Lelah Yang Membahagiakan
Lelah karena ibadah
.................................................................
Sebagai orang tua atau guru, sering kita mengalami kelelahan…
lelah fisik, lelah psikis dalam mendidik putra putri kita
Namun kita perlu ingat,
Semua manusia pasti mengalami kelelahan. Karena bagian
dari sunnatullah, setiap makhluk bernyawa – selain malaikat – pasti mengalami
kelelahan.
Allah berfirman, menceritakan kondisi Malaikat,
وَلَهُ مَنْ فِي
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ عِنْدَهُ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ
وَلَا يَسْتَحْسِرُونَ , يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لَا
يَفْتُرُونَ
Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya,
mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa
letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya. (QS. al-Anbiya: 19-20)
Manusia bukan malaikat. Sehingga kita mengalami keletihan
ketika beribadah. Sebenarnya kami hanya ingin menekankan, bahwa letih itu tidak
hanya dialami oleh mereka yang beribadah, tapi dialami semua yang beraktivitas,
semua yang bergerak.
Allah berfirman,
لَقَدْ خَلَقْنَا
الْإِنْسَانَ فِي كَبَدٍ
“Sungguh, Aku telah ciptakan dalam kondisi
kabad” (QS. al-Balad: 4)
Kata ‘kabad’
artinya kelelahan..
Allah juga mengatakan,
يَا أَيُّهَا
الْإِنْسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلَاقِيهِ
“Wahai manusia, sesungguhnya kalian
benar-benar capek menuju Allah sampai kalian ketemu dengan-Nya.” (QS. al-Insyiqaq: 6)
Yang dimaksud ‘capek menuju Allah’ adalah capek menuju
kematian. Karena setiap manusia yang mati pasti ketemu Allah.
Allah menyebut kita semua capek, karena kita semua
beraktivitas. Kita semua bekerja. Tidak ada istilah manusia berhenti.
Ketika kaum muslimin capek ketika berbuat taat, orang
fasik juga capek ketika berbuat maksiat…
Ketika kaum muslimin capek melakukan kebaikan, orang
kafir juga capek ketika melakukan kekafiran…
Ketika kita capek karena qiyamul lail, orang musyrik
juga capek ketika berbuat kesyirikan…
Semua manusia capek….
Kalau kita tidak capek untuk kebaikan....pasti kita
akan capek dalam kejelekan.
Maka jangan mengeluh...
Jangan jadi alasan capek....untuk meninggalkan
kebaikan.
Namun capek kita beda dengan capek mereka…
Capek kita berpahala…
Capek kita beriring dengan harapan besar di sisi-Nya…
Yang ini semua tidak dimiliki oleh mereka…
Allah berfirman,
إِنْ تَكُونُوا
تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّهِ
مَا لَا يَرْجُونَ
“Jika kamu menderita kesakitan, maka
sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu
menderitanya, sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yang tidak mereka
harapkan..” (QS. an-Nisa: 104)
Semoga capek kita, mengantarkan kita untuk bebas dari
neraka…
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو
فَبَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوبِقُهَا
“Setiap hari semua manusia akan
mempertaruhkan dirinya. Apakah dia akan membebaskan dirinya (dari neraka)
ataukah dia akan membinasakan dirinya (di neraka).” (HR. Muslim 556)
rasa capek, lelah tersebut, jika kita ikhlas dan berihtisab, bisa menjadi penghapus dosa kita
Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam beliau bersabda,
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا
هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا
كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu KELELAHAN, atau
penyakit, atau kehawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang
melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya.” (HR.
Al-Bukhari no. 5642 dan Muslim no. 2573)
Imam
Al-‘Aini rahimahullah Menjelaskan,
قوله ” من نصب ” أي من تعب وزنه ومعناه .
“Makna “Nashab” adalah rasa lelah (capek), wazannya (cetakan
bahasa Arab) dan maknanya (sama)”. (‘Umdatul Qari’
21/209)
Capeknya
para salaf dalam kebaikan :
Di antara buktinya
adalah kisah-kisah berikut ini.
·
Waki’ bin Al Jarroh rahimahullah berkata,
“Al A’masy selama kurang lebih 70 tahun tidak pernah
luput dari takbiratul ihrom.”
·
Al Qodhi Taqiyuddin Sulaiman bin Hamzah Al
Maqdisi rahimahullah berkata, “Aku tidaklah pernah shalat
fardhu sendirian kecuali dua kali. Dan ketika aku shalat sendirian, aku merasa
seakan-akan aku tidak shalat.”
·
Muhammad bin Sama’ah rahimahullah berkata,
“Selama 40 tahun aku tidak pernah luput dari takbiratul ihram (bersama imam)
walaupun sehari saja kecuali ketika ibuku meninggal dunia.
·
Dalam biografi Sa’id bin Al Musayyib rahimahullah di
kitab Tahdzib At Tahdzib disebutkan, “Selama 40 tahun tidaklah
dikumandangkan adzan melainkan Sa’id telah berada di masjid.”
·
Asy Sya’bi rahimahullah berkata,
“Tidaklah adzan dikumandangkan semenjak aku masuk Islam melainkan aku telah
berwudhu saat itu.”
Ulama belakangan pun ada yang punya kisah demikian. Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin
‘Abdillah bin Baz rahimahullah terkenal dengan semangat beliau
dalam ibadah di samping beliau sudah ma’ruf dengan perbendaharaan ilmu diin yang
amat luas. Beliau adalah orang yang rutin menjaga shalat sunnah rawatib, rajin
menjaga dzikir-dzikir khusus dan rutin pula menjaga shalat malam (tahajjud).
·
Anak Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz yang bernama Ahmad
berkata, “Aku sudah lama mengetahui kalau ayahku selalu bangun tidur satu jam
sebelum shalat shubuh dan ketika itu beliau shalat (tahajjud) sebanyak 11
raka’at (sudah termasuk witir, pen).”
Tetap semangat saudaraku
Abul Hasan Ali Cawas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar