Senin, 09 Desember 2019


Liburan untuk Pembentukan Karakter Positif Anak

SAHABAT KELUARGA - Siapa bilang liburan sekolah identik dengan libur dari belajar? Karena kita sebagai seorang mukmin seyogyanya memanfaatkan waktu dengan baik untuk belajar kapan saja dan di mana saja.

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Ada dua kenikmatan yang banyak manusia menyia nyiakan, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”
(HR. Bukhari no. 6412)

Saat berlibur bersama keluarga, anak-anak justru mendapatkan kesempatan luas untuk belajar khususnya belajar membentuk karakter.  Liburan akhir semester selama dua pekan perlu dimanfaatkan dengan sebaik mungkin, dengan menyisipkan pendidikan karakter sang buah hati.

Berikut ini beberapa kegiatan pembentuk karakter anak.  

1.  Tanggung jawab

Tanggung jawab dimulai dari merancang kegiatan. Rencana yang matang sudah setengah dari suksesnya kegiatan. Pesan seperti ini sudah umum maka bagus jika anak-anak dilibatkan dalam merancang liburan bersama keluarga. Mereka akan merasa memiliki dan tanggung jawab menyukseskan kegiatan liburan itu.

Misalnya kegiatan liburan selama dua pekan, target liburan, dan lain-lain. Bila lemah perencanaan, muncul kegiatan di luar rencana yang kurang bermanfaat atau mengundang pemborosan. Namun demikian, penyesuaian di lapangan jelas selalu ada.

Misalnya : Kegiatan hafalan Al Qur’an, bagaimana target harian. Kegiatan ibadah shalat, kegiatan ibadah sedekah, kegiatan ibadah silaturahmi dan yang lainnya.


2.  Disiplin

Dalam melaksanakan rencana yang telah disusun. Tidak ada rumus liburan kemudian kewajibannya libur, misalnya salat lima waktu bagi muslim. Selain itu, barlalu lintas di jalan raya, anak-anak akan belajar dari cara orang tua berlalu lintas. Apakah ayahnya taat pada aturan serta santun dan menghargai pengguna jalan yang lain?  

3.  Peduli 

Ajarkan anak peduli atau peka terhadap tugas rumah tangga, misalnya mencuci piring, mencuci baju, merapikan tempat tidur.
Atau saat bermalam di rumah saudara. Anak perlu menyesuaikan dan terlibat dalam kegiatan keluarga setempat. Misalnya tiap pagi membantu menyapu atau membersihkan rumah. 
Senang berbagi Berwisata tidak harus masuk restoran mahal. Sekali waktu melirik warung makan yang sedikit pembeli. Aneka objek bisa dikunjungi, selipkan niat berbagi kepada orang yang membutuhkan yang dijumpai membeli di warung yang sepi. Senang untuk membawa oleh-oleh bagi tetangga pun, bagian dari hal yang perlu ditularkan kepada anak.  


4.  Mengenal lebih dekat tugas anggota keluarga

Dengan sering berlibur, anak akan mengenal pembagian tugas dalam keluarga. Misal, anak laki-laki lebih dekat dengan kegiatan ayah urusan transportasi, mengenal dunia mesin, dan lain-lain. Bila sudah lebih besar akan belajar menyetir mobil dan mengetahui aneka tantangan berlalu lintas. Bagi anak perempuan akan akrab dengan menyiapkan perbekalan konsumsi, memasak dan oleh-oleh.  

5.  Sabar
Bagaimana rasanya mengantre makanan di rumah makan dan menghadapi kemacetan di jalan? Ini juga bagian dari latihan sabar. Ajari anak dengan bijak bahwa semua orang pernah mengalami hal yang sama sehingga perlu bersabar. Termasuk sabar menghadapi karakter orang lain atau saudara-saudaranya. Misalnya ada yang cerewet atau suka pamer, dan lain-lain. Ini pun menarik untuk dipahamkan kepada anak.


6.  Jujur

Di rumah makan, makan tiga jajanan ngakunya dua? Hal seperti ini sepertinya sudah tidak ada yang melakukan. Namun, bagaimana bila di objek wisata saat di pintu loket? Dengan mobil pribadi berisi 10 orang, adakah orangtua yang mengatakan hanya berisi 6 orang? Maaf, hal ini termasuk ilmu yang ditularkan ke anak, tidak jujur. Jangan ditiru.  

7.  Menghargai orang lain

Salah satu keterampilan hidup yang dicurigai bisa hilang adalah menghargai lawan bicara karena serbuan media elektronika. Media canggih di tangan terlalu mendekatkan yang jauh, tetapi justru menjauhkan yang dekat. Jangan sampai niat silaturahmi, tetapi waktu anak habis hanya bersama gawainya, baik sibuk main games maupun asyik dengan media sosialnya. Buatlah kesepakatan sebelum berlibur atau nasihati anak saat sendiri, tidak perlu di depan banyak orang.  
Tentu masih banyak yang lain kegiatan liburan yang perlu direfleksi. Ayah-Bunda, selagi ada waktu, nikmati kebersamaan bersama buah hati dan manfaatkan liburan untuk pembentukan karakter hebat anak shalih shalihah.
 
SDS IT Al Falah


Minggu, 01 Desember 2019


Hak Pengasuhan Anak :

Agama Islam adalah agama yang sempurna dan lengkap mengatur seluruh aspek kehidupan manusia.

Salah satu aturan dalam Islam adalah masalah Hak Pengasuhan Anak jika terjadi perceraian antara suami dan istri.

Dengan aturan ini diharapkan anak tidak terlantar, tidak tersia-sia dan tetap mendapatkan pendidikan dan kasih sayang walaupun kedua orang tuanya telah pisah.  

§  Urutan Kepengasuhan      :

1.     Jika anak masih kecil belum mumayyiz ( 7 tahun ) : Ibu.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, bahwasanya ada seorang wanita pernah mendatangi Rasulullah mengadukan masalahnya. Wanita itu berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ ابْنِي هَذَا كَانَ بَطْنِي لَهُ وِعَاءً وَثَدْيِي لَهُ سِقَاءً وَحِجْرِي لَهُ حِوَاءً وَإِنَّ أَبَاهُ طَلَّقَنِي وَأَرَادَ أَنْ يَنْتَزِعَهُ مِنِّي

“Wahai Rasulullah. Anakku ini dahulu, akulah yang mengandungnya. Akulah yang menyusui dan memangkunya. Dan sesungguhnya ayahnya telah menceraikan aku dan ingin mengambilnya dariku”.Mendengar pengaduan wanita itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menjawab:

أَنْتِ أَحَقُّ بِهِ مَا لَمْ تَنْكِحِي

“Engkau lebih berhak mengasuhnya selama engkau belum menikah”. [HR Ahmad (2/182), Abu Dawud (2276) dan al Hakim (2/247). Syaikh al Albani menilainya sebagai hadits hasan.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah mempunyai alasan, mengapa ibu lebih berhak dalam mengasuh anaknya, dikarenakan ibu lebih baik daripada ayah si anak. Sebab, jalinan ikatan dengan si anak sangat kuat dan lebih mengetahui kebutuhan makanan bagi anak, cara menggendong, menidurkan dan mengasuh. Dia lebih pengalaman dan lebih sayang. Dalam konteks ini, ia lebih mampu, lebih tahu dan lebih tahan mental. Sehingga dialah orang yang mesti mengasuh seorang anak yang belum memasuki usia tamyiz berdasarkan syari’at. [Majmu’ al Fatawa (17/216-218)

dari aturan ini menunjukkan bahwa seorang ibu lebih dibutuhkan oleh seorang anak yang masih kecil, dibawah tujuh tahun daripada kebutuhannya kepada ayah.

anak lebih mendengar nasihat ibu, anak lebih nurut dengan petuah ibu daripada ayahnya. seorang ibu harus lebih tampil dan berperan kepada anak dalam usia ini dan mencurahkan banyak waktunya untuk mendidik dan mengarahkan anak.



2.     Jika anak sudah mumayyiz ( 7 tahun )     :

a.     Anak Laki-laki               : Silakan memilih.

Dasarnya ada seorang wanita yang mendatangi Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam. Ia mengadu, “Suamiku ingin membawa pergi anakku,” maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada bocah itu, anaknya: “Wahai anak kecil. Ini adalah ayahmu, dan itu ibumu. Pilihlah siapa yang engkau inginkan!” Anak itu kemudian menggandeng tangan ibunya, dan kemudian mereka berdua berlalu.[ HR Abu Dawud (2277)
b.    Anak Perempuan          : Ayahnya lebih berhak.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: Imam Ahmad dan para muridnya memandang diutamakannya ayah (untuk mengasuh putrinya yang sudah berusia tujuh tahun, keatas), Fatawa Syaikhil-Islam (34/131)

dari ini bisa kita ambil kesimpulan bahwa anak perempuan yang sudah berusia tujuh tahun keatas, kebutuhan terhadap nasihat dan bimbingan ayah lebih besar daripada kebutuhannya terhadap nasihat ibu.

dalam usia ini anak perempuan ada kecenderungan malah mulai berani dengan ibunya, mulai membantah, dan melawan ibunya dan sangat dibutuhkan sosok seorang ayah yang lebih tegas dan berwibawa.

banyak kita dapatkan keluarga yang bercerai, kemudian mempunyai anak perempuan dewasa dan anak ini ikut ibunya maka kecenderungan anak perempuan ini menyimpang sangat besar.

karena kehilangan sosok ayahnya.
maka dalam usia ini sosok seorang ayah lebih didengar, lebih ditaati daripada seorang ibu. 

Allahu A'lam





















Minggu, 24 November 2019


Tumbuhkan Karakter Positif Anak melalui Memelihara Binatang

SAHABAT KELUARGA AL FALAH

Memelihara, beternak dan mengembala binatang mempunyai manfaat yang sangat banyak dan hebat bagi seorang anak.
Oleh sebab itu disebutkan dalam hadits yang shahih bahwa semua Nabi dahulunya pernah mengembala kambing.

مَا بَعَثَ اللَّهُ نَبِيًّا إِلاَّ رَعَى الْغَنَمَ » . فَقَالَ أَصْحَابُهُ وَأَنْتَ فَقَالَ « نَعَمْ كُنْتُ أَرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيطَ لأَهْلِ مَكَّةَ »
Tidak ada Nabi kecuali pernah menjadi penggembala kambing.” Mereka para sahabat bertanya, “Apakah engkau juga wahai Rasulullah?” Beliau berkata, “Iya, saya telah menggembala dengan imbalan beberapa qirath (mata uang dinar, pen.) dari penduduk Mekah.” (HR. Bukhari, no. 2262)

Indonesia memiliki sumber daya alam yang banyak. Indonesia juga kaya keanekaragaman hayati. Banyak juga hewan ternak yang mampu hidup di Indonesia. Salah satunya adalah ayam yang mudah pemeliharaannya. Ayam dapat diambil telur maupun dagingnya. Dapat dijadikan investasi karena memiliki nilai jual tinggi terutama pada musim hari raya atau hari libur. Memelihara ayam tidak terlalu membutuhkan cara yang spesial dan dana yang besar.

Siapa saja dapat memelihara ayam, termasuk anak-anak SD kelas atas. Tak hanya memperoleh daging dan telur, beternak ayam memberikan manfaat lain bagi anak-anak, berikut di antaranya:

Pertama, belajar bertanggung jawab

Dengan memelihara ayam, anak-anak akan belajar bertanggung jawab, mulai dari menyiapkan pakan, menyiapkan kandang, dan mengontrol hewan peliharaan itu sendiri. Di perkampungan, ayam biasanya akan dilepas saat pagi hari, kemudian akan dimasukkan ke kandang lagi saat senja menjelang. Kegiatan ini akan memupuk rasa tanggung jawab anak. Anak-anak akan memahami kapan saatnya mengeluarkan ternak dari kandangnya, kapan memberi pakan, kapan saatnya memasukkan kembali ke kandangnya.

Kedua, melatih jiwa kepemimpinan

Memelihara ayam juga dapat melatih jiwa kepemimpinan anak. Saat pagi hari mengeluarkan ayam dari kandangnya, saat memberi pakan ayam, saat memasukkan lagi ke kandang di sore hari ayam-ayam tidak selalu langsung menurut perintah tuannya. Ada ayam yang mudah menurut, tetapi ada juga yang berkeliaran dan susah dikondisikan terutama saat diberi pakan. Begitu juga saat memasukkannya ke kandang, terkadang ayam-ayam tidak segera menuju ke kandang. Melalui kegiatan ini anak-anak akan terlatih untuk senantiasa dapat memimpin, dapat mengatur ayam-ayamya dengan cara-cara terbaik yang dia temukan agar ayam-ayamnya segera dapat keluar kandang, tertib saat diberi pakan atau saat memasukkan lagi ke kandang di sore hari. Jiwa kepemimpinan sangat baik diterapkan ke anak-anak karena sangat diperlukan seseorang ketika sudah terjun di masyarakat.

Ketiga, mengajarkan kedisiplinan

Saat anak-anak diberi tanggung jawab untuk merawat sendiri ayam-ayamnya berarti juga belajar disiplin. Sikap ini dapat terlatih ketika anak memberi pakan ayam atau waktu mengeluarkan dan memasukkan ayam dari dan ke kandang.

Keempat, menguatkan konsenterasi

Memelihara ayam juga dapat melatih konsenterasi anak. Saat anak-anak memberi makan ayamnya, atau ketika mengeluarkan serta memasukan ayam ke kandang, pikiran anak akan disibukkan dengan hal satu itu. Karena rasa tanggung jawab yang dimiliki anak terhadap ayam-ayam miliknya, maka dia akan memberi perhatian penuh. Pada saat seperti ini, anak akan terlatih untuk berkonsenterasi dan fokus pada satu hal. Dengan begitu anak akan terbiasa untuk dapat berkonsentrasi jika sedang mengerjakan suatu pekerjaan. Misalnya saat belajar, maka akan hanya berfokus pada belajar.

Kelima, berlatih kesabaran dan mengontrol emosi Memelihara ayam juga dapat membantu anak untuk mengontrol emosinya. Saat ayam-ayamnya sulit diatur, seketika mungkin akan membuat anak marah. Tetapi dengan bantuan arahan dari kita sebagai orangtua, membuat anak-anak memahami bahwa binatang adalah makhluk Allah yang lemah, sehingga memang tidak mudah diatur. Untuk itu maka kita yang harus memahami bagaimana menyayangi binatang. Dengan begitu anak-anak akan berlatih kesabaran dan berlatih untuk mampu mengontrol emosi saat mereka menghadapi ayam-ayamnya. Hal ini akan melatih kesabaran dan control emosi pada hal-hal lainnya.
Keenam, kepedulian terhadap hak milik

Manfaat lain memelihara ayam adalah kepedulian terhadap hak milik. Mari kita lihat ini dari sisi positif. Terkadang ada orang yang sama sekali tidak hafal terhadap barang-barang miliknya. Bahkan kadang ada juga yang tidak paham mana barang miliknya dan mana yang milik orang lain. Dengan memelihara ayam, anak akan terbiasa mengenali barang miliknya sendiri. Anak akan tahu mana ayamnya dan mana ayam orang lain. Ini sangat bermanfaat untuk karakter anak, terutama peduli dan paham atas barang milik sendiri dan milik orang lain.

Ketujuh, menambah ilmu pengetahuan
Saat memelihara ayam anak-anak akan merasa senang ketika ayam-ayamnya sedang bertelur kemudian menetas. Anak-anak akan dengan sabar menunggu kapan telur-telur ayamnya menetas. Hingga anak menemukan bahwa untuk menetaskan telurnya, ayam butuh waktu 21 hari. Hal ini akan menambah pengetahuan anak tentang dunia binatang.

Kedelapan, menumbuhkan tawakal dan harapan kepada Allah

Saat ayam-ayamnya bertelur, anak-anak akan memiliki harapan, saat nantinya telur itu menetas dan kemudian menjadi anak-anak ayam yang lucu. Ayamnya akan jadi banyak. Lalu jika anak ayamnya itu sudah besar, maka akan bertelur juga dan kemudian menetas menjadi ayam lagi, begitu seterusnya. Hal ini akan membuat anak tumbuh harapannya dan tumbuh juga pikiran positifnya. Anak akan lebih bersemangat dalam merawat ayam-ayamnya. .

Sumber: https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id


Jumat, 15 November 2019


Kapan Izin Pemanfaatan Sepeda Motor Bagi Anak.

وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا
Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” (QS. An Nisaa’: 29).

SAHABAT KELUARGA ALFALAH Transportasi sudah menjadi salah satu kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Dalam satu rumah berjejer empat sampai lima motor sudah menjadi hal yang biasa. Kebutuhan untuk bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain secara singkat merupakan bagian dari keseharian kita. Misalnya untuk  ayah ke kantor, dan Bunda ke pasar membeli pangan. Begitu pula dengan ananda yang harus tiba di sekolah tepat di jam yang telah menjadi peraturan sekolah.

Setiap hari, di pagi dan sore hari kita bisa melihat di sekeliling kita anak-anak berseragam dengan gagah menunggangi kendaraan bermotor. Siswa-siswi SMA, SMP, bahkan anak SD sudah berani bermanuver membelah jalanan padat kendaraan. Namun, apakah Ayah-Bunda menyadari bahwa berdasarkan data yang dilansir oleh Kementerian Perhubungan pada tahun 2016, terdapat lebih dari 175 ribu sepeda motor yang mengalami kecelakaan? Yang lebih memprihatinkan lagi adalah korban usia pelajar pada rentang usia 10-19 tahun merupakan penyumbang nomor dua terbesar dari total korban kendaraan bermotor.

Lantas siapakah yang pantas disalahkan? Lebih baik kita semua intropeksi dan memperbaiki diri masing masing. Hampir bisa dipastikan bahwa korban usia pelajar tersebut menggunakan kendaraan bermotor yang tentunya dibeli orangtuanya. Korban juga tidak mungkin menggunakan kendaraan motor tersebut apabila tidak memperoleh izin dari orangtuanya. Di sinilah bisa kita katakan bahwa izin orangtua berbuah celaka. Oleh karena itu, Ayah-Bunda tentu tidak ingin menjadi bagian dari suatu permasalahan, bukan? Kita sama-sama ingin menjadi bagian dari solusi suatu permasalahan. Ayah-Bunda dapat mencoba kiat-kiat untuk mencegah ananda menjadi korban kecelakaan bermotor berikut:  

1.    Mengenalkan dan melatih menggunakan transportasi publik
Secara umum, sistem transportasi massal yang ada di Indonesia memang belum sepenuhnya memenuhi standar pelayanan konsumen dalam kenyamanan, keamanan, dan ketepatan waktu. Namun demikian, Ayah-Bunda tetap perlu mengenalkan terlebih dahulu transportasi publik yang ada di daerah masing-masing. Sepeda, becak atau becak motor, ojek, delman, angkutan desa/kota, bus, kereta, kapal laut, dan pesawat merupakan transportasi-transportasi yang perlu dikenalkan. Ajak ananda untuk mencoba transportasi publik tersebut sehingga akan terbiasa menggunakannya di masa depan.  

2.    Menjelaskan tentang peraturan berkendara
Peraturan dibuat untuk dipatuhi. Peraturan dibuat untuk mengatur ketertiban umum. Penggunaan kendaraan bermotor sebelum cukup usia merupakan pelanggaran dari peraturan berkendara. Ayah-Bunda perlu menjelaskan tentang peraturan berkendara yang berlaku di Indonesia agar ananda memperoleh pemahaman tentang peraturan tersebut.    Tidak mengizinkan penggunaan kendaraan bermotor apabila belum cukup umur Ayah-Bunda harus dan wajib melarang ananda menggunakan kendaraan bermotor apabila belum cukup umur. Walaupun ananda sudah memiliki kemampuan berkendara dasar. Atas dasar dan alasan apapun, mengizinkan ananda menggunakan kendaraan bermotor sebelum usianya merupakan bagian dari pelanggaran atas peraturan berkendara motor.  

3.   Memberikan Ananda sepeda sebagai sarana transportasi alternatif
Ayah-Bunda jika memiliki rezeki lebih dapat memberi ananda transportasi alternatif untuk beraktivitas. Sepada merupakan kendaraan yang paling cocok. Selain menyehatkan, kemampuan mengendarai sepeda bisa juga dijadikan latihan ananda untuk mengendarai motor apabila sudah cukup umur. Sepeda dapat ananda gunakan untuk bersekolah dan melakukan aktivitas-aktivitas lainnya bersama kawan-kawannya.  

4.    Mencontohkan pemakaian alat pengaman sejak dini
Ayah-Bunda perlu menjadi teladan dalam hal keselamatan berkendara. Wajib menggunakan helm apabila sedang bermotor dan menggunakan sabuk pengaman apabila menggunakan mobil. Dengan melakukan hal tersebut, ananda secara terus menerus akan dicontohkan bagaimana caranya untuk berkendara secara aman. Ayah-Bunda juga perlu memperlihatkan ketertiban dalam berkendara dengan mematuhi segala peraturan lalu lintas yang ada di jalan raya.   Nah, Ayah-Bunda tentu mudah bukan. Semoga kita bisa melaksanakan kiat-kiat di atas. Dengan demikian kita harapkan angka kecelakaan bermotor usia pelajar akan menurun signifikan.

Sumber: https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id


Rabu, 13 November 2019


Mencegah Radikalisme Bagi Remaja

وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ
Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan“.
(QS. Al Baqarah: 195).


SAHABAT KELUARGA AL FALAH-

Pernahkah kita jeli mengamati, bahwa para pelaku bom bunuh diri dan teroris sebagian besar merupakan anak muda di bawah 30 tahun. Yang baru terjadi di Medan, berusia 24 tahun, teror di Sarinah, Jalan Thamrin. Salah seorang pelakunya  ternyata bernama Afif Sunakim yang baru berusia 20 tahun dan pelaku lain adalah Ahmad Muhazan. Pelaku peledakan dan lantas bunuh diri di sebuah gerai kopi itu baru berusia 25 tahun.  Contoh lain adalah Nana Ikwan Maulana, pelaku bom bunuh diri di JW Marriot, Jakarta tahun 2009 lalu. Ia ternyata baru berusia 28 tahun. .

Kita makin terhenyak dan tak habis pikir, para pelaku peledakan bom bunuh diri di Surabaya beberap tahun lalu, di tiga tempat itu masing-masing merupakan satu keluarga. Pada peledakan bom di tiga gereja, pelakunya merupokan pasangan suami istri dam empat orang anaknya. Di Sidoarjo, satu keluarga dengan dua anak diketahui juga pelaku peledakan, sedangkan di Mapolresta Surabaya, pelaku peledakan juga merupakan satu keluarga dengan tiga orang anak, namun satu diantaranya selamat karena terlempar. Bagaimana dengan pola pendidikan dan pengasuhan mereka sehingga bisa memiliki paham radikal? .

Pertama : Bentengi Anak Dengan Pendidikan Agama Yang Benar.

Pelaku bom bunuh diri, pelaku peledakan dan pelaku terorisme semuanya dari orang orang yang mempunyai pemahaman agama yang sempit, dan pemahaman agama yang dangkal.
Karena Islam tidak pernah mengajarkan bunuh diri dan membunuh orang Islam yang lain tanpa sebab yang benar.
وَمَن يَقْتُلْ مُؤْمِناً مُّتَعَمِّداً فَجَزَآؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِداً فِيهَا وَغَضِبَ اللّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَاباً عَظِيماً
“Dan barang siapa yang membunuh seorang mu’min dengan sengaja maka balasannya ialah Jahanam, ia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan melaknatinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (QS. An Nisa: 93)
Maka dengan pemahaman agama yang benar dan lurus, otomatis mampu mencegah kejahatan tersebut.
Orang Tua wajib rajin mengaji untuk mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, tanpa mengaji bagaimana orang tua bisa tahu.

Pilih sekolah yang mengajarkan agama yang benar, agama yang lurus dan mendalam. Lihatlah gurunya, lihatlah kurikulum, lihatlah buku pelajarannya.

Kedua  : Selektif Dalam Memilih Teman.

المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل
Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)
Khususnya dalam kajian kelompok kelompok keagamaan, seperti kerohanian, mentoring khususnya yang melibatkan pihak pihak luar sekolah dan orang tua.



Ketiga : Memperkuat Komunikasi Dan Sosialisasi.

Jika melihat anak tiba-tiba mengurung diri, tidak mau bergaul dan bersosialisasi dengan keluarga maka segera tanggap ada masalah apa dan cari solusinya.
Juga di dalam masyarakat jika menemukan sebuah keluarga, anak anaknya tidak sekolah, orang tua tidak mau bergaul dengan masyarakat sama sekali, menutup diri, ini tanda yang kurang baik.
Diantaranya juga sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
المؤمنُ الذي يخالطُ الناسَ ويَصبرُ على أذاهم خيرٌ منَ الذي لا يُخالطُ الناسَ ولا يصبرُ على أذاهمْ
Seorang mukmin yang bergaul di tengah masyarakat dan bersabar terhadap gangguan mereka, itu lebih baik dari pada seorang mukmin yang tidak bergaul di tengah masyarakat dan tidak bersabar terhadap gangguan mereka” (HR. At Tirmidzi 2507, Al Bukhari dalam Adabul Mufrad 388, Ahmad 5/365,