PEMIMPIN ADALAH CERMINAN BAWAHANNYA
-Sebuah ketetapan Illahi...
Untuk
intropeksi diri...
Firman Allah ta’ala :
وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Dan begitulah kami jadikan pemimpin bagi sebagian orang-orang yang
dzalim, orang yang dzalim pula, disebabkan kedzaliman yang telah mereka kerjakan”.
(QS. Al-An’am: 129)
·
‘Abidatu as-Salmaini
berkata kepada Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu anhu :
“Wahai Amirul Mukminin! Apakah gerangan Abu Bakr dan
Umar Radhiyallahu anhuma, kenapa semua rakyat tunduk dan patuh kepada keduanya?
Wilayah
kekuasaan yang semula lebih sempit dari satu jengkal lalu meluas dalam
kekuasaan mereka?
Lalu saat engkau dan Utsman menggantikannya posisi
keduanya, rakyat tidak lagi tunduk dan patuh terhadap kalian berdua, sehingga
kekuasaan yang luas ini menjadi sempit buat kalian?
Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu menjawab,
“Karena rakyat
mereka berdua adalah orang-orang yang seperti aku dan Utsman, sementara
rakyatku sekarang adalah kamu dan orang-orang yang sepertimu.”
·
Seorang khalifah dari dinasti Bani
Umayyah mendengar perkataan buruk rakyatnya tentang khilafah yang dipimpinnya.
Karena hal itu, sang khalifah mengundang dan mengumpulkan para tokoh dan
orang-orang yang berpengaruh dari rakyatnya.
Dalam pertemuan
itu khalifah berkata :
“Wahai rakyatku sekalian! apakah kalian ingin
aku menjadi khalifah seperti Abu Bakar dan Umar?. Mereka pun menjawab, “ya”.
Kemudian khalifah berkata lagi,
“Jika kalian menginginkan hal itu, maka
jadilah kalian seperti rakyatnya Abu bakar dan Umar!
karena Allah Subhanahu wa ta’ala yang maha
bijaksana akan memberikan pemimpin pada suatu kaum sesuai dengan amal-amal yang
dikerjakannya.
Jika amal mereka buruk, maka pemimpinnya pun
akan buruk. Dan jika amal mereka baik, maka pemimpinnya pun akan baik.
(Syarh Riyadh
Al-Shalihin, Syaikh Muhammad bin Shaleh Al Utsaimin)
Setelah
menyampaikan kisah Umar bin Khatthab Radhiyallahu anhu, Syaikh Muhammad bin
Shalih al-‘Utsaimin memberikan pesan,
“Beginilah dahulu kondisi para khalifah di masa-masa
awal umat ini, ketika rakyatnya selalu menegakkan perintah Allâh Azza wa Jalla
, takut terhadap siksa-Nya dan senantiasa berharap limpahan pahala-Nya.
Namun ketika rakyat berubah dan mulai menzhalimi diri
mereka, maka berubahlah pula sikap dan karakter permimpin-pemimpin mereka,
Sebagaimana keadaan kalian, begitulah penguasa kalian.”[20]
Allâh
Azza wa Jalla menjadikan Fir’aun sebagai penguasa bagi kaumnya, karena mereka
sama seperti Fir’aun. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
فَاسْتَخَفَّ قَوْمَهُ فَأَطَاعُوهُ ۚ إِنَّهُمْ كَانُوا
قَوْمًا فَاسِقِينَ
Maka Fir’aun mempengaruhi kaumnya (dengan perkataan
itu) lalu mereka patuh kepadanya. Karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang
fasik.
[Az-Zukhruf/43:54]
Al-Ajlauni
berkata, “Imam Thabrani t meriwayatkan dari Hasan al-Bashri rahimahullah bahwa
ia mendengar seorang laki-laki mendoakan keburukan untuk al-Hajjâj (salah
seorang pemimpin yang kejam), lantas ia berkata,
“Janganlah kamu lakukan itu! Kalian diberikan pemimpin
seperti ini karena diri kalian sendiri. Kami khawatir, jika al-Hajjâj
digulingkan atau meninggal, maka monyet dan babi yang akan menjadi penguasa
kalian, sebagaimana telah diriwayatkan bahwa pemimpin kalian adalah buah dari
amalan kalian dan kalian akan dipimpin oleh orang yang seperti kalian.[4]
Imam
Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah menyapaikan sebuah pesan yang sangat
menyentuh, seakan belum pernah ada pesan ahli ilmu yang lebih menyentuh dari
itu.
Beliau rahimahullah mengatakan :
“Renungilah hikmah Allâh Azza wa Jalla yang telah
memilih para raja, penguasa dan pelindung umat manusia berdasarkan perbuatan
rakyatnya, bahkan seakan perbuatan rakyat tergambar dalam perilaku pemimpin dan
penguasa mereka. Jika rakyat istiqamah dan lurus, maka akan lurus juga penguasa
mereka. Jika rakyat adil, maka akan adil pula penguasa mereka. Namun jika
rakyat berbuat zhalim, maka penguasa mereka juga akan berbuat zalim pula.
Jika menyebar tindakan penipuan di tengah-tengah
rakyat, maka demikian pula pemimpin mereka. Jika rakyat bakhil dan tidak
menunaikan hak-hak Allâh Azza wa Jalla yang ada pada mereka, maka para pemimpin
juga akan bakhil dan tidak menunaikan hak-hak rakyat yang ada pada mereka.
Jika dalam bermuamalah, rakyat mengambil sesuatu yang
bukan haknya dari orang-orang lemah, maka pemimpin mereka juga akan mengambil
sesuatu yang bukan haknya dari rakyatnya serta akan membebani mereka dengan
berbagai beban tugas yang berat. Semua yang diambil oleh rakyat dari
orang-orang lemah maka akan diambil paksa oleh para pemimpin dari mereka. Jadi
(karakter) para penguasa itu tampak jelas pada prilaku rakyatnya.
Jelas bukan hikmah ilahiyah, mengangkat penguasa bagi
orang jahat dan buruk perangainya kecuali dari orang yang sama dengan mereka.
Jadi :
Jika ingin
pemimpin baik, maka wahai para rakyat... perbaikilah diri kalian sendiri
terlebih dahulu, otomatis Allah akan menganugrahkan kepada kalian pemimpin yang
baik
Wallahu’alam.
© Abul Hasan Ali Cawas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar