[ BILA
ANAK TAKUT HANTU ]
إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا
تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Sesungguhnya
mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan pengikut-pengikutnya, karena itu janganlah kamu takut kepada mereka,
tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman
[Ali
Imrân/3:175]
Ayah
Bunda, ayat ini menunjukkan bahwa takut bisa merupakan ibadah dan bisa jadi
menjadi dosa.
Kapan
takut itu berpahala dan kapan takut itu mendatangkan dosa.
Ulama telah membagi rasa takut menjadi beberapa bagian,
yaitu :
1. Takut ibadah atau disebut juga takut sirri (takut terhadap sesuatu yang tidak terlihat).
Takut ibadah dibagi menjadi dua macam:
a. Takut kepada Allah, yaitu takut yang diiringi dengan
merendahkan diri, pengagungan, dan ketundukan diri kepada Allah. Takut semacam
inilah yang akan mendatangkan ketaqwaan dan ketaatan sepenuhnya kepada Allah.
Oleh karena itu, rasa takut seperti ini hanya boleh ditujukan kepada Allah
semata karena merupakan salah satu konsekuensi keimanan.
Allah berfirman, yang artinya, “Karena itu
janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu
benar-benar orang yang beriman.” (QS. Ali Imran 175)
b. Takut kepada selain Allah, yaitu takut kepada selain
Allah dalam hal sesuatu yang ditakuti itu sebenarnya tidak dapat melakukannya
dan hanya Allah-lah yang dapat melakukannya. Takut semacam ini banyak terjadi
pada berhala, takut pada orang mati, takutnya para penyembah kubur kepada
walinya, dll. Rasa takut ini merupakan syirik akbar yang dapat mengeluarkan
pelakunya dari keIslaman.
2. Takut yang haram, yaitu takut kepada selain Allah, yang
bukan ibadah tetapi menyebabkan ia melakukan keharaman atau meninggalkan
kewajiban. Takut semacam ini dapat mengurangi ketauhidan seseorang.
3. Takut thobi’i (normal). Yaitu takut
pada hal-hal yang bisa mencelakakan kita (dengan izin dan kekuatan dari Allah).
Misalnya, takut pada binatang buas, api, dll. Takut semacam ini wajar ada pada
diri manusia dan dibolehkan selama tidak melampaui batas.
4. Takut wahm (khayalan), yaitu takut
pada sesuatu yang sebabnya tidak jelas. Misalnya, takut pada hantu. Takut
semacam ini tercela.
Seorang anak yang masih dalam fase pertumbuhan dan sedang
mengalami masa belajar, ia mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan kadang
disertai pula daya imajinasi yang tinggi. Oleh karena itu, ketika ia mendengar
cerita tentang berbagai macam hantu entah dari berbagai media massa, atau dari
orang-orang di sekitarnya, hal tersebut bisa menimbulkan rasa takut yang
berlebihan. Apalagi bila sang anak pernah mengalami trauma karena
ditakut-takuti temannya atau karena pernah mengalami gangguan jin.
Rasa takut kepada hantu atau setan, bisa mengantarkan
kepada syirik akbar. Jika sampai membawa pada peribadatan kepada selain Allah.
Bentuknya bermacam-macam, ada yang memberi sesajian agar tidak diganggu,
membaca berbagai mantera, datang kepada dukun untuk meminta jimat, dan
sebagainya.
Pada anak, mungkin tak sampai separah itu. Namun tak
jarang kita dapati, karena rasa takut kepada hantu atau semacamnya, anak
menjadi takut keluar kamar untuk mengambil wudhu pada pagi hari. Sang anak menjadi
menunda-nunda waktu shalat Subuhnya. Ini hanyalah salah satu contoh. Tetapi
sekali lagi, hal ini dapat mengurangi kesempurnaan tauhid sang anak.
Ketakutan anak bisa diperparah jika orangtuanya pun tidak
paham syariat sehingga demi mengatasi rasa takut anaknya sehingga membawa anak
pada kesyirikan. Misalkan menggantungkan jimat pada anak sehingga sang anak
terus bergantung pada jimat tersebut hingga ia dewasa.
Bagi orang tua sangat penting mengetahui bagaimanakah cara
mengatasi ketakutan anak dengan cara yang sesuai syariat. Antara lain:
1. Tanamkanlah pada anak tauhid dan aqidah yang benar.
Cobalah cari tahu apa yang sebenarnya ditakutkan oleh sang anak pada saat keadaannya tenang. Rangsanglah anak dengan beberapa pertanyaan. “Adik takut hantu ya? Memangnya hantu itu apa sih?”
Jika sang anak menjawab bahwa hantu adalah pocong, genderuwo, nyi loro kidul, kuntilanak, atau semacamnya, jelaskan bahwa hantu-hantu semacam itu tidak ada sama sekali sehingga tidak perlu ditakutkan. Jika yang ditakutkan anak adalah orang mati, maka jelaskanlah bahwa orang mati takkan bisa memberi manfaat maupun bahaya bagi orang yang masih hidup.
Adapun jika sang anak telah mengerti bahwa yang dimaksud
orang-orang dengan hantu adalah penjelmaan dari setan atau jin yang hendak
mengganggu manusia, maka orangtua haruslah menjelaskan kepada anak bahwa tidak
ada kekuatan yang paling kuat kecuali kekuatan Allah. Seluruh makhluk, termasuk
jin dan setan di bawah pengaturan Allah. Ajarkan pada anak meskipun seluruh jin
dan manusia ingin mencelakakannya, akan tetapi Allah tidak menakdirkannya, maka
ia takkan celaka. Begitu pula sebaliknya.
Sungguh indah contoh yang diajarkan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam ketika beliau menasehati Ibnu Abbas radhiyallahu
‘anhu yang ketika itu masih kecil.Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu
bahwa ia berkata,
“Pada suatu hari saya pernah membonceng di
belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau bersabda, “Wahai
anak muda, sesungguhnya akan kuajarkan kepadamu beberapa kalimat. Jagalah
Allah, niscaya Ia juga akan menjagamu. Jagalah Allah niscaya engkau akan
mendapati-Nya ada di hadapanmu. Apabila engkau meminta sesuatu, mintalah kepada
Allah. Jika engkau memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah,
andaikan saja umat seluruhnya berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu,
mereka tidak akan bisa memberikan manfaat kepadamu kecuali sesuatu yang telah
ditetapkan Allah untukmu. Dan andaikan saja mereka bersatu untuk menimpakan
bahaya terhadapmu, mereka tidak akan bisa memberikan bahaya itu terhadapmu
kecuali sesuatu yang Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembar
catatan telah kering.” (HR. Tirmidzi)
Jelaskan pada anak pada hal apakah ia harus takut (yaitu
takut kepada Allah), pada hal-hal apakah ia boleh takut tetapi tidak berlebihan
dan hal-hal apa yang ia tidak boleh takut sama sekali. Hendaklah orang tua
mengenalkan kepada anak-anaknya kepada Allah, nama-nama dan sifat-sifat-Nya.
Karena dengan pengenalan kepada Allah, seorang anak akan mengetahui keagungan
Allah, keMahaKayaanNya, kekuasaan-Nya. Yang harus orang tua ingat, mengajarkan
rasa takut kepada Allah juga harus disertai pengajaran rasa cinta dan harap
kepada Allah. Sehingga hal ini menjadikan anak ikhlas dan giat dalam beramal
serta tidak mudah putus asa.
2. Ajarkan wirid dan doa yang diajarkan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam.
Ada banyak wirid dan doa yang bisa diajarkan pada anak. Misalnya, wirid pagi dan sore, doa sehari-hari seperti doa masuk WC, doa singgah di suatu tempat, doa hendak tidur, dll. Pilihlah bacaan wirid dan doa sesuai kapasitas kemampuan anak.
Ada banyak wirid dan doa yang bisa diajarkan pada anak. Misalnya, wirid pagi dan sore, doa sehari-hari seperti doa masuk WC, doa singgah di suatu tempat, doa hendak tidur, dll. Pilihlah bacaan wirid dan doa sesuai kapasitas kemampuan anak.
Tak hanya sekedar menghafal, tapi juga pahamkan mereka
arti dari doa tersebut sehingga mereka mengamalkan doa-doa tersebut dengan
penuh keyakinan akan manfaat doa bagi dirinya. Ajarkan pada anak bahwa doa dan
wirid adalah senjata dan perisai bagi kaum mukmin. Karena itu, bila rasa takut
menyerang, yang terbaik dilakukan adalah meminta perlindungan dan pertolongan
Allah, Rabb seluruh makhluk. Sesekali ingatkan atau tanyakan pada anak arti
dari doa tersebut. Sekaligus untuk mengetahui apakah sang anak sudah
mengamalkan doa-doa tersebut ataukah belum.
3. Jauhkanlah anak dari hal-hal yang mendatangkan rasa
takut kepada hantu.
Misalnya cerita misteri, patung dan lukisan makhluk bernyawa, dll. Cerita misteri atau berbau mistis kadang lebih menarik bagi anak karena imajinasi mereka yang tinggi dan masih belum terkontrol baik. Oleh karena itu, kenalkanlah anak dengan kisah-kisah para Nabi, sahabat-sahabat Rasulullah, maupun kisah shahih lain yang dapat mengajarkan anak keimanan, keberanian dan akhlaq yang baik. Jangan hanya sekedar menyediakannya buku/majalah, meskipun ini juga hal yang penting. Sesekali ceritakanlah langsung dengan lisan anda agar hikmah dan nilai kisah lebih mengena di hati anak. Ini juga akan lebih mendekatkan orang tua dengan sang buah hati.
Misalnya cerita misteri, patung dan lukisan makhluk bernyawa, dll. Cerita misteri atau berbau mistis kadang lebih menarik bagi anak karena imajinasi mereka yang tinggi dan masih belum terkontrol baik. Oleh karena itu, kenalkanlah anak dengan kisah-kisah para Nabi, sahabat-sahabat Rasulullah, maupun kisah shahih lain yang dapat mengajarkan anak keimanan, keberanian dan akhlaq yang baik. Jangan hanya sekedar menyediakannya buku/majalah, meskipun ini juga hal yang penting. Sesekali ceritakanlah langsung dengan lisan anda agar hikmah dan nilai kisah lebih mengena di hati anak. Ini juga akan lebih mendekatkan orang tua dengan sang buah hati.
4. Ajarkan pula pada anak untuk tidak menakut-nakuti
temannya meski hanya bermaksud untuk bercanda. Pahamkan pada anak untuk
bercanda dengan baik.
5. Bila orang tua ternyata adalah seorang penakut,
berusahalah untuk tidak menampakkan hal tersebut di depan sang anak.
Sebagaimana kita tidak ingin anak menjadi penakut, maka latihlah diri sendiri
untuk tetap tenang dan menghilangkan sifat penakut dari diri kita.
Jika suatu ketika sifat penakut kita diketahui oleh sang
anak, tak ada salahnya melibatkan anak dalam usaha menghilangkan sifat penakut
kita. “Astagfirullah, tadi Ummi kok menjerit ya pas lampu mati? Menurut adik,
Ummi harusnya gimana? Iya adik benar, harusnya tetap tenang dan minta
perlindungan sama Allah. Lain kali kalau Ummi menjerit lagi, adik ingatin Ummi
ya….” Hal ini juga akan mengajarkan pada anak bagaimana seharusnya ia bersikap
ketika ada orang lain atau temannya yang ketakutan. Jangan pula menakut-nakuti
anak dengan ancaman yang tak berdasar atau bertentangan dengan syariat.
Misalnya, “Jangan main dekat sungai ya! Nanti diculik genderuwo penunggu sungai
lho” Hal ini sering tanpa sadar dilakukan oleh para orang tua. Maka wahai para
pendidik, bekalilah diri dengan ilmu syar’i dalam mendidik anak-anak kita.
6. Berdoalah untuk kebaikan anak
Hal yang sering luput dari orang tua adalah berdoa untuk anak-anaknya. Padahal doa merupakan salah satu pokok yang harus dipegang teguh orang tua. Doa orang tua bagi kebaikan anaknya adalah salah satu jenis doa yang dijanjikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam akan dikabulkan oleh Allah (HR. Baihaqi). Termasuk di antaranya, hendaknya orang tua mendoakan agar anak dilindungi dari gangguan setan.
Hal yang sering luput dari orang tua adalah berdoa untuk anak-anaknya. Padahal doa merupakan salah satu pokok yang harus dipegang teguh orang tua. Doa orang tua bagi kebaikan anaknya adalah salah satu jenis doa yang dijanjikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam akan dikabulkan oleh Allah (HR. Baihaqi). Termasuk di antaranya, hendaknya orang tua mendoakan agar anak dilindungi dari gangguan setan.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu bahwa ia berkata,
“Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memintakan perlindungan untuk
Hasan dan Husain dengan mengucapkan,
“Aku memohon perlindungan untukmu berdua dengan kalimat
Allah yang sempurna dari setiap setan dan binatang berbisa, dan juga dari
setiap mata yang jahat.” Selanjutnya beliau bersabda “Adalah bapak kalian
(yaitu Ibrahim) dahulu juga memohonkan perlindungan untuk kedua puteranya,
Ismail dan Ishaq, dengan kalimat seperti ini.” (HR. Bukhari)
Inilah sebagian cara yang semoga bisa mengatasi rasa takut
anak terhadap hantu. Orang tua hendaknya bersabar dalam membantu anak mengatasi
rasa takutnya dengan tetap memprioritaskan pendidikan aqidah dan tauhid pada
anak. Semoga kelak anak tumbuh menjadi sosok muslim-muslimah yang beraqidah
lurus, beramal shalih dan mempunyai ketawakkalan tinggi kepada Allah. Wallahu
Ta’ala a’lam. (Ummu Rumman)
Maraji’:
Bila Anak Anda Takut Hantu, Ummu Khaulah,
Bila Anak Anda Takut Hantu, Ummu Khaulah,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar