Bapak Ibu, Ayah Bunda putra putri kita akan beranjak menuju usia muda atau bahkan ada yang sudah menginjaknya. Usia muda atau syabab menurut Ibnul Qoyyim Al Jauziyah dimulai sejak baligh sekitar 13-15 tahun. Usia muda adalah usia emas jika dimanfaatkan dengan baik maka akan mendapatkan balasan yang lebih istimewa dari Allah Ta’ala.
Oleh sebab itu terdapat hadits yang mengkhususkan usia muda :
اِغْتَنِمْ خَمْسًا
قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ
غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ
مَوْتِكَ
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima
perkara
(1) Waktu mudamu sebelum datang waktu
tuamu,
(2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu
sakitmu,
(3) Masa kayamu sebelum datang masa
kefakiranmu,
(4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
(5) Hidupmu sebelum datang matimu.”
(HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya 4: 341. Al
Hakim mengatakan bahwa hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari Muslim namun
keduanya tidak mengeluarkannya. Dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At
Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Syaikh Al Albani dalam Shahih
At Targhib wa At Tarhib mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan bergesar kaki seorang manusia dari sisi Allah, pada hari kiamat (nanti), sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang lima (perkara): tentang umurnya untuk apa dihabiskannya, masa mudanya digunakan untuk apa, hartanya dari mana diperoleh dan ke mana dibelanjakan, serta bagaimana di mengamalkan ilmunya”[ HR at-Tirmidzi (no. 2416) dan lain-lain, dinyatakan hasan oleh syaikh al-Albani
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ
اللَّهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ … وَشَابٌّ نَشَأَ فِى
عِبَادَةِ رَبِّهِ»
“Ada tujuh golongan manusia yang akan
dinaungi oleh Allah dalam naungan (Arsy-Nya) pada hari yang tidak ada naungan
(sama sekali) kecuali naungan-Nya: …Dan seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah
(ketaatan) kepada Allah …”
[HSR al-Bukhari (no. 1357) dan Muslim (no.
1031)
Oleh sebab itu setan juga
lebih bersemangat dalam menjerumuskan mereka dalam penyimpangan, didukung belum
matangnya tingkat berfikir dan kedewasaan menyebabkan kita saksikan lebih
banyaknya para pemuda jatuh dalam kubang dosa disbanding usia tua.
Oleh sebab itu Bapak Ibu dan
juga para pendidik untuk lebih sabar dan lebih lembut kepada mereka.
Seperti yang dituntunkan
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam :
Orang-orang pun bergegas mendatanginya dan menghardiknya, “Diam kamu! Diam!”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Mendekatlah.”
Pemuda itu pun mendekat lalu duduk.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Relakah engkau jika ibumu dizinai orang lain?”
“Tidak, demi Allah, wahai Rasul!” sahut pemuda itu.
“Begitu pula orang lain, tidak rela kalau ibu mereka dizinai.”
Lanjut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Relakah engkau jika putrimu dizinai orang?”
“Tidak, demi Allah, wahai Rasul!” pemuda itu kembali menjawab.
“Begitu pula orang lain, tidak rela jika putri mereka dizinai.”
“Relakah engkau jika saudari kandungmu dizinai?”
“Tidak, demi Allah, wahai Rasul!”
“Begitu pula orang lain, tidak rela jika saudara perempuan mereka dizinai.”
“Relakah engkau jika bibi – dari jalur bapakmu – dizinai?”
“Tidak, demi Allah, wahai Rasul!”
“Begitu pula orang lain, tidak rela jika bibi mereka dizinai.”
“Relakah engkau jika bibi – dari jalur ibumu – dizinai?”
“Tidak, demi Allah, wahai Rasul!”
“Begitu pula orang lain, tidak rela jika bibi mereka dizinai.”
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan tangannya di dada pemuda tersebut sembari berkata, “Ya Allah, ampunilah kekhilafannya, sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya.”
Setelah kejadian tersebut, pemuda itu tidak pernah lagi tertarik untuk berbuat zina.
betapa lembutnya Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam, betapa sabarnya beliau kepada mereka.
*) Lihat hadits riwayat Ahmad, no. 22211; sanadnya dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar