SKALA PRIORITAS DALAM
MENGAJAR
Perkembangan
jaman dan ilmu pengetahuan, menuntut orang tua dan guru semakin kreatif dan
cerdas dalam mentranfer ilmu kepada anak dan siswa.
Ilmu pengetahuan
sangatlah banyak, sedangkan umur terbatas, sehingga kita harus mengetahui skala
prioritas dalam mengajar.
1. PELAJARAN
ADAB
Imam Darul Hijrah, Imam Malik rahimahullah pernah
berkata pada seorang pemuda Quraisy,
تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم
“Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”
Imam Malik rahimahullahu mengisahkan,
قال مالك: قلت لأمي: ” أذهب، فأكتب العلم؟
“، فقالت: ” تعال، فالبس ثياب العلم “، فألبستني مسمرة، ووضعت الطويلة على رأسي،
وعممتني فوقها، ثم قالت: ” اذهب، فاكتب الآن “، وكانت تقول: ” اذهب إلى ربيعة،
فتعلًّمْ من أدبه قبل علمه
“Aku berkata kepada ibuku, ‘Aku akan pergi
untuk belajar.’ Ibuku berkata,‘Kemarilah!, Pakailah pakaian ilmu!’ Lalu ibuku
memakaikan aku mismarah (suatu jenis
pakaian) dan meletakkan peci di kepalaku, kemudian memakaikan sorban di atas
peci itu. Setelah itu dia berpesan, ‘Sekarang, pergilah untuk belajar!’ Dia
juga pernah mengatakan, ‘Pergilah kepada Rabi’ah (guru Imam Malik,
pen)! Pelajarilah adabnya sebelum engkau pelajari ilmunya!’.” (‘Audatul
Hijaab 2/207, Muhammad Ahmad Al-Muqaddam, Dar Ibul Jauzi, Koiro, cet.
Ke-1, 1426 H, Asy-Syamilah)
Kenapa sampai para ulama mendahulukan mempelajari
adab?
1. Adab membantu tercapainya ilmu.
dengan adab seorang siswa dan guru akan disiplin, dengan adab seorang siswa dan guru tidak akan bermudah mudahan absent tidak hadir pelajaran, dengan adab seorang siswa dan guru tidak akan bermudah mudahan terlambat dalam pelajaran
Sebagaimana Yusuf bin Al Husain berkata,
بالأدب تفهم العلم
“Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah
memahami ilmu.”
Syaikh Sholeh Al ‘Ushoimi berkata,
“Dengan memperhatikan adab maka akan mudah meraih ilmu. Sedikit perhatian pada
adab, maka ilmu akan disia-siakan.”
Oleh karenanya, para ulama sangat perhatian sekali
mempelajarinya.
Ibnul Mubarok berkata,
تعلمنا الأدب ثلاثين عاماً، وتعلمنا العلم
عشرين
“Kami mempelajari masalah adab itu selama 30 tahun
sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun.”
Ibnu Sirin berkata,
كانوا يتعلمون الهديَ كما يتعلمون العلم
“Mereka -para ulama- dahulu mempelajari petunjuk
(adab) sebagaimana mereka menguasai suatu ilmu.”
Makhlad bin Al Husain berkata pada Ibnul Mubarok,
نحن إلى كثير من الأدب أحوج منا إلى كثير من
حديث
“Kami lebih butuh dalam mempelajari adab daripada
banyak menguasai hadits.” Ini yang terjadi di zaman beliau, tentu di zaman kita
ini adab dan akhlak seharusnya lebih serius dipelajari.
Dalam Siyar A’lamin Nubala’ karya Adz Dzahabi
disebutkan bahwa ‘Abdullah bin Wahab berkata,
ما نقلنا من أدب مالك أكثر مما تعلمنا من
علمه
“Yang kami nukil dari (Imam) Malik lebih banyak dalam
hal adab dibanding ilmunya.” –
Imam Malik juga pernah berkata, “Dulu ibuku menyuruhku
untuk duduk bermajelis dengan Robi’ah Ibnu Abi ‘Abdirrahman -seorang fakih di
kota Madinah di masanya-. Ibuku berkata,
تعلم من أدبه قبل علمه
“Pelajarilah adab darinya sebelum mengambil ilmunya.”
Imam Abu Hanifah lebih senang mempelajari kisah-kisah
para ulama dibanding menguasai bab fiqih. Karena dari situ beliau banyak
mempelajari adab, itulah yang kurang dari kita saat ini. Imam Abu Hanifah
berkata,
الْحِكَايَاتُ عَنْ الْعُلَمَاءِ
وَمُجَالَسَتِهِمْ أَحَبُّ إلَيَّ مِنْ كَثِيرٍ مِنْ الْفِقْهِ لِأَنَّهَا آدَابُ
الْقَوْمِ وَأَخْلَاقُهُمْ
“Kisah-kisah para ulama dan duduk bersama mereka lebih
aku sukai daripada menguasai beberapa bab fiqih. Karena dalam kisah mereka
diajarkan berbagai adab dan akhlaq luhur mereka.” (Al Madkhol, 1: 164)
2. ADAB akan menjadikan ilmu yang dimiliki seseorang
menjadi ilmu yang membawa manfaat bagi dirinya dan orang lain.
Orang berilmu tanpa adab maka sangat dikhawatirkan
ilmunya akan membuat dirinya sombong, merasa lebih tinggi daripada yang lain,
meremehkan orang lain dan berbuat yang merugikan orang lain, menipu, berdusta
dan melakukan rekayasa untuk kepentingan pribadi.
GURU MEMBERI CONTOH ADAB
Saat pengajian, saat musyawarah, saat ada orang lain
berbicara di depan : jangan berbicara sendiri, jangan main HP jangan ngantuk
dll
Misalnya kisah berikut ini, dikisahkan oleh Ahmad bin
Sinan mengenai majelis Abdurrahman bin Mahdi, guru Imam Ahmad, beliau berkata,
كان عبد الرحمن بن مهدي لا يتحدث في مجلسه،
ولا يقوم أحد ولا يبرى فيه قلم، ولا يتبسم أحد
“Tidak ada seorangpun berbicara di majelis
Abdurrahman bin Mahdi, tidak ada seorangpun yang berdiri, tidak ada seorangpun
yang mengasah/meruncingkan pena, tidak ada yang tersenyum.” (Siyaru A’lamin Nubala’ 17/161, Mu’assasah Risalah, Asy-syamilah).
Berkata Adz-Dzahabi rahimahullahu,
كان يجتمع في مجلس أحمد زهاء خمسة آلاف – أو
يزيدون نحو خمس مائة – يكتبون، والباقون يتعلمون منه حسن الأدب والسمت
“Yang menghadiri majelis Imam Ahmad ada sekitar
5000 orang atau lebih. 500 orang menulis [pelajaran] sedangkan sisanya hanya
mengambil contoh keluhuran adab dan kepribadiannya.” (Siyaru A’lamin Nubala’ 21/373, Mu’assasah Risalah, Asy-syamilah).
JANGAN LUPA :
ADAB YANG PERTAMA DAN UTAMA ADALAH :
Adab kepada ALLAH ta’ala, bagaimana ibadah kita dan
bagaimana ibadah anak didik kita kepada ALLAH, mari kita ajarkan, mari kita
praktikkan, mari kita dampingi anak-anak kita dalam belajar ADAB.
Mari kita wahai rekan-rekan guru dan orang tua, perbaiki adab kita dalam menuntut ilmu dan
mengikhlaskannya kepada Allah dan kita prioritaskan pelajaran adab kepadamurid kita.
Demikian semoga bermanfaat
Abul Hasan Ali Cawas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar