Sabtu, 07 November 2020

 

KISAH ORANG TUA TELADAN

Nama tokoh kita hari ini adalah Tamadhar binti Amru bin al-Haris bin asy-Syarid, dikenal dengan panggilan Al Khansa’. Seorang sahabiyah sahabat wanita yang mulia.

Khansa menikah dengan Rawahah bin Abdul Azis As-Sulami. Dari pernikahan itu ia mendapatkan empat orang anak laki-laki. Melalui pembinaan dan pendidikan tangannya yang lembut, keempat anak lelakinya ini tumbuh menjadi pembela Islam yang terkenal. Dan Khansa sendiri terkenal sebagai ibu para syuhada. Hal itu dikarenakan dorongannya dan didikannya terhadap keempat anak lelakinya yang gugur berjihad di medan Perang Qadisiyah.

Sebelum peperangan dimulai, terjadilah diskusi di rumah Khansa.            Di antara keempat putranya saling berebut kesempatan mengenai siapakah yang akan ikut berperang melawan tentara Persia, dan siapakah yang harus tinggal di rumah bersama ibunda mereka.

Keempatnya saling menunjuk yang lain untuk tinggal di rumah. Masing-masing ingin turut berjuang melawan musuh-musuh Allah. Rupanya perdebatan mereka itu terdengar oleh Khansa.

Maka Khansa mengumpulkan keempat anaknya dan berkata, "Wahai anak-anakku, sesungguhnya kalian memeluk agama ini tanpa paksaan. Kalian telah berhijrah dengan kehendak sendiri. Demi Allah, yang tiada sesembahan selain Dia, sesungguhnya kalian ini putra-putra dari seorang lelaki dan seorang perempuan yang sama. Tidak pantas bagiku untuk mengkhianati ayahmu, atau membuat malu pamanmu, atau mencoreng kehormatan keluargamu." Maka keluarlah kalian semua berperang di jalan Allah.

Khansa berhenti sebentar, kemudian melanjutkan, "Jika kalian telah melihat perang, singsingkanlah lengan baju dan berangkatlah. Majulah paling depan, niscaya kalian akan mendapatkan pahala di akhirat, negeri keabadian.

Sesungguhnya tiada sesembahan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Inilah kebenaran sejati, maka berperanglah dan bertempurlah sampai mati. Wahai anakku, carilah maut niscaya kalian dianugerahi hidup yang baik."

Kalian mengetahui apa yang telah Allah janjikan bagi kaum muslimin berupa pahala yang agung bagi yang memerangi orang-orang kafir. Ketahuilah bahwa negeri yang kekal lebih baik daripada negeri yang fana. Allah jalla wa ‘ala berfirman:

يَأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan) dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian beruntung.” 

(QS. Ali ‘Imran: 200)

Ketika sinar pagi telah terbit, kedua pasukan pun bertemu.Gugurlah orang-orang yang ditakdirkan gugur. Dan mereka yang ditakdirkan hidup, akan tetap hidup walaupun berangkat mencari kematian.

Usai peperangan, al-Khansa mencari kabar tentang putra-putranya.Kabar kematian anak-anaknya sampai kepadanya.Ia berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah memuliakanku dengan kematian mereka. Aku berharap Rabku mengumpulkanku bersama mereka dalam kasih sayang-Nya.”

Sumber:
– islamstory.com/ar/
امهات-خالدات-في-التاريخ-الاسلامي

Rasulullah pernah bersabda,

“Siapa yang merelakan tiga orang putra kandungnya (meninggal dunia), maka dia akan masuk surga. Seorang wanita bertanya, bagaimana jika hanya dua putra?, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian menjawab: ‘Begitu juga dua putra”. (Diriwayatkan oleh Nasa’I dan Ibnu Hibban dari Anas radhiyallahu’anhu dalam kitab Al-Albani Shahiihul Jaami’ no 5969)

Ayah bunda, seperti itulah semangat Al Khansa’ dalam mendamping dan membimbing putranya dalam berjihad fii sabilillah.

Bagaimana dengan semangat kita membimbing putra-putri kita dalam belajar menuntut ilmu?

Menuntut ilmu juga merupakan bagian dari jihad fii sabilillah maka sepantasnya kita juga semangat mendampingi putra putri kita belajar di rumah, jangan mudah mengeluh dan jangan mudah putus asa.

Sabtu, 31 Oktober 2020

panduan pendidikan anak

 TIPS DAN MOTIVASI AGAR SUKSES MENDIDIK ANAK

Untuk Orang Tua & Guru

 

Ayah bunda, bapak ibu guru dan ustadz ustadzah...dalam agama kita telah lengkap panduan, dalam pendidikan anak, agar putra-putri kita menjadi anak yang shalih dan shalihah.

Ada 3 tips penting bagi orang tua dan guru :

 

1)               RAJIN BERDOA

 

Orang tua dan guru harus rajin berdoa meminta kepada Allah pertolongan agar sukses dalam pendidikan putra-putrinya.Tanpa doa, sangat tak mungkin tujuan mendapatkan anak shalih bisa terwujud. Karena keshalihan didapati dengan taufik dan petunjuk Allah.

مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِي وَمَنْ يُضْلِلْ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi.”

(QS. Al-A’rof : 178)

Karena hidayah di tangan Allah, tentu kita harus banyak memohon pada Allah putra-putri kita dan murid kita semoga menjadi anak anak yang shalih dan sukses di dunia dan akhirat. Para Nabi dan Rasul ‘alaihimus salam juga tidak lupa dan berdoa untuk anak-anak mereka.

Doa Nabi Ibrahim ‘alaihis salam,

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ

Robbi hablii minash shoolihiin” [Ya Rabbku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh]”. (QS. Ash Shaffaat: 100).

Doa Nabi Zakariya ‘alaihis salaam,

رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ

“Robbi hab lii min ladunka dzurriyyatan thoyyibatan, innaka samii’ud du’aa’” [Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mengdengar doa]

(QS. Ali Imron: 38)

Yang jelas doa orang tua pada anaknya adalah doa yang mustajab. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

Ada tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang tua, doa orang yang bepergian (safar) dan doa orang yang terzalimi.”

(HR. Abu Daud no. 1536, Ibnu Majah no. 3862 dan Tirmidzi no. 1905. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Oleh karenanya jangan sampai orang tua dan guru melupakan doa baik pada anaknya, walau mungkin saat ini anak tersebut sulit diatur dan nakal. Hidayah dan taufik di tangan Allah. Siapa tahu ke depannya, ia menjadi anak yang shalih dan manfaat untuk orang tua berkat doa yang tidak pernah putus-putusnya.

 

2)            TELADAN DALAM KEBAIKAN.

 

Kalau orang tua dan guru menginginkan anak yang shalih, orang tua dan guru  harus memperbaiki diri terlebih dahulu. Orang tua dan guru harus menjadi teladan dan panutan putra putrina.

Sebagian ulama salaf sampai-sampai terus menambah kualitas shalatnya, cuma ingin agar anaknya menjadi shalih.

Sa’id bin Al-Musayyib pernah berkata pada anaknya,

لَأَزِيْدَنَّ فِي صَلاَتِي مِنْ أَجْلِكَ

“Wahai anakku, sungguh aku terus menambah shalatku ini karenamu (agar kamu menjadi shalih, pen.).”

(Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1: 467)

 ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz pernah mengatakan,

مَا مِنْ مُؤْمِنٍ يَمُوْتُ إِلاَّ حَفِظَهُ اللهُ فِي عَقِبِهِ وَعَقِبِ عَقِبِهِ

“Setiap mukmin yang meninggal dunia (di mana ia terus memperhatikan kewajiban pada Allah, pen.), maka Allah akan senantiasa menjaga anak dan keturunannya setelah itu.”

(Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1: 467)

Salah seorang ulama mengatakan kepada guru anak-anaknya,

“Hal pertama yang harus Anda lakukan untuk mendidik keshalihan anak-anak saya adalah membuat diri Anda sendiri menjadi shalih. Karena kesalahan mereka adalah bentuk mencontoh dari kesalahan Anda; Hanya perbuatan baik saja yang harus Anda lakukan dan tinggalkanlah perbuatan yang jelek di hadapan mereka” (Tariikh Dimasyq, 38 / 271-272).



3)            IKHTIYAR USAHA MAKSIMAL

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.[at-Tahrîm/66:6]


Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa makna “peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”,

adalah “didiklah mereka dan ajarkan ilmu kepada mereka (addibhum wa ‘allimhum)”.

Memberi pendidikan kepada mereka dan pendampingan saat mereka belajar.  

Walaupun mendidik dan mendampingi anak saat belajar merupakan hal yang tidak mudah, tetapi kita harus bersabar dan tabah.

Karena setiap kebaikan yang kita ajarkan kepada anak anak kita, pahalanya akan mengalir kepada kita orang tua dan guru.

Imam Tirmidzi, Imam Nasai dan Ibnu Majah meriwayatkan dalam hadits shahih dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

وَإِنَّ أَوْلاَدَكُمْ مِنْ كَسْبِكُمْ

dan sesungguhnya anak-anakmu itu termasuk usaha kamu”.

Jika orang tua dan guru mengajari anak shalat, maka saat anak tersebut shalat , guru dan orang tuanya mendapat aliran pahala.

Saat orang tua dan guru mengajari Al Qur’an maka saat anak membaca Al Qur’an orang tua dan guru juga mendapat aliran pahala.

 

4)            MEMILIHKAN LINGKUNGAN YANG BAIK.

المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل

“Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.”

(HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)

Karena lingkungan sangat mempengaruhi perilaku anak, maka orang tua harus selektif memilih lingkungan, baik lingkungan rumah maupun lingkungan sekolah.

 




 

 

Minggu, 14 Juni 2020

ETIKA MEMPERBAIKI KESALAHAN PEMERINTAH

Kita sebagai umat Islam, telah dipilih oleh Allah sebagai umat terbaik yang selalu menegakkan amar ma’ruf nahi munkar dan selalu memberikan nasihat kebaikan dan kebenaran kepada orang lain.
Termasuk terhadap pemerintah, jika kita melihat kekurangan dan kesalahan mereka maka sikap kita adalah :
1.       Tidak boleh mendukung dan menyetujui kesalahan mereka.
2.       Tidak boleh diam dengan kesalahan mereka.
Harus ditegakkan amar ma’ruf nahi munkar dan nasihat dalam kebaikan.
Akan tetapi ada aturan dalam Al Qur’an dan dalam As Sunnah dalam melakukan amar ma’ruf nahi munkar dan nasihat kepada pemerintah :
1.   Dengan bahasa yang lembut, kata-kata yang sopan dan penuh kasih sayang mengharapkan kebaikan, Berkata-kata kasar, tidak layak keluar dari lisan seseorang yang mengaku muslim Renungkan firman Allah Ta’ala:
اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى ْ فَقُولَا لَهُ قَوْلاً لَّيِّناً لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى
“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”.
[At-Thoha:43-44]
Kita bukan Musa -alaihis salam- dan kita tidak lebih baik dari Musa -alaihis salam-
Pemerintah kita juga tidak sejahat Fir’aun yang mengaku Rabb Pencipta yang tertinggi.
2.   Berusaha menyampaikan secara langsung, melalui mekanisme yang resmi dan benar, bukan dengan teriak teriak di jalan, apalagi pada zaman ini ada akun pribadi para pemerintah baik di facebook, twitter dll.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِسُلْطَانٍ فَلاَ يُبْدِ لَهُ عَلاِنِيَةً، وَلَكِنْ لِيَأْخُذْ بِيَدِهِ فَيَخْلُوْ بِهِ، فَإِنْ قَبِلَ مِنْهُ فَذَاكَ، وَإِلاَّ كَانَ قَدْ أَدَّى الَّذِيْ عَلَيْهِ لَهُ
“Barangsiapa yang ingin menasihati penguasa dalam suatu perkara, maka janganlah dia menasihati secara terang-terangan. Akan tetapi, ambillah tangannya dan menyepilah dengannya. Jika sang penguasa menerima (nasihatmu), itulah yang diinginkan. Jika tidak, maka dia telah menunaikan kewajibannya.” 
(HR. Ahmad 3/403, Ath-Thabrani dalam Musnad Asy-Syamiyyiin 2/94, Ibnu Abi ‘Ashim dalam As-Sunnah no. 1096 dan yang lainnya. Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Dzilaal As-Sunnah 2/507)
Perintah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam di atas juga diamalkan oleh sahabat Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu, ketika banyak orang membicarakan dan mengkritik kepemimpinan sahabat ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu.
Ada seseorang yang berkata kepada Usamah radhiyallahu ‘anhu,
أَلَا تَدْخُلُ عَلَى عُثْمَانَ فَتُكَلِّمَهُ؟
“Tidakkah Engkau menemui ‘Utsman dan menasihatinya?”
Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu berkata,
أَتَرَوْنَ أَنِّي لَا أُكَلِّمُهُ إِلَّا أُسْمِعُكُمْ؟ وَاللهِ لَقَدْ كَلَّمْتُهُ فِيمَا بَيْنِي وَبَيْنَهُ، مَا دُونَ أَنْ أَفْتَتِحَ أَمْرًا لَا أُحِبُّ أَنْ أَكُونَ أَوَّلَ مَنْ فَتَحَهُ
“Apakah kalian anggap aku tidak menasihatinya karena kalian tidak mendengar pembicaraanku kepadanya? Demi Allah, sungguh aku telah berbicara dengannya empat mata, tanpa menampakkannya. Aku tidak mau menjadi orang yang pertama kali membuka (pintu fitnah).” 
(HR. Muslim no. 2989)





Selasa, 21 April 2020

Jakarta - 
Menetes air mata Syekh Ali Jaber. Ulama itu sedih karena virus Corona.
Syekh Ali Jaber dihadirkan dalam konferensi pers BNPB, Selasa (21/4/2020). Syekh Ali Jaber mulanya memberi nasihat mengenai Ramadhan yang kemungkinan besar dilalui umat muslim Indonesia dalam situasi pandemi virus Corona.
"Kali ini kita beribadah di rumah dan kita produktif bagaimana bisa menjadikan rumah adalah jannati, surgaku rumahku. Di sinilah kita jadikan di bulan Ramadhan ini rumahku surgaku dengan kita beraktivitas ibadah," kata Syekh Ali.
Syekh Ali tidak ingin ada perdebatan terkait ibadah selama pandemi Corona, terutama salat Jumat. Dia bahkan menyebutkan bahwa jika Imam Syafii masih hidup pasti umat Islam akan diwajibkan tinggal di rumah.
"Coba tolong orang yang ingin betul-betul mengikuti pandangan Imam Syafii dan saya yakin kalau Imam Syafii masih hidup dan masih ada di tengah kita akan mewajibkan kita diam di rumah karena itu pandangan Islam," kata Ali.
"Fikih Imam Syafii kalau ada orang kejar kita ada utang boleh kita tinggalkan (salat) Jumat, masa karena wabah ini masih ada yang meributkan tidak boleh kita tinggalkan (salat) Jumat," tambahnya.


Syekh Ali Jaber mengaku sedih. Kesedihannya itu lantaran tidak bisa melaksanakan ibadah di masjid seperti biasanya.
Sambil terisak, dia juga mengungkapkan curahan hatinya terhadap orang yang masih keras kepala, tidak menaati aturan pemerintah untuk mencegah penyebaran virus Corona.
"Saya merasa sedih karena tidak bisa tarawih, saya merasa sedih dan menangis karena nggak bisa mudik. Saya merasa terluka hati saya karena nggak bisa Jumatan," kata Ali.
Sambil menyeka air mata, Ali meminta umat Islam tetap patuh beribadah dari rumah. Dia percaya Corona bisa dihadapi asal masyarakat mau berikhtiar.
"Tapi ini ujian wajib kita turuti, wajib kita imani, wajib kita percaya takdir Allah dan kita lawan takdir dengan takdir, jangan orang kita keras kepala," ujar Ali.
Ali percaya Allah akan mengangkat musibah ini jika semua mau berdoa. Doa bisa dilakukan di rumah dengan tulus dan ikhlas tanpa harus ke masjid.
Jakarta - 
Saat ini Timur-Tengah sedang berjuang melawan wabah corona. Mereka mengambil langkah-langkah pencegahan secara ketat, khususnya karantina, pemberlakuan jam malam, hingga beribadah di rumah. Mereka tidak main-main dalam mencegah penyebaran virus corona, sehingga para ulama berada di garda terdepan dalam memberikan pemahaman terhadap umat. Sebab itu, fikih corona menjadi sesuatu yang tidak dielakkan.
Al-Azhar dan Lembaga Fatwa Mesir (Dar al-Isfta' al-Mishriyyah) menjadi institusi terdepan dalam mengeluarkan fatwa atau pandangan keagamaan dalam rangka memberikan pemahaman dan penyadaran kepada publik. Salah satu yang menjadi perhatian ulama adalah soal beribadah di rumah. Bahkan, Kementerian Wakaf Mesir mengeluarkan maklumat untuk menutup masjid selama pandemi Covid-19.
Dalam suasana normal, masjid selalu dipenuhi warga untuk melaksanakan shalat lima waktu dan Salat Jumat, termasuk Salat Tarawih dan Salat Idul Fitri. Sebab itu, para ulama mengambil langkah-langkah pencegahan setelah mendengarkan pemaparan para ahli virus dan wabah perihal bahaya Covid-19. Di samping itu, kebijakan pemerintah sejalan dengan protokol World Health Organization (WHO) yang juga menjadi pertimbangan penting dalam memutuskan sebuah fatwa.
Atas dasar itu, para ulama di Timur-Tengah berpandangan bahwa kebijakan para pemimpin harus sejalan dengan prinsip kemaslahatan (tasharruf al-imam 'al-ra'iyyah manuthun bil mashlalah). Para ulama secara kompak sampai pada kesimpulan bahwa wabah corona merupakan wabah yang harus dicegah tanpa memperhatikan zona merah dan zona hijau. Sifat wabah yang transmisinya bisa berlangsung dari manusia ke manusia, maka apapun yang di dalamnya mengindikasikan adanya kontak antara manusia dengan manusia yang lain dalam jumlah yang relatif besar, perlu diambil langkah-langkah pencegahan sesuai dengan instrumen fikih.
Lembaga Fatwa Mesir berangkat dari sebuah pandangan bahwa di dalam fikih terdapat keringanan (al-rukshah) dan kemudahan (al-taysir) bagi seorang Muslim untuk tidak melaksanakan salat berjemaah di masjid. Keringanan dan kemudahan tersebut mengacu pada beberapa alasan yang bersifat umum dan khusus. Yang bersifat umum, seperti hujan deras yang menyebabkan jalanan becek dan banyak genangan air, serta jalanan gelap yang menyebabkan kita tidak berjalan ke masjid. Sedangkan alasan yang bersifat khusus, seperti sakit, melindungi jiwa dan harta dari ancaman orang lain, makan makanan yang menyebabkan bau menyengat, tertidur, dan lain-lain.
Di dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, saat terjadi hujan deras Ibnu 'Abbas pernah meminta kepada juru adzan untuk mengganti kalimat hayya 'ala al-shalat (mari menunaikan shalat) menjadi shallu fi buyutikum (salatlah di rumah-rumah kalian). Orang-orang pada saat itu tidak mau menerima permintaan Ibnu 'Abbas. Lalu Ibnu 'Abbas, menyatakan kepada mereka, "Jangan kaget, orang yang lebih baik dari saya, yaitu Nabi Muhammad SAW telah melakukan hal ini. Salat Jumat adalah wajib, tetapi aku khawatir jika memaksakan kalian keluar rumah, sehingga kalian berjalan di tengah jalanan yang becek dan berlumpur, menyebabkan kalian tergelincir."
Jika hujan saja yang menyebabkan seseorang mendapatkan keringanan dan kemudahan untuk tidak melaksanakan salat berjemaah, maka alasan yang lebih berbahaya seperti pandemi Covid-19 sudah dapat menjadi pijakan untuk salat di rumah, bukan salat di masjid. Menurut para ulama di Lembaga Fatwa Mesir, hendaknya kita berpegang pada prinsip, "tidak berbahaya bagi diri sendiri dan tidak membahayakan orang lain" (la dharar wa la dhirar).
Al-Azhar sebagai institusi keagamaan yang selama ini dijadikan kiblat di Timur-Tengah, bahkan dunia Islam, juga mengeluarkan fatwa atau pandangan keagamaan yang memperkuat pandangan keagamaan Lembaga Fatwa Mesir. Intinya, syariat Islam bertujuan untuk melindungi kemaslahatan umum, tidak egois, serta mengedepankan kepentingan umum. Menyelamatkan jiwa (hifdz al-nafs) merupakan inti ajaran Islam. Di dalam al-Quran disebutkan, Dan janganlah kamu menjerumuskan dirimu pada bahaya (QS. al-Baqarah [2]: 195).
Ada hadis Nabi yang dapat menjadi landasan kuat agar diberlakukan secara ketat pada pembatasan sosial (social distancing), jaga jarak fisik (physical distancing), bahkan menunda mudik hingga waktu yang benar-benar aman dari wabah corona. Yaitu, hadis Nabi yang berbunyi, Jika kalian mendengarkan adanya wabah atau penyakit menular dalam sebuah wilayah, maka hendaklah kalian tidak masuk ke daerah itu. Dan jika kalian berada di dalam sebuah wilayah yang di dalamnya terdapat wabah atau penyakit menulis, maka hendaklah kalian tidak keluar dari wilayah itu.
Terhadap para jenazah pasien Covid-19, al-Azhar menyatakan mereka adalah para syuhada, terlebih para tenaga medis yang berada di garda terdepan dalam menyembuhkan para pasien. Bahkan di antara mereka ada yang menjadi korban, hingga merenggut nyawa. Mereka adalah para syuhada dan pahlawan yang harus diberikan penghormatan setinggi-tingginya. Sebab itu, al-Azhar meminta kepada mereka yang masih hidup, termasuk keluarga dan masyarakat memberikan penghormatan terakhir terhadap para jenazah pasien Covid-19, di antaranya memandikan, mengafani, mensalatkan, dan menguburkannya.
Al-Azhar juga menjadikan rumah sakit yang berada di bawah naungan al-Azhar sebagai tempat merawat para pasien, serta memberikan sumbangan finansial yang lumayan besar di seantero Mesir. Al-Azhar ingin memberikan pencerahan kepada publik di Timur-Tengah agar jangan main-main menghadapi dan mencegah wabah corona.
Sikap al-Azhar ini menjadi rujukan hampir seluruh negara-negara di Timur-Tengah untuk melahirkan fikih corona yang sejalan dengan kebijakan pemerintah dan protokol WHO, sehingga semua pihak mempunyai kesadaran kolektif untuk tidak menyepelekan wabah corona.
Selain itu, Iran juga menjadi negara yang paling awal meniadakan Salat Jumat sebagai pencegahan dari penyebaran corona. Mereka juga menutup masjid dan tempat-tempat suci (al-haram) yang selama ini ramai diziarahi, seperti makam Imam Ridha di Mashhad dan makam Sayyidah Ma'shumah di Qom. Bahkan, yang paling menarik dari Iran yaitu mengubah masjid menjadi tempat pelayanan bantuan sembako bagi warga yang terdampak wabah corona. Kita bisa melihat masjid-masjid di Iran dipenuhi dengan makanan.
Di saat warga tidak salat berjamaah di masjid, tetapi masjid dipenuhi dengan makanan yang dapat membantu mereka yang membutuhkan. Bahkan, para ulama Iran berlomba-lomba menjadi relawan di berbagai rumah sakit. Mereka berlomba-lomba dalam kebajikan, membantu para medis menyembuhkan pasien Covid-19. Dan tidak sedikit dari para ulama itu yang meninggal dunia, ingin menjadi syahid.
Itulah fikih corona di Timur-Tengah yang tidak hanya berhenti pada pandangan keagamaan atau fatwa semata, melainkan telah menjadi tindakan nyata yang mengetuk kesadaran individu dan kolektif bahwa corona harus membuka mata kepala dan mata batin kita, saatnya kemanusiaan dan keselamatan bersama diutamakan daripada berdebat dan menyebarluaskan kepanikan.
Zuhairi Misrawi cendekiawan Nahdlatul Ulama, analis pemikiran dan politik Timur-Tengah, The Middle East Institute, Jakarta

Jumat, 27 Maret 2020


MARI KITA MENYENANGKAN ALLAH
MARI KITA MUDAHKAN MANUSIA

Allah senang dan Allah lebih menyukai kita menggunakan keringanannya.
Mari kita senangkan Allah Ta’ala Rabb kita :

إن الله يحب أن تؤتى رخصه كما يحب أن تترك معصيته .
Sesungguhnya Allah senang untuk diambil keringanan-Nya sebagaimana Dia senang di tinggalkan maksiat kepada-Nya.
[HR.Ibnu Hibban dan Ibnu Huzaimah].
Dan juga Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam lebih memilih sesuatu yang mudah.
DARI Aisyah, beliau menuturkan, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidaklah beliau memilih di antara dua perkara, melainkan beliau akan memilih yang paling ringan di antara kedua pilihan tersebut, selama tidak mengandung dosa. Namun jika mengandung dosa, maka beliau adalah manusia yang paling jauh darinya.
(HR. Bukhari)






Rabu, 04 Maret 2020


Usaha Mencegah Penyakit Untuk Buah Hati Kita   :
Bapak Ibu Wali Murid SDS IT Al Falah – yang kami hormati-
Ustadz Ustadzah Wali Kelas SDS IT Al Falah – yang kami banggakan-
Mari kita bersama-sama berta’awun dan bekerja sama untuk mencegah penyakit menimpa buah hati kita.
Berikut ini usaha-usaha yang perlu kita lakukan, di rumah dan di sekolah :
1.     Membentengi buah hati kita dengan dzikir dan wirid harian :

Diantara dzikir yang sangat ringkas dan mudah semua orang bisa melaksanakannya adalah :
Dari ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ عَبْدٍ يَقُولُ فِي صَبَاحِ كُلِّ يَوْمٍ وَمَسَاءِ كُلِّ لَيْلَةٍ : بِسْمِ اللهِ الَّذِي لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ العَلِيمُ ، ثَلاثَ مَرَّاتٍ ، إِلاَّ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْءٌ
Tidaklah seorang hamba mengucapkan setiap pagi dari setiap harinya dan setiap petang dari setiap malamnya kalimat:
BISMILLAHILLADZI LAA YADHURRU MA’ASMIHI SYAI-UN FIL ARDHI WA LAA FIS SAMAA’ WA HUWAS SAMII’UL ‘ALIIM
 (dengan nama Allah Yang dengan nama-Nya tidak ada sesuatu pun yang membahayakan di bumi dan tidak juga di langit, dan Dialah Yang Maha Mendegar lagi Maha Mengetahui)
 sebanyak tiga kali, maka tidak aka nada apa pun yang membahayakannya.
(HR. Abu Daud dan Tirmidzi. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih).
2.     Memberikan bekal sarapan dengan nutrisi yang kuat dan sehat setiap pagi.
مَنْ تَصَبَّحَ بِسَبْعِ تَمَرَاتٍ عَجْوَةً لَمْ يَضُرَّهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ سُمٌّ وَلاَ سِحْرٌ
Barangsiapa di pagi hari sarapan tujuh butir kurma ajwa, maka ia tidak akan terkena racun dan sihir pada hari itu.”
(Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 5779 dan Muslim no. 2047).
Kalau tidak ada kurma, bisa digantikan makanan lain yang sehat, minimal minum air manis sebelum berangkat sekolah.
3.     Menjaga kebersihan badan.
a.      Dengan  selalu mencuci tangan dalam setiap aktifitas terutama sebelum dan sesudah makan.

Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, menganjurkan selalu memperbanyak wudhu yang terkandung di dalamnya mencuci tangan :
لَا يُحَافِظُ عَلَى الْوُضُوءِ إِلَّا مُؤْمِنٌ
Tidaklah menjaga wudhu, kecuali mu’min.
(HR ibnu Maajah, dll; dishahiihkan al albaaniy)

b.     Menutup mulut dan hidung  ketika bersin

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا عَطَسَ غَطَّى وَجْهَهُ بِيَدِهِ أَوْ بِثَوْبِهِ وَغَضَّ بِهَا صَوْتَهُ.
Bahwasanya apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersin, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menutup wajah dengan tangan atau kainnya sambil merendahkan suaranya.” 
[HR. Ahmad II/439, al-Hakim IV/264, Abu Dawud no. 5029, at-Tirmidzi no. 2746. Lihat Shahih at-Tirmidzi II/355 no. 2205]
                                                                   Garingan, 03 Maret 2020

Kepala Sekolah






Minggu, 23 Februari 2020

Siswa SMP Tenggelam di Sleman
YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kepala SMP Negeri 1 Turi, Tutik Nurdiyana, mengaku tidak mengetahui program kegiatan susur sungai.
 "Kami atas nama sekolah mohon maaf atas terjadinya musibah ini yang benar-benar tidak kami prediksi dari awal, tidak menduga," ujar Tutik dalam konferensi pers di sekolahnya, Sabtu (22/2/2020).

Tutik mengaku tidak mengetahui adanya kegiatan susur sungai pada Jumat (21/2/2020). Sebab, para pendamping tidak memberikan laporan. "Jujur, saya tidak mengetahui adanya program susur sungai di hari kemarin itu, mereka tidak matur (laporan). Karena mungkin menganggapnya anak-anak biasa, anak Turi susur sungai itu hal biasa," katanya.

Sementara itu, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X meminta pihak pimpinan sekolah untuk bertanggung jawab atas musibah ini.