Minggu, 23 April 2017

Mutiara Salaf 28

Mutiara Salaf  28

[ RENDAH  HATI ]

Tawadhu’ atau rendah hati, meliputi rendah hati kepada syariat Allah, dengan menerima kebenaran yang telah sampai kepada kita, mematuhinya, melaksanakannya dengan segenab hati kita.
Rendah hati kepada sesama dengan mencintai dan menghormati mereka, tidak boleh menghinakan dan merendahkan mereka, tanda alasan yang dibenarkan syariat.

وعن حبيب بن أبي ثابت قال: خرج عبد الله بن مسعود - رضي الله عنه - ذات يوم، فاتّبعه ناس، فقال لهم: ألكم حاجة؟ قالوا: لا، ولكن أردنا أن نمشي معك. قال: ارجعوا فإنه ذلّة للتابع، وفتنة للمتبوع. [صفة الصفوة 1/ 186].

§  Dari Habib bin Abi Tsabit, berkata :”Abdullah bin Mas’ud keluar pada suatu hari, maka manusia pun mengiringinya, maka berkatalah Abdullah bin Mas’ud :”Apakah kalian ada keperluan”? mereka berkata : “Tidak, hanya saja kami ingin berjalan mengiringimu”. Berkatalah Ibnu Mas’ud :

”Kembalilah kalian, karena sesungguhnya hal itu menyebabkan kerendahan bagi yang mengikuti, dan menimbulkan fitnah(kesombongan) bagi yang diikuti”.

[Sifat Ash Shaffwah 1/186]

* وقال - رضي الله عنه -: من يتطاول تعظمًا يضعه الله، ومن يتواضع تخشعًا يرفعه الله. [الحلية (تهذيبه) 1/ 124].

§  Ibnu Mas’ud  juga berkata :

“Barang siapa yang menonjolkan diri dalam rangka untuk dihormati maka Allah ta’ala akan merendahkannya, dan barang siapa yang merendahkan hatinya dalam rangka tunduk kepada Allah, maka Allah ta’ala akan meninggikannya”.

[Al Hilyah : 1/124]

وقال - رضي الله عنه -: رأسُ التواضع أن تَبدأ مَنْ لَقِيتَ بالسّلام، وأن تَرضَى بالدُّون من المجلس. [عيون الأخبار 1/ 309].

§  Beliau juga berkata :

“Puncak dari rendah hatimu adalah engkau (mau) memulai salam dengan orang lain yang bertemu denganmu, dan engkau bersedia duduk (mendengar dan menerima kebenaran) dari orang yang lebih rendah darimu”.

[‘Uyuun Al Akhbar 1/309]

وقال أيضًا رحمه الله: من كانت معصيته في الشهوة، فارج له التوبة، فإن آدم عصى مشتهيًا فغفر له، فإذا كانت معصيته في كِبْرٍ، فاخْشَ (1) على صاحبه اللعنة، فإن إبليس عصى مستكبرًا فُلعِن. (2) [صفة الصفوة 2/ 540].
Berkata Ibnu Mas’ud-semoga Allah meridhainya- :

“Barang siapa yang sebab kesalahannya berasal dari syahwat, jalan keluarnya adalah taubat, karena Adam berbuat kesalahan disebabkan syahwat, kemudian Allah mengampuninya (setelah bertaubat).

Barang siapa yang kesalahannya berasal dari kesombongan, dikhawatirkan bagi pelakunya laknat, karena susungguhnya Iblis berbuat kesalahan disebabkan karena kesombongannya, maka dia terlaknat (tidak kembali ke jalan yang benar)”.

[Sifat Ash Shaffwah 2/540]



Berbagi ilmu dan faidah
Kunjungi dan ulas kami

Sditalfalahblogspot.com



Tidak ada komentar:

Posting Komentar