Sabtu, 07 November 2020

 

KISAH ORANG TUA TELADAN

Nama tokoh kita hari ini adalah Tamadhar binti Amru bin al-Haris bin asy-Syarid, dikenal dengan panggilan Al Khansa’. Seorang sahabiyah sahabat wanita yang mulia.

Khansa menikah dengan Rawahah bin Abdul Azis As-Sulami. Dari pernikahan itu ia mendapatkan empat orang anak laki-laki. Melalui pembinaan dan pendidikan tangannya yang lembut, keempat anak lelakinya ini tumbuh menjadi pembela Islam yang terkenal. Dan Khansa sendiri terkenal sebagai ibu para syuhada. Hal itu dikarenakan dorongannya dan didikannya terhadap keempat anak lelakinya yang gugur berjihad di medan Perang Qadisiyah.

Sebelum peperangan dimulai, terjadilah diskusi di rumah Khansa.            Di antara keempat putranya saling berebut kesempatan mengenai siapakah yang akan ikut berperang melawan tentara Persia, dan siapakah yang harus tinggal di rumah bersama ibunda mereka.

Keempatnya saling menunjuk yang lain untuk tinggal di rumah. Masing-masing ingin turut berjuang melawan musuh-musuh Allah. Rupanya perdebatan mereka itu terdengar oleh Khansa.

Maka Khansa mengumpulkan keempat anaknya dan berkata, "Wahai anak-anakku, sesungguhnya kalian memeluk agama ini tanpa paksaan. Kalian telah berhijrah dengan kehendak sendiri. Demi Allah, yang tiada sesembahan selain Dia, sesungguhnya kalian ini putra-putra dari seorang lelaki dan seorang perempuan yang sama. Tidak pantas bagiku untuk mengkhianati ayahmu, atau membuat malu pamanmu, atau mencoreng kehormatan keluargamu." Maka keluarlah kalian semua berperang di jalan Allah.

Khansa berhenti sebentar, kemudian melanjutkan, "Jika kalian telah melihat perang, singsingkanlah lengan baju dan berangkatlah. Majulah paling depan, niscaya kalian akan mendapatkan pahala di akhirat, negeri keabadian.

Sesungguhnya tiada sesembahan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Inilah kebenaran sejati, maka berperanglah dan bertempurlah sampai mati. Wahai anakku, carilah maut niscaya kalian dianugerahi hidup yang baik."

Kalian mengetahui apa yang telah Allah janjikan bagi kaum muslimin berupa pahala yang agung bagi yang memerangi orang-orang kafir. Ketahuilah bahwa negeri yang kekal lebih baik daripada negeri yang fana. Allah jalla wa ‘ala berfirman:

يَأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan) dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian beruntung.” 

(QS. Ali ‘Imran: 200)

Ketika sinar pagi telah terbit, kedua pasukan pun bertemu.Gugurlah orang-orang yang ditakdirkan gugur. Dan mereka yang ditakdirkan hidup, akan tetap hidup walaupun berangkat mencari kematian.

Usai peperangan, al-Khansa mencari kabar tentang putra-putranya.Kabar kematian anak-anaknya sampai kepadanya.Ia berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah memuliakanku dengan kematian mereka. Aku berharap Rabku mengumpulkanku bersama mereka dalam kasih sayang-Nya.”

Sumber:
– islamstory.com/ar/
امهات-خالدات-في-التاريخ-الاسلامي

Rasulullah pernah bersabda,

“Siapa yang merelakan tiga orang putra kandungnya (meninggal dunia), maka dia akan masuk surga. Seorang wanita bertanya, bagaimana jika hanya dua putra?, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian menjawab: ‘Begitu juga dua putra”. (Diriwayatkan oleh Nasa’I dan Ibnu Hibban dari Anas radhiyallahu’anhu dalam kitab Al-Albani Shahiihul Jaami’ no 5969)

Ayah bunda, seperti itulah semangat Al Khansa’ dalam mendamping dan membimbing putranya dalam berjihad fii sabilillah.

Bagaimana dengan semangat kita membimbing putra-putri kita dalam belajar menuntut ilmu?

Menuntut ilmu juga merupakan bagian dari jihad fii sabilillah maka sepantasnya kita juga semangat mendampingi putra putri kita belajar di rumah, jangan mudah mengeluh dan jangan mudah putus asa.