KAIDAH FIQHIYAH 01
[ Menggabungkan 2 niat dalam 1 ibadah ]
Dijelaskan oleh Asy
Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin -semoga Allah merahmatinya-
Permasalahan tersebut terbagi menjadi 3 bentuk :
1.
Jika ada 2 ibadah, salah
satunya adalah pengikut dan penyempurna ibadah yang lain maka seperti ini tidak
bisa digabungkan.
Contohnya :
a.
Shalat sunnah 2 rekaat sebelum
subuh dengan shalat wajib subuh 2 rekaat, tidak bisa seseorang shalat subuh 2
rekaat sekaligus niat shalat sunnah.
b.
Shalat Jumat dan shalat
sunnah setelah shalat jum’at, tidak bisa seseorang shalat jumat sekaligus niat
shalat sunnah setelah Jum’at.
c.
Puasa sunnah 6 hari bulan
Syawal dengan puasa qadha’ mengganti puasa wajib. Tidak boleh seseorang niat
puasa qodha sekaligus puasa syawal.
2.
Jika ada 2 ibadah, masing-masing
punya kedudukan sendiri dan masing-masing punya tujuan dan keutamaan khusus.
Maka seperti ini tidak bisa digabungkan.
Contohnya :
a.
Shalat sunnah rawatib
setelah isya’ dengan shalat sunnah witir. Tidak boleh seseorang shalat 2 rekaat
niat shalat witir sekaligus shalat rawatib, kemudian shalat 1 rekaat penutup
witir.
b.
Puasa qadha pengganti bulan
Ramadhan dengan puasa Arafah 9 Dzulhijjah. Tidak boleh digabungkan.
3.
Jika ada 2 ibadah, salah
satunya punya tujuan khusus dan keutamaan khusus dan ibadah yang kedua tidak
punya keutamaan khusus. Maka seperti ini boleh digabungkan.
Contohnya :
a.
Shalat sunnah 2 rekaat
sebelum subuh dengan shalat sunnah tahiyatul masjid, maka boleh seseorang
setelah adzan subuh masuk masjid shalat 2 rekaat niat rawatib dan tahiyatul masjid.
b.
Seseorang laki-laki pada hari
Jumat pagi dalam keadaan junub kemudian mandi junub dengan 2 niat : mandi besar
dan sekaligus mandi Jumat.
dalilnya adalah hadits Jabir dalam shahih Muslim tentang shalat Istikharah.
Majmu’ Fatawa wa Risalah Syaikh Utsaimin : 14 : bab shalat
tathowwuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar