Rabu, 30 Agustus 2017

SAHABAT KELUARGA-
 Apa yang akan Anda lakukan jika anak-anak malas, tidak punya keinginan untuk maju, dan keras kepala ketika dinasehati?
Berbagai alasan, permohonan, ancaman, bahkan pertengkaran setiap hari tidak bisa membuat perbedaan dalam tingkah laku mereka. Apapun yang orang tua katakan seolah tidak ada yang masuk dalam hati dan pikiran mereka. Bahkan, semakin kita memberikan mereka dorongan, semakin menjadi pula sikap semau hati mereka. 
Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan terlebih dahulu sebelum memotivasi anak, yakni :
1. Anak merupakan ujian bagi orang tua : SABAR
عَجَباً ِلإَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنََّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ فَإِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهَ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

Sungguh mengagumkan urusan orang mukmin, sungguh semua urusannya baik baginya, yang demikian itu tidaklah dimiliki seorang pun kecuali hanya orang yang beriman. Jika mendapat kebaikan (kemudian) ia bersyukurmaka itu merupakan kebaikan baginya, dan jika keburukan menimpanya (kemudian) ia bersabar, maka itu merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim)


.Umar bin Al Khattab radhiallahu ‘anhu berkata:  “Kami merasakan manisnya kehidupan dunia dengan kesabaranKalau sekiranya sabar itu ada pada salah seorang niscaya ia akan menjadi orang mulia.”.
Introspeksi Diri
Bila anak Anda tidak peduli dengan pelajaran sekolah, tidak tergerak untuk ingin hidup lebih baik, sebaiknya orang tua mengevaluasi pola asuh yang selama ini diterapkan. Misalnya, apakah terlalu sering memaksanya, atau sebaliknya melakukan pembiaran terhadap apa yang dilakukannya, atau apakah sering menyalahkannya terhadap segala sesuatu atau terlalu banyak menuruti apa yang dia inginkan? 
Orang tua harus membuka mata hati, dan mau menyadari kesalahan dalam mendidik anak. Yakinlah, orang tua juga manusia biasa yang tidak lepas dari kesalahan.

Kekompakan Orangtua
Sering terjadi perbedaan sikap atau pola asuh antara ibu dan ayah bisa juga menyebabkan anak malas. Ayah yang terlalu keras pada anak, dan ibu yang terlalu lembut pada anak atau sebaliknya seringkali dimanfaatkan oleh anak untuk “mengadu domba” ayah dan ibunya demi mendapatkan apa yang ia inginkan.
Sudah menjadi satu keharusan bagi orangtua untuk kompak dalam mendidik dan mengasuh anak. Tentukan pola asuh yang disepakati, jika perlu konsultasikan terlebih dahulu pada orang yang ahli di bidang pendidikan anak. Selalu diskusikan segala sesuatunya, dan jangan saling menyalahkan.

Mau Mengakui Kesalahan dan Berbesar Hati
Tidak semua orangtua mau mengakui kesalahan dalam pola asuh mereka. Padahal, sudah jelas aturannya, kalau ingin ada perubahan maka perubahan itu harus dimulai dari diri sendiri.
Mengakui kesalahan itu bukanlah sesuatu yang salah atau buruk. Melainkan mengajarkan anak bahwa kita sebagai orangtua pun masih harus belajar banyak.
Ingat ngga kita sendiri pernah menjadi anak-anak, mengalami pula masa remaja yang penuh gejolak. Di saat kita merasa frustrasi, merasa jengkel pada orangtua, kita akan berbuat nakal untuk menarik perhatian mereka. Untuk membuat orangtua “sadar” bahwa ada sesuatu yang salah dalam pola mendidik mereka terhadap kita. Kita mengharapkan kata “maaf” dan kesadaran dari orangtua.

Anak Adalah Refleksi Orangtua Mereka
Bagaimanapun, anak adalah cerminan orang tuanya. Anak kita tidak akan menjadi lebih baik dengan tarikan atau segala bentuk pemaksaan kehendak. Tapi mereka akan menjadi lebih baik dengan perhatian yang cukup dan kasih sayang yang tidak memanjakan.

Ambil Langkah Mundur
Saat anak keras kepala, tak mau mendengar nasehat, cobalah untuk mengambil langkah mundur, alias hindarilah pertengkaran. Tenangkan diri Anda sejenak, jika perlu katakan pada anak Anda bahwa Anda membutuhkan waktu sesaat untuk mengontrol diri. Begitupun dengan dia.
Setelah Anda dan anak Anda bisa melanjutkan dengan mencari solusi, gunakan kesempatan itu untuk bertanya tentang apa yang ia inginkan.

Memberitahukan Harapan dan Pilihan, Bukan Pemaksaan
Setelah Anda mendengarkan apa yang diinginkan anak, kini saatnya Anda mengatakan apa yang Anda harapkan darinya. Misalnya, Anda mengharapkan anak Anda untuk bisa lebih membagi waktu belajar dan bermain secara proporsional. Anda juga bisa mengajaknya mengatur waktu dan konsekuensi terhadap apa yang ia lakukan.
Kalau perlu, buatlah kesepakatan-kesepakatan dengan anak. Semuanya harus dilakukan dengan kerelaan hati, namun Anda pun tetap bisa tegas padanya.
Selain harapan, Anda pun harus bisa memberinya berbagai pilihan “sikap” yang bisa ia ambil. Agar anak-anak pun dapat ikut berpikir tentang konsekuensi dari segala perbuatan dan langkah yang mereka ambil. Misalnya, ketika anak tidak mau mengikuti kelas yang Anda usulkan. Anda bisa memberinya beberapa pilihan beserta resiko dari keputusannya.

Berikan Tanggung jawab Pada Anak
Setelah mendiskusikan harapan-harapan Anda dan anak Anda berikut dengan konsekuensinya, maka kini sudah saatnya Anda untuk keluar dan memberikan anak Anda kesempatan untuk memilih jalannya dan bertanggungjawab atas resiko pilihannya.
Kita orangtua hanya bisa memberikan arahan, memberikan masukan, support, dan nasehat. Tapi, kita tidak bisa memaksakan terlalu banyak. Bukan membiarkan mereka berbuat semaunya, tapi memberikan mereka tanggungjawab dengan sambil terus memantau dan siap untuk membantu mereka di saat mereka salah.

 Yanuar Jatnika
WA Wali Murid Al Falah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar