Senin, 02 April 2018

Lima Dasar Pola Asuh yang Perlu Diperhatikan Oleh Orang Tua dan Guru



SAHABAT KELUARGA-
  Sering berita miris kita dengar dan saksikan dari perilaku yang menyimpang dari anak-anak Indonesia apalagi dari mereka yang masih berstatus pelajar sekolah dasar usia 6-11 tahun.
Tak hanya pelecehan seksual, anak-anak yang masih belum akil baliq juga kerap diberitakan meminum minuman keras, tindak bullying, dan serangkaian tindak negatif lainnya.
Kenapa ini mesti terjadi? Apa penyebabnya? Siapa yang salah?
Menurut Cahyadi,-seorang pengamat Pendidikan- seluruh keluarga harus kembali memperhatikan dan memperbaiki proses pendidikan anak dari dalam rumah. Sebab dari dalam rumah itulah anak-anak mendapatkan dasar-dasar nilai untuk membentuk karakter serta kepribadian mereka hingga masa dewasa kelak.
Apa yang harus dilakukan orang tua?

1.    Keteladanan
Di antara  bentuk pendidikan yang  paling  utama adalah dengan teladan nyata. Mendidik anak akan efektif apabila ada contoh teladan yang nyata dari kedua orang tuanya. Sulit bagi anak untuk berperilaku jujur apabila orang tuanya mencontohkan kebohongan. Sulit bagi anak untuk berhenti merokok apabila menyaksikan orang tuanya selalu merokok. Demikian pula sulit bagi anak untuk rajin ibadah apabila orang tuanya tidak melaksanakan ibadah.
Sehingga orang tua terbaik, guru terbaik :
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
” Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. [ Al Ahzab ayat 21 ]


2.    Pembiasaan kebaikan sejak kecil
Pembiasaan yang dilakukan sejak kecil akan mampu menjadi pondasi kebaikan bagi anak hingga mereka dewasa. Untuk itu, biasakan anak-anak dengan perasaan diawasi dan dijaga oleh Allah agar mereka selalu berada dalam kebaikan dimanapun mereka berada. Sangat penting bagi anak untuk ditanamkan kesadaran akan adanya pengawasan dan penjagaan Allah pada diri manusia.
Nabi bersabda,
"Perintahkan anak itu (mendirikan) shalat ketika ia telah sampai (umur) 7 ( tujuh) tahun. Dan jika telah sampai sepuluh tahun maka pukullah dia" (kalau meninggalkan shalat dengan sengaja). (Hadits Riwayat At-Tirmidzi dan Al Hakim, shahih atas syarat Muslim).


3.    Mendongeng
Salah satu model pendidikan anak yang efektif adalah dengan kisah keteladanan yang nyata dan bukan kebohongan dari para Nabi, para sahabat dan para ulama. Jika anak-anak sudah mulai nalar, ajak mereka berdiskusi tentang kisah-kisah keteladanan tersebut agar mereka mengerti makna dan hikmah yang bisa diambil darinya. Beli buku cerita anak2.
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal” (Yusuf: 111)


4.    Memanfaatkan Momentum
Di antara model mendidik anak adalah dengan memanfaatkan peristiwa atau kejadian yang baru saja dialami atau yang ada di sekitarnya. Bukan hanya peristiwa atau kejadian yang dialami sendiri oleh anak, namun juga kejadian yang terjadi di sekitar lingkungan kehidupannya. Sebagai contoh sederhana, ketika anak kehilangan mainan, menjadi kesempatan bagi orang tua untuk mengajarkan sikap ikhlas, hati-hati sekaligus mengajarkan doa kehilangan.  Ketika menyaksikan ada kecelakaan lalu lintas, kesempatan bagi orang tua untuk menanamkan kesadaran kehati-hatian dalam berkendara.

Reward dan Punishment
Anak memerlukan pengakuan dan pujian atas kebaikan dan prestasi yang dilakukannya. Untuk itu orang tua harus seimbang dalam memberikan reward dan punishment kepada anak, karena keduanya diperlukan dalam mendidik dengan kadar yang tepat. Jangan hanya bisa menghukum kesalahan anak, namun juga harus bisa mengapresiasi kebaikan anak.
Reward dan punishment memiliki fungsi penting dalam mengajari anak berperilaku positif. Fungsi pertama ialah pendidikan. Pujian dan hukuman bertujuan untuk memberikan pendidikan kebaikan bagi anak, yaitu mendidik agar anak-anak selalu terkondisi dalam kebaikan. Fungsi kedua adalah menjadi motivasi bagi anak untuk melakukan dan mengulangi perilaku positif. 
Sahabat Pendidikan Kemendikbud 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar