Senin, 31 Juli 2017

v  Hukum-hukum yang berkaitan dengan ibadah kurban    :

Bagian 2 :

Manakah yang  lebih utama berkurban kambing atau ikut rombongan sapi ?

Dalam  permasalahan ini ada 3 pendapat, dikalangan ulama     :

1.    Pendapat yang pertama      : yang paling utama berkurban unta, kemudian sapi, kemudian kambing, kemudian rombongan unta dan terakhir rombongan sapi.

Dalilnya : hadits keutamaan kedatangan awal  pada hari jum’at, dengan urutan unta kemudian sapi kmudian kambing.

Ini merupakan pendapat Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’I dan Imam Ahmad.

2.    Pendapat yang kedua                   : yang paling utama adalah berkurban kambing, lebih utama daripada kurban unta atau sapi,

    Dalilnya perbuatan Rasulullah –shalallahu ‘alaihi wa salam- berkurban dengan kambing dan rasulullah tidak memilih sesuatu kecuali yang paling afdhol dan utama. [ HR Muttafaq ‘alaihi (5565) dan ( 1966 ) ].

Ini merupakan pendapat Imam Malik bin Anas.

3.     Pendapat yang ke tiga       : yang paling afdhol adalah yang paling banyak menghasilkan daging dan yang paling mahal harganya.

Ini merupakan pendapat Ibni Hazm

TARJIIH :

 Yang paling benar dalam permasalahan ini adalah pendapat yang ke tiga, yang paling afdhol dalam berkurban adalah yang bisa menghasilkan daging yang paling banyak dan yang paling bermanfaat bagi faqir miskin  dalam  pembagian dagingnya, karena ibadah kurban merupakan ibadah bentuk pendekatan diri kepada Allah ta’ala dengan keikhlasan kita, disamping itu juga merupakan ibadah sosial yang berkaitan dengan sesama manusia.

ALLAHU TA’ALA A’LAM

Referensi : ((Fathul ‘Alam, sharh bulughul marom)) (( Al Mugni Ibni Qudamah)) (( Al Muhalla : Ibni Hazm )) (( Al Majmuu’ Imam Nawawi ))

© Abul Hasan Ali Cawas
·         Sditalfalahblogspot.com



Hukum Berkurban 1

v  HUKUM-HUKUM BERKAITAN DENGAN IBADAH KURBAN

Bagian 1       : 


·         Apa  hukum  berkurban  ?


Ada 2 pendapat dalam permasalahan ini ;

1)    Pendapat yang pertama  : Hukum berkurban wajib, bagi yang mampu.

Diantara ulama yang berpendapat ini adalah :
a)    Imam Abu Hanifah.
b)    Laits bin Sa’ad.
c)    Imam Al Auza’i.
d)    Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.

·         Dalil-dalil mereka     :

(1)  Surat Al Kautsar ayat 2, terdapat perintah menyembelih digandengkan dengan perintah shalat.
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
[shalatlah untuk Rabbmu dan sembelihlah].
(2)  Hadits riwayat Imam Ahmad :
((من وجد سعة فلم يضح فلا يقربن مصلانا))
“Barang siapa yang mempunyai keluasan –rezki- tapi tidak menyembelih maka jangan sekali-kali mendekati tempat shalat kami”
Dan beberapa dalil lainnya.

2)    Pendapat yang kedua               : Hukum berkurban sunnah yang sangat ditekankan bagi orang-orang yang mampu dan diberikan kelebihan harta.

Ini merupakan pendapat “jumhur” mayoritas ulama, diantara mereka adalah :

a)    Said bin Musayyib.
b)    Sufyan Ats tsaury.
c)    Abdullah bin Mubarak.
d)    Imam Malik dalam salah satu riwayat yang mashur.
e)    Imam Syafi’i.
f)     Imam Ahmad bin Hambal dalam salah satu riwayat.
g)    Abu Yusuf dari kalangan Hanafiyah.

·         Dalil-dalil mereka :

1)    Hadits riwayat Imam Muslim :
إذا دخلت العشر وأراد أحدكم أن يضحي فلا يمس من شعره وبشره شيئاً
(أن رسول الله - صلى الله عليه وسلم - صلى بالناس يوم النحر
Jika telah masuk awal 10 –Dzulhijjah-dan salah seorang kalian menginginkan untuk menyembelih binatang, maka tidak boleh memotong rambut dan kulitnya”.

Berkata Imam Syafi’i  : hadits ini sebagai dalil tidak wajibnya menyembelih binatang, karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam mengaitkan dengan “keinginan”. [ Muhtasor Muzani ma’a Umm 8/383 ].

2)    Hadits riwayat Imam Ahmad, Abi Dawud dan yang lainnya, di shahihkan Imam Al Albany ;
)أن رسول الله - صلى الله عليه وسلم - صلى بالناس يوم النحر فلما فرغ من خطبته وصلاته دعا بكبش فذبحه هو بنفسه وقال: باسم الله، الله أكبر اللهم عني وعمَّن لم يضح من أمتي)
“Sesungguhnya Rasulullah- shalallahu ‘alaihi wa salam- shalat memimpin manusia pada hari 10 Dzulhijjah, setelah selesai dari khutbahnya dan shalatnya,meminta didatangkan 2 kambing, maka beliau menyembelihnya dengan tangannya sendiri, dan berkata : Allahu Akbar, Ya Rabbku ini dari ku dan dari kalangan umatku yang tidak menyembelih”.
قال الشوكاني: [ووجه دلالة الحديثين وما في معناهما على عدم الوجوب، أن الظاهر تضحيته - صلى الله عليه وسلم - عن أمته وعن أهله، تجزئ كل من لم يضح سواء كان متمكناً من الأضحية أو غير متمكن] (6). (6) نيل الأوطار 5/ 126.

Berkata Imam Syaukani : “Sisi pendalilan hadits dan yang semisalnya menunjukkan tidak wajibnya berkurban, karena penyembelihan kurban rasulullah untuk umatnya dan untuk keluarganya, telah mencukupi bagi semua yang tidak menyembelih, sama saja mempunyai kemampuan atau tidak mempunyai kemampuan”.[ Nailul Author : 5/126 ].

3)    Riwayat atsar perbuatan Abu Bakar Ash Shidiq dan Umar bin Khattab, yang diriwayatkan Imam Baihaqi :
عن أبي سريحة: [أدركت أبا بكر أو رأيت أبا بكر وعمر رضي الله عنهما كانا لا يضحيان. في بعض حديثهم - كراهية أن يقتدى بهما –
سنن البيهقي 9/ 265.

Dari Abi Suraihah –semoga Allah meridhainya- berkata : “Aku menemui Abu Bakar dan Umar-semoga Allah meridhai keduanya- dalam keadaan keduanya tidak menyembelih hewan kurban – karena khawatir diikuti orang lain karena menganggapnya suatu keawajiban- [ Sunan Baihaqi 9/265 di shahihkan Imam Al Albani dalam Irwa’ 4/354 ]
4)    Riwayat Imam Baihaqi dari shahabat Abi Mas’ud Al Anshory –semoga Allah meridhainya- :
[إني لأدعُ الأضحى وإني لموسر مخافةَ أن يرى جيراني أنه حتمٌ عليَّ] (4).

“Sesungguhnya Aku tidak berkurban, dalam keadaan aku berkemampuan, karena khawatir tetangga tetanggaku mengira itu wajib bagiku”.

Tarjih : yang lebih kuat, bahwasannya kurban hukumnya sunnah muakadah, seperti pendapat jumhuur ulama karena dalil dalil mereka lebih kuat dan didukung pemahaman shahabat Abu Bakar dan Umar yang keduanya, yang paling paham terhadap perintah Al Qur'an dan sunnah Rasulillah shalallahu alaihi wa salam.

Akan tetapi tidak seyogyanya seorang muslim yang mampu meninggalkan sunnah yang mulai ini.

Allah ta’ala a’lam.

© Abul Hasan Ali Cawas.