Hukum Pajak Kendaraan
Dan Bumi Bangunan
Pertanyaan:
Assalaamu’alaykum
warahmatullaahi wabarakaatuh
Ustadz, yang ingin saya tanyakan adalah:
Ustadz, yang ingin saya tanyakan adalah:
1.
Bagaimanakah hukum pajak
menurut Islam?
Syukran
Ustadz.
Semoga
rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa terlimpahkan kepadamu.
Maeda D
Candra
Jawaban:
Alhamdulillah,
shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahklan kepada Nabi Muhammad,
keluarga dan sahabatnya.
Saudara
Maeda D Candra, semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada anda dan
keluarga.
Agama
Islam yang anda imani dan cintai ini adalah agama yang benar-benar menghormati
hak asasi dan kepemilikan umat manusia. Karenanya Islam tidak membenarkan bagi
siapapun untuk mengambil hak seseorang tanpa seizin darinya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَأْكُلُوا
أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ
تَرَاضٍ مِنْكُمْ
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama
suka diantara kamu.” (Qs. An Nisa’: 29)
Sebagaimana
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah menegaskan
hal ini pada banyak hadits, diantaranya beliau bersabda:
لاَ يَأْخُذْ أَحَدُكُمْ عَصَا أَخِيهِ، وفي
رواية: مَتَاعَ أَخِيهِ لاَعِبًا أَوْ جَادًّا فَمَنْ أَخَذَ عَصَا أَخِيهِ
فَلْيَرُدَّهَا إِلَيْهِ. رواه أبو داوج والترمذي وحسنه الألباني
“Janganlah
salah seorang darimu mengambil tongkat saudaranya,-pada riwayat lain: barang
saudaranya- baik karena bermain-main atau sungguh-sungguh. Dan barang siapa
yang terlanjur mengambil tongkat saudaranya, hendaknya ia segera mengembalikan
tongkat itu kepadanya.” (Riwayat Abu Dawud, At Tirmizy dan
dinyatakan sebagai hadits hasan oleh Al Albani)
Demikianlah
syari’at agama Islam yang saudara cintai ini.
Dan
barang siapa yang melanggar ketentuan ini, maka diberlakukan padanya
hukum-hukum Islam, baik di dunia ataupun di akhirat.
Di
dunia misalnya dikenakan hukum potong tangan bagi pencuri, atau dipancung
secara menyilang bagi perampok dan lain sebagainya:
وَأَيْمُ اللهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ
مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ، لَقَطَعْتُ يَدَهَا. متفق عليه
“Sungguh
demi Allah, andai Fathimah binti Muhammad mencuri, niscaya aku potong
tangannya.” (Muttafaqun ‘alaih)
إِنَّمَا جَزَاء الَّذِينَ يُحَارِبُونَ اللّهَ
وَرَسُولَهُ وَيَسْعَوْنَ فِي الأَرْضِ فَسَادًا أَن يُقَتَّلُواْ أَوْ
يُصَلَّبُواْ أَوْ تُقَطَّعَ أَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُم مِّنْ خِلافٍ أَوْ
يُنفَوْاْ مِنَ الأَرْضِ ذَلِكَ لَهُمْ خِزْيٌ فِي الدُّنْيَا وَلَهُمْ فِي
الآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ. المائدة 33
“Sesungguhnya
pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat
kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong
tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik atau dibuang dari negeri (tempat
kediamannya/diasingkan). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk
mereka di dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.” (Qs.
Al Maidah: 33)
Berdasarkan
prinsip ini, Islam tidak membenarkan berbagai pungutan yang tidak didasari oleh
alasan yang dibenarkan, diantaranya ialah pajak. Pajak atau yang dalam bahasa
arab disebut dengan al muksu adalah salah satu pungutan yang diharamkan, dan
bahkan pelakunya diancam dengan siksa neraka:
إِنَّ صَاحِبَ المُكْسِ فِي النَّارِ. رواه أحمد
والطبراني في الكبير من رواية رويفع بن ثابت رضي الله عنه ، وصححه الألباني
“Sesungguhnya
pemungut upeti akan masuk neraka.” (Riwayat Ahmad dan
At Thobrany dalam kitab Al Mu’jam Al Kabir dari riwayat
sahabat Ruwaifi’ bin Tsabit radhiallahu ‘anhu, dan hadits ini, oleh
Al Albany dinyatakan sebagai hadits shahih.)
Dalam
tata keuangan negara Islam, dikenal empat jenis pungutan:
1.
Zakat Mal, dan Zakat Jiwa. Pungutan ini hanya diwajibkan atas umat
Islam. Dan saya yakin anda telah mengetahui perincian & penyalurannya
dengan baik.
2. Al
Jizyah (Upeti)/pungutan atas jiwa, dikenakan atas ahlul
kitab yang berdomisili di negeri Islam.
3. Al
Kharaj (semacam pajak bumi), dikenakan atas ahlul kitab yang menggarap
tanah/lahan milik negara Islam. Hasil kedua pungutan dari ahlul kitab yang
berdomisili di negeri Islam ini digunakan untuk membiayai jalannya pemerintahan
Islam.
4. Al
‘Usyur atau Nisful ‘Usyur, Al ‘Usyur (atau 1/10) adalah pungutan atas
pedagang ahlul harb (orang kafir yang berdomisili di negeri kafir dan tidak
terjalin perjanjian damai dengan negara Islam atau bahkan negara kafir yang
memerangi negara Islam), dipungut dari mereka seper sepuluh dari total
perniagaannya di negeri Islam. Sedangkan Nisful ‘Usyur (1/20) adalah pungutan
atas para pedagang ahlul zimmah, orang kafir yang menghuni negeri Islam.
Itulah
pungutan yang dikenal dalam syari’at Islam. Bila anda bandingkan pungutan pajak
dengan ketiga jenis pungutan dalam Islam, maka lebih serupa dengan pungutan ke
2, ke 3 & ke 4 (Al Jizyah, Al Kharaj & Al ‘Usyur atau Nisful ‘Usyur).
Padahal pajak diwajibkan atas semua warga negara, tanpa pandang bulu agamanya.
Tentu ini adalah perbuatan yang tidak terpuji alias menyelisihi syari’at Islam.
Seharusnya,
Negara Islam membedakaan penduduknya berdasarkan agamanya, umat Islam dipungut
zakat jiwa dan zakat harta kekayaan, termasuk zakat perniagaan, sedangkan non
muslim dipungut Al Jizyah, Al Kharaj & Al ‘Usyur atau Nisful ‘Usyur.
Yang
terjadi, zakat tidak diurus dan tidak dikelola dengan baik, sedangkan Al Jizyah
& Al Kharaj dikenakan atas semua warga negaranya, tidak heran bila
anda mau makan saja harus membayar pungutan, anda menjual makananpun juga
dikenakan upeti, dan seterusnya.
Read more https://konsultasisyariah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar