan yang
paling utama adalah dengan teladan nyata. Mendidik anak akan efektif
apabila ada contoh teladan yang nyata dari kedua orang tuanya. Sulit bagi anak
untuk berperilaku jujur apabila orang tuanya mencontohkan kebohongan. Sulit
bagi anak untuk berhenti merokok apabila menyaksikan orang tuanya selalu
merokok. Demikian pula sulit bagi anak untuk rajin ibadah apabila orang tuanya
tidak melaksanakan ibadah.
Sehingga orang tua terbaik, guru terbaik :
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ
اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ
وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
” Sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah. [ Al Ahzab ayat 21 ]
2.
Pembiasaan kebaikan sejak kecil
Pembiasaan yang dilakukan sejak kecil akan mampu
menjadi pondasi kebaikan bagi anak hingga mereka dewasa. Untuk itu, biasakan
anak-anak dengan perasaan diawasi dan dijaga oleh Allah agar mereka selalu
berada dalam kebaikan dimanapun mereka berada. Sangat penting bagi anak untuk
ditanamkan kesadaran akan adanya pengawasan dan penjagaan Allah pada diri
manusia.
Nabi bersabda,
"Perintahkan
anak itu (mendirikan) shalat ketika ia telah sampai (umur) 7 ( tujuh) tahun.
Dan jika telah sampai sepuluh tahun maka pukullah dia" (kalau meninggalkan
shalat dengan sengaja). (Hadits Riwayat At-Tirmidzi dan Al Hakim, shahih atas
syarat Muslim).
3.
Mendongeng
Salah satu model pendidikan anak yang efektif
adalah dengan kisah keteladanan yang nyata dan bukan kebohongan dari para Nabi,
para sahabat dan para ulama. Jika anak-anak sudah mulai nalar, ajak mereka
berdiskusi tentang kisah-kisah keteladanan tersebut agar mereka mengerti makna
dan hikmah yang bisa diambil darinya. Beli buku cerita anak2.
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ
عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
“Sesungguhnya
pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai
akal” (Yusuf: 111)
4.
Memanfaatkan Momentum
Di antara model mendidik anak adalah dengan
memanfaatkan peristiwa atau kejadian yang baru saja dialami atau yang ada di
sekitarnya. Bukan hanya peristiwa atau kejadian yang dialami sendiri oleh anak,
namun juga kejadian yang terjadi di sekitar lingkungan kehidupannya. Sebagai
contoh sederhana, ketika anak kehilangan mainan, menjadi kesempatan bagi orang
tua untuk mengajarkan sikap ikhlas, hati-hati sekaligus mengajarkan doa
kehilangan. Ketika menyaksikan ada kecelakaan lalu lintas, kesempatan
bagi orang tua untuk menanamkan kesadaran kehati-hatian dalam berkendara.
Reward dan Punishment
Anak memerlukan pengakuan dan pujian atas kebaikan
dan prestasi yang dilakukannya. Untuk itu orang tua harus seimbang dalam
memberikan reward dan punishment kepada anak,
karena keduanya diperlukan dalam mendidik dengan kadar yang tepat. Jangan hanya
bisa menghukum kesalahan anak, namun juga harus bisa mengapresiasi kebaikan
anak.
Reward dan punishment memiliki
fungsi penting dalam mengajari anak berperilaku positif. Fungsi pertama ialah
pendidikan. Pujian dan hukuman bertujuan untuk memberikan pendidikan kebaikan
bagi anak, yaitu mendidik agar anak-anak selalu terkondisi dalam kebaikan.
Fungsi kedua adalah menjadi motivasi bagi anak untuk melakukan dan mengulangi
perilaku positif.
Sahabat Pendidikan Kemendikbud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar