Bimbingan Aqidah Untuk Pribadi dan Masyarakat :
[
JANGAN LUPA SEJARAH ]
Sejarah sangat penting untuk dipelajari dan
diketahui setiap muslim, karena dengan berkaca sejarah seseorang bisa bersikap
yang benar dalam menghadapi peristiwa, dengan bimbingan syariat.
-Sejarah
: Hujatan pertama kepada pemerintah dalam sejarah Islam- :
Dalam
SHAHIH BUKHORI :
Imam
al-Bukhari meriwayatkan dari Abu
Sa’id al-Khudri, bahwa beliau berkata:
‘Ali pernah mengirim dari Yaman untuk Rasulullah, sepotong emas dalam
kantong kulit yang telah disamak, dan emas itu belum dibersihkan dari
kotorannya. Maka Nabi membaginya kepada empat orang: ‘Uyainah bin Badr, Aqra’
bin Habis, Zaid al-Khail, dan yang ke-empat ‘Alqamah atau ‘Amir bin
ath-Thufail.
Maka seseorang dari para shahabatnya menyatakan – protes dan menghujat
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam :
“Kami lebih berhak dengan (harta) ini dibanding mereka.”
Ucapan itu sampai kepada Nabi, maka beliau bersabda:
“Apakah kalian tidak percaya kepadaku, padahal aku adalah kepercayaan
Dzat yang ada di langit (yakni Allah), wahyu turun kepadaku dari langit di
waktu pagi dan sore”.
Kemudian datanglah seorang laki-laki yang cekung kedua matanya, menonjol
bagian atas kedua pipinya, menonjol kedua dahinya, lebat jenggotnya, botak
kepalanya, dan tergulung sarungnya. Orang itu berkata:
“Takutlah kepada Allah wahai Rasulullah!”
Maka Rasulullah kemudian berkata: “Celaka engkau! Bukankah aku manusia
yang paling takut kepada Allah?”
Kemudian orang itu pergi. Maka Khalid bin al-Walid berkata: “Wahai
Rasulullah bolehkah aku penggal lehernya?”
Nabi berkata: “Jangan, dia masih shalat (yakni masih muslim).”
Khalid berkata: “Berapa banyak orang yang shalat dan ber-syahadat
ternyata bertentangan dengan isi hatinya.”
Nabi berkata: “Aku tidak diperintah untuk meneliti isi hati manusia, dan
membelah dada mereka.”
Kemudian Nabi melihat kepada orang itu, sambil berkata:
“Sesungguhnya akan keluar dari
keturunan orang ini sekelompok kaum yang membaca Kitabullah (al-Qur’an) secara
kontinyu, namun tidak melampaui tenggorokan mereka (*yakni tidak paham makna aslinya). Mereka melesat
(keluar) dari (batas-batas) agama seperti melesatnya anak panah dari (sasaran)
buruannya.”
Dan saya kira beliau berkata:
“Jika aku menjumpai mereka, niscaya aku akan bunuh mereka seperti
dibunuhnya kaum Tsamud.”
Dalam riwayat lain:
Ketika kami bersama Rasulullah,
beliau sedang membagi … tiba-tiba Dzul-khuwaishirah —seseorang dari Bani Tamim— mendatangi beliau
kemudian berkata:
“Wahai Rasulullah, berbuat adil-lah!”
Rasulullah berkata: “Celaka engkau, siapa lagi yang akan berbuat adil
jika saya sudah (dikatakan) tidak adil. Sungguh rugi dan rugi saya jika saya
tidak bisa berbuat adil.”
Maka ‘Umar berkata: “Wahai Rasulullah izinkan saya untuk memenggal
lehernya!”
Rasulullah menjawab:
“Biarkan dia. Sesungguhnya dia mempunyai pengikut, di mana kalian
merendahkan (menganggap kecil) shalat kalian dibanding shalat mereka, shaum
kalian dibanding shaum mereka. Mereka membaca al-Qur’an tapi tidak sampai ke
tenggorokan mereka. Mereka melesat (keluar) dari (batas-batas) agama seperti
melesatnya anak panah dari (sasaran) buruannya ….”
[Muttafaqun
‘aIaihi, HR. AI-Bukhari no. 3344, 3610, 4351, 4667,5058, 6163, 6931, 6933,
7432, 7562; Muslim no. 1064, 1065.]
…akan keluar dari keturunan orang ini suatu kaum yang mereka itu ahli
membaca Al Qur’an, namun bacaan tersebut tidaklah melewati tenggorokan mereka.
Mereka melesat (keluar) dari (batas-batas) agama seperti melesatnya anak panah
dari (sasaran) buruannya. Mereka membunuhi ahlul-Islam dan membiarkan hidup
(tidak mereka bunuh) ahlul-Autsan (orang-orang kafir). Jika aku sampai
mendapati mereka, akan aku bunuh mereka dengan cara pembunuhan terhadap kaum
‘Aad.”
[Muttafaqun
‘aIaih, HR. AI-Bukhari 3344, Muslim 1064; Abu Dawud 4764.]
Jadi jangan heran, kalau pada
zaman ini ada orang-orang yang selalu mencela dan menghujat pemerintah di
mimbar2 atau di sebar lewat media social.
Kalau mereka ingin membela Islam
seharusnya mengikuti petunjuk ISLAM seharusnya mengikuti petunjuk Nabi
shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَرَادَ
أَنْ يَنْصَحَ لِذِيْ سُلْطَانٍ فَلاَ يُبْدِهِ عَلاِنِيَةً وَلَكِنْ لِيَأْخُذْ
بِيَدِهِ فَيَخْلُوْ بِهِ فَإِنْ قَبِلَ مِنْهُ فَذَاكَ وَإِلاَّ كَانَ قَدْ
أَدَّى الَّذِيْ عَلَيْهِ
“Barang
siapa ingin menasihati seorang penguasa maka jangan ia tampakkan
terang-terangan, akan tetapi hendaknya ia mengambil tangan penguasa tersebut
dan menyendiri dengannya. Jika dengan itu, ia menerima (nasihat) darinya maka
itulah (yang diinginkan, red.) dan jika tidak menerima maka ia (yang
menasihati) telah melaksanakan kewajibannya.”
(Sahih, HR.
Ahmad, Ibnu
Abu ‘Ashim dan yang lain, disahihkan oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Zhilalul Jannah, no. 1096—1098, lihat
pula takhrijnya dalam kitab Mu’amalatul
Hukkam,
hlm. 143—151).
Semoga
Allah ta’ala memberi kita petunjuk jalan yang lurus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar