BERAPA LAMA KITA DI DUNIA
[ dibanding akhirat ]
Berapa lama hidup kita di dunia ini ?
Dalam hal ini Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
قَٰلَ إِن لَّبِثْتُمْ إِلَّا
قَلِيلًا ۖ لَّوْ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿١١٤﴾
‘Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau
kamu sesungguhnya mengetahui.’ (QS. Al-Mu’minuun:114)
Mari kita perhatikan
Firman Allah SWT :
وَإِنَّ
يَوْمًا عِندَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِّمَّا تَعُدُّونَ ﴿٤٧﴾
“Sesungguhnya sehari di sisi Tuhan-mu adalah
seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.” (Qs. Al-Hajj [22]:47) “
Satu hari
di akhirat sama dengan 1000 tahun di dunia.
Dari Abu
Hurairah, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
يَدْخُلُ
فُقَرَاءُ الْمُؤْمِنِينَ الْجَنَّةَ قَبْلَ الأَغْنِيَاءِ بِنِصْفِ يَوْمٍ
خَمْسِمِائَةِ عَامٍ
“Orang beriman yang miskin akan
masuk surga sebelum orang-orang kaya yaitu lebih dulu setengah hari yang sama
dengan 500 tahun.” (HR. Ibnu Majah no. 4122 dan Tirmidzi no. 2353.
Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)
Berdasarkan ayat dan
hadits di atas bahwa 1 hari di akhirat = 1000 tahun di dunia, sekarang mari
kita hitung.
1000 tahun (dunia) = 1
hari (akhirat)
1000 tahun (dunia) = 24 jam (akhirat)
1 tahun (dunia) = 24/1000 = 0,024 jam (akhirat)
Jadi bila umur manusia rata-rata 63 tahun maka menurut waktu akhirat adalah 63 x 0,024 =
1000 tahun (dunia) = 24 jam (akhirat)
1 tahun (dunia) = 24/1000 = 0,024 jam (akhirat)
Jadi bila umur manusia rata-rata 63 tahun maka menurut waktu akhirat adalah 63 x 0,024 =
1,5 jam (akhirat).
63 TAHUN DI DUNIA = 1,5 JAM DI AKHERAT
Di yaumul
mahsyar manusia pun saling bertanya-tanya diantara sesama
mereka berapa tahun sebenarnya kita tinggal di dunia ini?
قَالَ
كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الأرْضِ عَدَدَ سِنِينَ (١١٢)قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ
بَعْضَ يَوْمٍ فَاسْأَلِ الْعَادِّينَ (١١٣)قَالَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلا قَلِيلا
لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (١١٤)
“Allah bertanya: “Berapa tahunkah lamanya
kamu tinggal di bumi?” Mereka menjawab: “Kami tinggal (di bumi) sehari atau
setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.” Allah
berfirman: “Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu
sesungguhnya mengetahui.”(1) (Qs. Al-Mu’minuun 112-114).
·
Perbandingan
dunia dengan akherat :
1. DUNIA SANGAT SEDIKIT
DIBANDINGKAN AKHIRAT
Allâh Azza wa Jalla berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَا
لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى
الْأَرْضِ ۚ أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآخِرَةِ ۚ فَمَا مَتَاعُ
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ
Hai orang-orang yang
beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu, “Berangkatlah (untuk
berperang) di jalan Allâh” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu?
Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat?
Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di
akhirat hanyalah sedikit. [at-Taubah/9:38].
2. AIR YANG MENEMPEL DI JARI
DIBANDING AIR LAUTAN
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam telah membuat perbandingan antara dunia dan akhirat. Perbandingan antara
keduanya bagaikan seseorang yang mencelupkan jarinya ke dalam lautan, maka
dunia bagaikan setetes air yang melekat pada jari-jarinya itu. Al-Mustaurid bin
Syaddad Radhiyallahu anhu berkata:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : وَاللَّهِ مَا الدُّنْيَا فِى الآخِرَةِ إِلاَّ مِثْلُ مَا
يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ هَذِهِ – وَأَشَارَ يَحْيَى بِالسَّبَّابَةِ – فِى
الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ يَرْجِعُ
Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda : “Demi Allâh, tidaklah dunia dibandingkan akhirat
melainkan seperti salah seorang dari kamu yang mencelupkan jari tangannya ini
–perawi bernama Yahya menunjuk jari telunjuk- ke lautan, lalu hendaklah dia
perhatikan apa yang didapat pada jari tangannya”. [HR Muslim, no. 2858].
3. BAGAI BANGKAI KAMBING CACAT
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak memberikan gambaran
tentang remehnya dunia di sisi Allâh Azza wa Jalla , antara lain di dalam
hadits berikut ini:
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِالسُّوقِ دَاخِلاً
مِنْ بَعْضِ الْعَالِيَةِ وَالنَّاسُ كَنَفَتَهُ فَمَرَّ بِجَدْىٍ أَسَكَّ مَيِّتٍ
فَتَنَاوَلَهُ فَأَخَذَ بِأُذُنِهِ ثُمَّ قَالَ « أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنَّ هَذَا
لَهُ بِدِرْهَمٍ ». فَقَالُوا مَا نُحِبُّ أَنَّهُ لَنَا بِشَىْءٍ وَمَا نَصْنَعُ
بِهِ قَالَ « أَتُحِبُّونَ أَنَّهُ لَكُمْ ». قَالُوا وَاللَّهِ لَوْ كَانَ حَيًّا
كَانَ عَيْبًا فِيهِ لأَنَّهُ أَسَكُّ فَكَيْفَ وَهُوَ مَيِّتٌ فَقَالَ «
فَوَاللَّهِ لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ ».
Dari Jabir bin Abdillâh,
bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati sebuah pasar.
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk dari ‘Aliyah (nama tempat, Pen.) dan
para sahabat berada di sekelilingnya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mendapati bangkai seekor kambing yang kecil telinganya, lantas beliau angkat
batang telinga bangkai kambing tersebut seraya berkata: “Siapakah di antara
kalian yang mau membeli kambing ini dengan satu dirham?” Para sahabat menjawab:
“Kami tidak suka sama sekali, apa yang bisa kami perbuat dari seekor bangkai
kambing?” Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda lagi: “Bagaimana
jika kambing itu untuk kalian?” Para sahabat menjawab: “Demi Allâh, apabila
kambing itu masih hidup kami tetap tidak mau karena dia telah cacat, yaitu
telinganya kecil, bagaimana lagi jika sudah menjadi bangkai!” Rasûlullâh
akhirnya bersabda: “Demi Allâh, dunia itu lebih hina di sisi Allâh daripada seekor
bangkai kambing ini bagi kalian”. [HR Muslim, no. 2957].
4. SAYAP NYAMUK = BERAPA
HARGANYA ?
Di dalam hadits lain
disebutkan:
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ كَانَتْ الدُّنْيَا
تَعْدِلُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا شَرْبَةَ
مَاءٍ
Dari Sahl bin Sa’ad, dia
berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seandainya dunia
di sisi Allâh sebanding dengan satu sayap nyamuk, niscaya Allâh tidak akan
memberikan minum seteguk air kepada orang kafir”. [HR Tirmidzi, no. 2320 dan
ini lafazhnya; juga Ibnu Majah, no. 4110; Syaikh al-Albani menyatakan shahîh
lighairihi. Lihat Shahîh at-Targhib wat-Targhib, no. 3240].
Tetapi waktu yang sangat
sebentar ini sangat menentukan kehidupan kita selanjutnya di akherat, mari kita
manfaatkan sebaik-baiknya.
Abul Hasan Ali Cawas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar