Minggu, 24 November 2019


Tumbuhkan Karakter Positif Anak melalui Memelihara Binatang

SAHABAT KELUARGA AL FALAH

Memelihara, beternak dan mengembala binatang mempunyai manfaat yang sangat banyak dan hebat bagi seorang anak.
Oleh sebab itu disebutkan dalam hadits yang shahih bahwa semua Nabi dahulunya pernah mengembala kambing.

مَا بَعَثَ اللَّهُ نَبِيًّا إِلاَّ رَعَى الْغَنَمَ » . فَقَالَ أَصْحَابُهُ وَأَنْتَ فَقَالَ « نَعَمْ كُنْتُ أَرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيطَ لأَهْلِ مَكَّةَ »
Tidak ada Nabi kecuali pernah menjadi penggembala kambing.” Mereka para sahabat bertanya, “Apakah engkau juga wahai Rasulullah?” Beliau berkata, “Iya, saya telah menggembala dengan imbalan beberapa qirath (mata uang dinar, pen.) dari penduduk Mekah.” (HR. Bukhari, no. 2262)

Indonesia memiliki sumber daya alam yang banyak. Indonesia juga kaya keanekaragaman hayati. Banyak juga hewan ternak yang mampu hidup di Indonesia. Salah satunya adalah ayam yang mudah pemeliharaannya. Ayam dapat diambil telur maupun dagingnya. Dapat dijadikan investasi karena memiliki nilai jual tinggi terutama pada musim hari raya atau hari libur. Memelihara ayam tidak terlalu membutuhkan cara yang spesial dan dana yang besar.

Siapa saja dapat memelihara ayam, termasuk anak-anak SD kelas atas. Tak hanya memperoleh daging dan telur, beternak ayam memberikan manfaat lain bagi anak-anak, berikut di antaranya:

Pertama, belajar bertanggung jawab

Dengan memelihara ayam, anak-anak akan belajar bertanggung jawab, mulai dari menyiapkan pakan, menyiapkan kandang, dan mengontrol hewan peliharaan itu sendiri. Di perkampungan, ayam biasanya akan dilepas saat pagi hari, kemudian akan dimasukkan ke kandang lagi saat senja menjelang. Kegiatan ini akan memupuk rasa tanggung jawab anak. Anak-anak akan memahami kapan saatnya mengeluarkan ternak dari kandangnya, kapan memberi pakan, kapan saatnya memasukkan kembali ke kandangnya.

Kedua, melatih jiwa kepemimpinan

Memelihara ayam juga dapat melatih jiwa kepemimpinan anak. Saat pagi hari mengeluarkan ayam dari kandangnya, saat memberi pakan ayam, saat memasukkan lagi ke kandang di sore hari ayam-ayam tidak selalu langsung menurut perintah tuannya. Ada ayam yang mudah menurut, tetapi ada juga yang berkeliaran dan susah dikondisikan terutama saat diberi pakan. Begitu juga saat memasukkannya ke kandang, terkadang ayam-ayam tidak segera menuju ke kandang. Melalui kegiatan ini anak-anak akan terlatih untuk senantiasa dapat memimpin, dapat mengatur ayam-ayamya dengan cara-cara terbaik yang dia temukan agar ayam-ayamnya segera dapat keluar kandang, tertib saat diberi pakan atau saat memasukkan lagi ke kandang di sore hari. Jiwa kepemimpinan sangat baik diterapkan ke anak-anak karena sangat diperlukan seseorang ketika sudah terjun di masyarakat.

Ketiga, mengajarkan kedisiplinan

Saat anak-anak diberi tanggung jawab untuk merawat sendiri ayam-ayamnya berarti juga belajar disiplin. Sikap ini dapat terlatih ketika anak memberi pakan ayam atau waktu mengeluarkan dan memasukkan ayam dari dan ke kandang.

Keempat, menguatkan konsenterasi

Memelihara ayam juga dapat melatih konsenterasi anak. Saat anak-anak memberi makan ayamnya, atau ketika mengeluarkan serta memasukan ayam ke kandang, pikiran anak akan disibukkan dengan hal satu itu. Karena rasa tanggung jawab yang dimiliki anak terhadap ayam-ayam miliknya, maka dia akan memberi perhatian penuh. Pada saat seperti ini, anak akan terlatih untuk berkonsenterasi dan fokus pada satu hal. Dengan begitu anak akan terbiasa untuk dapat berkonsentrasi jika sedang mengerjakan suatu pekerjaan. Misalnya saat belajar, maka akan hanya berfokus pada belajar.

Kelima, berlatih kesabaran dan mengontrol emosi Memelihara ayam juga dapat membantu anak untuk mengontrol emosinya. Saat ayam-ayamnya sulit diatur, seketika mungkin akan membuat anak marah. Tetapi dengan bantuan arahan dari kita sebagai orangtua, membuat anak-anak memahami bahwa binatang adalah makhluk Allah yang lemah, sehingga memang tidak mudah diatur. Untuk itu maka kita yang harus memahami bagaimana menyayangi binatang. Dengan begitu anak-anak akan berlatih kesabaran dan berlatih untuk mampu mengontrol emosi saat mereka menghadapi ayam-ayamnya. Hal ini akan melatih kesabaran dan control emosi pada hal-hal lainnya.
Keenam, kepedulian terhadap hak milik

Manfaat lain memelihara ayam adalah kepedulian terhadap hak milik. Mari kita lihat ini dari sisi positif. Terkadang ada orang yang sama sekali tidak hafal terhadap barang-barang miliknya. Bahkan kadang ada juga yang tidak paham mana barang miliknya dan mana yang milik orang lain. Dengan memelihara ayam, anak akan terbiasa mengenali barang miliknya sendiri. Anak akan tahu mana ayamnya dan mana ayam orang lain. Ini sangat bermanfaat untuk karakter anak, terutama peduli dan paham atas barang milik sendiri dan milik orang lain.

Ketujuh, menambah ilmu pengetahuan
Saat memelihara ayam anak-anak akan merasa senang ketika ayam-ayamnya sedang bertelur kemudian menetas. Anak-anak akan dengan sabar menunggu kapan telur-telur ayamnya menetas. Hingga anak menemukan bahwa untuk menetaskan telurnya, ayam butuh waktu 21 hari. Hal ini akan menambah pengetahuan anak tentang dunia binatang.

Kedelapan, menumbuhkan tawakal dan harapan kepada Allah

Saat ayam-ayamnya bertelur, anak-anak akan memiliki harapan, saat nantinya telur itu menetas dan kemudian menjadi anak-anak ayam yang lucu. Ayamnya akan jadi banyak. Lalu jika anak ayamnya itu sudah besar, maka akan bertelur juga dan kemudian menetas menjadi ayam lagi, begitu seterusnya. Hal ini akan membuat anak tumbuh harapannya dan tumbuh juga pikiran positifnya. Anak akan lebih bersemangat dalam merawat ayam-ayamnya. .

Sumber: https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id


Jumat, 15 November 2019


Kapan Izin Pemanfaatan Sepeda Motor Bagi Anak.

وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا
Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” (QS. An Nisaa’: 29).

SAHABAT KELUARGA ALFALAH Transportasi sudah menjadi salah satu kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Dalam satu rumah berjejer empat sampai lima motor sudah menjadi hal yang biasa. Kebutuhan untuk bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain secara singkat merupakan bagian dari keseharian kita. Misalnya untuk  ayah ke kantor, dan Bunda ke pasar membeli pangan. Begitu pula dengan ananda yang harus tiba di sekolah tepat di jam yang telah menjadi peraturan sekolah.

Setiap hari, di pagi dan sore hari kita bisa melihat di sekeliling kita anak-anak berseragam dengan gagah menunggangi kendaraan bermotor. Siswa-siswi SMA, SMP, bahkan anak SD sudah berani bermanuver membelah jalanan padat kendaraan. Namun, apakah Ayah-Bunda menyadari bahwa berdasarkan data yang dilansir oleh Kementerian Perhubungan pada tahun 2016, terdapat lebih dari 175 ribu sepeda motor yang mengalami kecelakaan? Yang lebih memprihatinkan lagi adalah korban usia pelajar pada rentang usia 10-19 tahun merupakan penyumbang nomor dua terbesar dari total korban kendaraan bermotor.

Lantas siapakah yang pantas disalahkan? Lebih baik kita semua intropeksi dan memperbaiki diri masing masing. Hampir bisa dipastikan bahwa korban usia pelajar tersebut menggunakan kendaraan bermotor yang tentunya dibeli orangtuanya. Korban juga tidak mungkin menggunakan kendaraan motor tersebut apabila tidak memperoleh izin dari orangtuanya. Di sinilah bisa kita katakan bahwa izin orangtua berbuah celaka. Oleh karena itu, Ayah-Bunda tentu tidak ingin menjadi bagian dari suatu permasalahan, bukan? Kita sama-sama ingin menjadi bagian dari solusi suatu permasalahan. Ayah-Bunda dapat mencoba kiat-kiat untuk mencegah ananda menjadi korban kecelakaan bermotor berikut:  

1.    Mengenalkan dan melatih menggunakan transportasi publik
Secara umum, sistem transportasi massal yang ada di Indonesia memang belum sepenuhnya memenuhi standar pelayanan konsumen dalam kenyamanan, keamanan, dan ketepatan waktu. Namun demikian, Ayah-Bunda tetap perlu mengenalkan terlebih dahulu transportasi publik yang ada di daerah masing-masing. Sepeda, becak atau becak motor, ojek, delman, angkutan desa/kota, bus, kereta, kapal laut, dan pesawat merupakan transportasi-transportasi yang perlu dikenalkan. Ajak ananda untuk mencoba transportasi publik tersebut sehingga akan terbiasa menggunakannya di masa depan.  

2.    Menjelaskan tentang peraturan berkendara
Peraturan dibuat untuk dipatuhi. Peraturan dibuat untuk mengatur ketertiban umum. Penggunaan kendaraan bermotor sebelum cukup usia merupakan pelanggaran dari peraturan berkendara. Ayah-Bunda perlu menjelaskan tentang peraturan berkendara yang berlaku di Indonesia agar ananda memperoleh pemahaman tentang peraturan tersebut.    Tidak mengizinkan penggunaan kendaraan bermotor apabila belum cukup umur Ayah-Bunda harus dan wajib melarang ananda menggunakan kendaraan bermotor apabila belum cukup umur. Walaupun ananda sudah memiliki kemampuan berkendara dasar. Atas dasar dan alasan apapun, mengizinkan ananda menggunakan kendaraan bermotor sebelum usianya merupakan bagian dari pelanggaran atas peraturan berkendara motor.  

3.   Memberikan Ananda sepeda sebagai sarana transportasi alternatif
Ayah-Bunda jika memiliki rezeki lebih dapat memberi ananda transportasi alternatif untuk beraktivitas. Sepada merupakan kendaraan yang paling cocok. Selain menyehatkan, kemampuan mengendarai sepeda bisa juga dijadikan latihan ananda untuk mengendarai motor apabila sudah cukup umur. Sepeda dapat ananda gunakan untuk bersekolah dan melakukan aktivitas-aktivitas lainnya bersama kawan-kawannya.  

4.    Mencontohkan pemakaian alat pengaman sejak dini
Ayah-Bunda perlu menjadi teladan dalam hal keselamatan berkendara. Wajib menggunakan helm apabila sedang bermotor dan menggunakan sabuk pengaman apabila menggunakan mobil. Dengan melakukan hal tersebut, ananda secara terus menerus akan dicontohkan bagaimana caranya untuk berkendara secara aman. Ayah-Bunda juga perlu memperlihatkan ketertiban dalam berkendara dengan mematuhi segala peraturan lalu lintas yang ada di jalan raya.   Nah, Ayah-Bunda tentu mudah bukan. Semoga kita bisa melaksanakan kiat-kiat di atas. Dengan demikian kita harapkan angka kecelakaan bermotor usia pelajar akan menurun signifikan.

Sumber: https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id


Rabu, 13 November 2019


Mencegah Radikalisme Bagi Remaja

وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ
Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan“.
(QS. Al Baqarah: 195).


SAHABAT KELUARGA AL FALAH-

Pernahkah kita jeli mengamati, bahwa para pelaku bom bunuh diri dan teroris sebagian besar merupakan anak muda di bawah 30 tahun. Yang baru terjadi di Medan, berusia 24 tahun, teror di Sarinah, Jalan Thamrin. Salah seorang pelakunya  ternyata bernama Afif Sunakim yang baru berusia 20 tahun dan pelaku lain adalah Ahmad Muhazan. Pelaku peledakan dan lantas bunuh diri di sebuah gerai kopi itu baru berusia 25 tahun.  Contoh lain adalah Nana Ikwan Maulana, pelaku bom bunuh diri di JW Marriot, Jakarta tahun 2009 lalu. Ia ternyata baru berusia 28 tahun. .

Kita makin terhenyak dan tak habis pikir, para pelaku peledakan bom bunuh diri di Surabaya beberap tahun lalu, di tiga tempat itu masing-masing merupakan satu keluarga. Pada peledakan bom di tiga gereja, pelakunya merupokan pasangan suami istri dam empat orang anaknya. Di Sidoarjo, satu keluarga dengan dua anak diketahui juga pelaku peledakan, sedangkan di Mapolresta Surabaya, pelaku peledakan juga merupakan satu keluarga dengan tiga orang anak, namun satu diantaranya selamat karena terlempar. Bagaimana dengan pola pendidikan dan pengasuhan mereka sehingga bisa memiliki paham radikal? .

Pertama : Bentengi Anak Dengan Pendidikan Agama Yang Benar.

Pelaku bom bunuh diri, pelaku peledakan dan pelaku terorisme semuanya dari orang orang yang mempunyai pemahaman agama yang sempit, dan pemahaman agama yang dangkal.
Karena Islam tidak pernah mengajarkan bunuh diri dan membunuh orang Islam yang lain tanpa sebab yang benar.
وَمَن يَقْتُلْ مُؤْمِناً مُّتَعَمِّداً فَجَزَآؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِداً فِيهَا وَغَضِبَ اللّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَاباً عَظِيماً
“Dan barang siapa yang membunuh seorang mu’min dengan sengaja maka balasannya ialah Jahanam, ia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan melaknatinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (QS. An Nisa: 93)
Maka dengan pemahaman agama yang benar dan lurus, otomatis mampu mencegah kejahatan tersebut.
Orang Tua wajib rajin mengaji untuk mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, tanpa mengaji bagaimana orang tua bisa tahu.

Pilih sekolah yang mengajarkan agama yang benar, agama yang lurus dan mendalam. Lihatlah gurunya, lihatlah kurikulum, lihatlah buku pelajarannya.

Kedua  : Selektif Dalam Memilih Teman.

المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل
Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)
Khususnya dalam kajian kelompok kelompok keagamaan, seperti kerohanian, mentoring khususnya yang melibatkan pihak pihak luar sekolah dan orang tua.



Ketiga : Memperkuat Komunikasi Dan Sosialisasi.

Jika melihat anak tiba-tiba mengurung diri, tidak mau bergaul dan bersosialisasi dengan keluarga maka segera tanggap ada masalah apa dan cari solusinya.
Juga di dalam masyarakat jika menemukan sebuah keluarga, anak anaknya tidak sekolah, orang tua tidak mau bergaul dengan masyarakat sama sekali, menutup diri, ini tanda yang kurang baik.
Diantaranya juga sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
المؤمنُ الذي يخالطُ الناسَ ويَصبرُ على أذاهم خيرٌ منَ الذي لا يُخالطُ الناسَ ولا يصبرُ على أذاهمْ
Seorang mukmin yang bergaul di tengah masyarakat dan bersabar terhadap gangguan mereka, itu lebih baik dari pada seorang mukmin yang tidak bergaul di tengah masyarakat dan tidak bersabar terhadap gangguan mereka” (HR. At Tirmidzi 2507, Al Bukhari dalam Adabul Mufrad 388, Ahmad 5/365,




Selasa, 12 November 2019


Jika Anak Sudah Mulai Mengenal Pacaran

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.
[al-Isrâ’/17:32].
SAHABAT KELUARGA - Salah satu kecemasan orangtua dalam menghadapi anak-anaknya yang sudah beranjak remaja adalah saat mereka sudah mengenal lawan jenis.  Tentunya kecemasan orangtua itu beralasan. Mereka khawatir karena pacaran anak, melanggar norma agama, dan kesusilaan yang pada akhirnya bisa merusak masa depannya.

Lantas bagaimana kita memahamkan masalah cinta dan kasih sayang yang benar kepada anak-anak? Agama telah memberikan panduan jelas tentang hal ini.

Pertama : Bekal Ilmu Agama.
Membekali anak ilmu agama. Agama merupakan sumber kebaikan dan kasih saying, dengan mempelajari dan memahami dengan benar sudah dapat dipastikan anak akan memiliki hati yang lembut dan penuh dengan kasih sayang.

Mengajarkan ilmu agama kepada anak bisa dilakukan melalui pemberian nasihat, belajar agama di sekolah yang kuat agamanya, mengajak anak mendengar ceramah di majelis taklim atau di masjid. Dengan pemahaman agama yang benar maka ilmu tersebut akan menjadi pedoman dan penuntun anak dalam berperilaku.


Kedua : Komunikasi Yang Baik.
Anak diarahkan untuk memahami apa itu cinta dan kasih sayang. Perasaan cinta dan kasih sayang adalah sebuah ungkapan hati manusia untuk mencintai dan menyayangi segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Setiap manusia memiliki perasaan kasih sayang dalam hatinya.
Kasih sayang dan cinta apa yang boleh dan kasih sayang dan cinta apa yang terlarang.

Berciuman dan berpelukan itu barangkali diidentikkan dengan tanda cinta dan kasih sayang. Tetapi itu hanya berlaku dalam keluarga, anak kepada ayah, atau ayah kepada ibu.

Tetapi ciuman dan pelukan itu tidak berarti cinta dan kasih dengan teman-teman khususnya, ini terlarang. Pengertian ini mungkin dianggap terlalu berlebihan, tetapi ini harus masuk dalam sistem kesadaran anak-anak kita sendiri.

Bicara dari hati ke hati   Ajaklah anak kita ke suatu tempat. Bisa makan bakso bersama atau berjalan-jalan. Dengarkan kata-kata anak. Biarkan berbicara sesuai hatinya. Belajar menjadi pendengar yang baik. Dudukkan diri kita seperti teman. Nah, setelah panjang lebar anak bercerita barulah kita pengaruhi pikirannya dengan nasihat-nasihat yang baik. Tidak usah dengan emosi. Katakan apa dampak negatif dan positif kalau anak mengenal cinta. Katakan bahwa manusia diciptakan memang untuk saling mengasihi, tetapi mana kasih yang benar dan mana kasih yang salah.

Ketiga : Tunjukkan Kasih Sayang Dalam Keluarga.

Banyak sekali kejadian anak yang berpacaran, karena telah kehilangan kasih saying dalam keluarganya. Orang tuanya sering cek cok dan bahkan sudah berpisah. Apalagi anak perempuan jika kehilangan sosok ayah maka dia akan mencari seseorang yang menggantikan sosok ayahnya.

Oleh sebab itu keharmonisan dalam keluarga harus kita jaga, jangan tanpakkan masalah dihadapan anak.

Keempat   : Isi waktu dengan kegiatan positif.

Karena banyak waktu kosong dan waktu luang akhirnya anak melakukan kegiatan yang negatif.

Beri kegiatan yang positif, Misalnya, ikutkan kursus-kursus yang menunjang kegiatan seolah. ikut  remaja masjid. Undang guru ngaji untuk belajar Alquran. Beri dorongan agar mereka mau mengikuti kegiatan tersebut.  

Tumbuhkan untuk gemar membaca, jaklah berbelanja buku. Belikan buku-buku agama yang pas untuk remaja. Lebih asyik lagi jika setelah membaca, anak diajak menulis. Dengan membaca dan menulis, mereka akan mendapat pengetahuan akan baik. InsyaAllah akan tidak berpikir lagi untuk berpacaran.

Kelima : Doa dan Keteladanan.
Tak lupa orangtua selalu mendoakan anak agar menjadi anak yang saleh atau salihah dan berkepribadian serta berbudi pekerti yang baik. Keteladanan berakhlak baik juga mendorong anak meniru perbuatan baik kita. Satu perbuatan akan lebih baik dari seribu kata.


SDS IT AL FALAH



بسم الله الرحمن الرحيم

Bapak Ibu Wali Murid – حفظكم الله

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Berikut ini insyaa Allah rencana kegiatan bulan Rabi’ul Awwal, bertepatan dengan bulan November 2019.
1.     Tanggal 25 Nov – 04 Des 2019         : Penilaian Akhir Semester (PAS 1).
2.     Tanggal 5 – 14 Des                               : Penilaian Tahfizh.
a.     Kelas 1                                         : setengah juz [ An Naas-Al A’la ]
b.     Kelas 2                                         : satu setengah juz [ Juz 30 + Al Mursalat-Al Jin ]
c.      Kelas 3                                         : satu setengah juz [ Juz 29 + At Tahriim-Ash Shoff]
d.     Kelas 4                                         : satu setengah juz [ Juz 28 + Al Hadiid-Ar Rahmaan]
e.      Kelas 5                                         : dua juz [ Adz Dzariyat-Al Fath + Juz 27 + Ar Rahman-Ath Thur ]
f.       Kelas 6                                         : melanjutkan hafalan juz 25
Harap ananda selalu didamping saat belajar dan mempersiapkan diri dengan baik.
Jika ada perubahan jadwal, akan kami informasikan lebih lanjut.
بارك الله فيكم
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته


Minggu, 10 November 2019


Menghindari Hedonisme Bagi Anak

SAHABAT KELUARGA AL FALAH-

Hedonisme, yaitu pandangan hidup yang menganggap kebahagiaan didapat dengan mencari kesenangan sebanyak-banyaknya dengan kemewahan dunia.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan :

مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلَكِنِّي أَخْشَى أَنْ تُبْسَطَ الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوْهَا كَمَا تَنَافَسُوْهَا، فَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ

Maka demi Allah! Bukan kemiskinan yang aku khawatirkan atas kalian. Akan tetapi aku khawatir akan dibentangkan dunia atas kalian sebagaimana telah dibentangkan atas orang-orang sebelum kalian. Lalu kalian pun berlomba-lomba padanya sebagaimana mereka berlomba-lomba padanya. Kemudian dunia itu akan menghancurkan kalian sebagaimana telah menghancurkan mereka.”

(HR. Al-Bukhariy no.3158 dan Muslim no.2961)

Jika kita amati, game online, mal, bioskop, karaoke, restoran, tempat rekreasi baik dalam dan luar negeri serta tempat-tempat hiburan lainnya semakin menjamur dan diminati banyak pengunjung. Tak mengenal usia, dari muda hingga orang tua.

Sebagian besar beralasan mencari kesenangan untuk refreshing. Masalahnya, benar-benar untuk refersehing dan menghilangkan kepenatan atau hanya memuaskan rasa haus pada kesenangan saja?

Atau tanpa kita sadari sebenarnya kita telah terjebak pada perilaku hedonisme. Perlahan hal ini menjadi lazim, seiring dengan anggapan bahwa kesenangan menjadi hal yang patut didapatkan dan dipamerkan sebagai bentuk eksistensi dan aktualisasi diri. Bukan hanya kalangan dewasa, anak-anak terutama usia remaja menjadi imbas terpapar virus hedonisme.
Perilaku hedonisme menjadi salah satu yang dapat merapuhkan mental anak anak kita. Anak-anak menjadi enggan berusaha, menghindari hal-hal yang berbau pengorbanan serta perjuangan sehingga mereka cepat puas dengan apa yang mereka usahakan sekadarnya. Remaja menjadi kurang bertanggung jawab, konsumtif, individualis, sikap sportif hilang dan kompetitif, egois, serta cenderung menjadi pemalas.

Tak dapat dipungkiri, fenomena ini sudah terlihat pada remaja di Indonesia saat ini. Mereka bangga dapat melakukan berbagai hal yang bisa memuaskan dahaga mereka akan kesenangan, memamerkan, dan menganggap kecil orang lain yang tidak bisa berlaku seperti mereka. Mengesampingkan usaha, perjuangan, dan pengorbanan.

Keluarga sebagai tempat pendidikan pertama dan terdekat bagi remaja ternyata mengambil andil dalam pembentukan perilaku hedonisme. Lantas, apa yang sebaiknya dilakukan untuk pencegahan?

1.         Pembatasan dan pengawasan terhadap media sosial

Media sosial adalah influencer utama. Konten yang menyuguhkan gaya hidup mewah dan bersenang-senang sedikit banyak menggeser pola pikir remaja bahwa ’kesenangan’ menjadi kebutuhan primer bagi setiap orang. Kesenangan adalah hak yang harus mereka dapatkan. Sehingga banyak remaja melakukan apa saja yang bisa memberikan mereka kesenangan tanpa memikirkan baik dan buruk serta efek yang ditimbulkan setelahnya. Untuk itu pembatasan dan pengawasan penggunaan media menjadi wajib bagi orang tua.

Mempertimbangkan pemberian reward

Pemberian reward penting bagi anak sebagai bentuk apresiasi. Reward dapat meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri. Namun, pemberiannya harus mendapat perhatian khusus agar tidak menjadi bumerang bagi anak dan orangtua. Pertimbangkan dengan matang, usahakan reward yang diberikan sebanding dengan usaha dan hasil yang diperoleh anak. Jangan memberikan karena sedang tren atau semacamnya. Hindari pemberian barang mewah yang tidak berkaitan sama sekali dengan statusnya sebagai anak dan pelajar. Hilangkan pola pikir memberikan barang mewah dan terkini menjadi suatu kebanggaan bagi orangtua.

Menjadi teladan terbaik

Orangtua harus bijak bergaul dan beraktivitas sesuai perannya sebagai suri teladan bagi anak-anaknya. Orangtua harus jeli dalam berkegiatan sehari-hari karena menjadi role model anak-anaknya. Banyak orangtua yang justru terjebak pada kehidupan sosialita demi mendapat label ’ortu gaul’. Tanpa disadari, gaya hidup seperti ini menjadi bibit hedonisme yang ditanamkan orangtua dan suatu saat akan tumbuh pada anak-anaknya. Tunjukkan pola hidup sederhana, bekerja keras, pantang menyerah, rasa syukur dan hal positif lainnya. Sehingga orangtua menjadi role model yang tepat bagi anak.

Hindari pemberian fasilitas full service

Memenuhi kebutuhan anak memang kewajiban orangtua. Sebagai bentuk kasih sayang, tak jarang orangtua berusaha keras memenuhi keinginan anak-anaknya. Namun, perlu diingat anak-anak harus menyadari bahwa tidak semua yang mereka inginkan bisa mereka dapatkan.

Didik mereka untuk berusaha, menabung atau mengajukan sejumlah syarat tertentu untuk mendapat sesuatu yang mereka inginkan. Mereka harus bisa menyusun skala prioritas antara keinginan dan kebutuhan.

Jadikan bersedekah dan berbagi sebagai kegiatan rutin

Ajak anak-anak mengumpulkan sebagian yang mereka miliki, baik berupa benda maupun uang untuk diberikan pada orang yang kurang beruntung secara rutin. Berbagi dapat mengasah empati, meningkatkan rasa syukur, dan mereduksi sikap hidup bermewah-mewahan. Tanamkan bahwa pemenuhan terhadap kesenangan tidak selalu melakukan hal-hal yang menyenangkan bagi dirinya. Tetapi, kebahagiaan bisa juga didapatkan dengan memberikan kebahagiaan pada orang lain.

Perilaku hedonisme yang lambat laun mulai melekat pada remaja Indonesia sebaiknya menjadi sebuah alarm bagi kita. Sebab maju mundurnya suatu negara ditentukan oleh generasi mudanya. Negara Nauru telah memberi pelajaran bagi kita. Setelah dinobatkan sebagai negara terkaya di era 1980-an karena kekayaan fosfatnya, menjadikan penduduk Nauru gemar bersenang-senang dan bermalas-malasan. Hingga pada tahun ini negara Nauru menjadi salah satu negara termiskin di dunia.

Tentu, kita tidak ingin hal yang sama terjadi di negara kita tercinta. Untuk itu, pastikan dari keluarga kita akan terlahir generasi muda yang tangguh yang membawa kejayaan Islam dan umat Islam.

Sumber: https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id.