MEMPERBAIKI KOMUNIKASI DENGAN ANAK
SAHABAT KELUARGA AL FALAH : Allah ta'ala memerintahkan kepada Nabinya -shalallahu ‘alaihi wa sallam- khususnya dan kepada
umatnya secara umum untuk mampu berkomunikasi dengan orang lain dengan baik.
QS. An Nisa
ayat 63
أُولَئِكَ الَّذِينَ يَعْلَمُ اللَّهُ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَعْرِضْ
عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُلْ لَهُمْ فِي أَنْفُسِهِمْ قَوْلا بَلِيغًا
“Mereka
itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka.
karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan
katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha –perkataan yang berbekas pada jiwa
mereka- kumunikatif , mudah dimengerti-”.
Kemampuan dalam berkomunikasi kepada orang lain, merupakan soft skill yang sangat penting dimiliki oleh seseorang, bahkan terkadang jauh lebih penting dari hard skill berupa kemampuan akademik.
komunikasi yang baik dengan keluarga, pasangan hidup kita, orang tua kita, anak-anak kita
Terutama komunikasi
dengan anak sangat penting untuk dilakukan
oleh orang tua dan guru. Tapi frekuensi dari komunikasi bukanlah hal yang
paling penting. Kita juga harus memperhatikan isi dan bagaimana cara komunikasi
tersebut dilakukan. Anak akan mempelajari cara kita dalam berkomunikasi yang
pada akhirnya akan dia gunakan dalam berkomunikasi dengan orang lain hingga dia
dewasa kelak. Kemampuan komunikasi yang baik akan menjadi bekal untuk
kesuksesan anak kita di kemudian hari.
Sebagai contoh, sebagai orang tua, kita ingin mengetahui tentang hal-hal
yang dipelajari oleh anak kita di sekolah. Kalau kita menanyakan: “Bagaimana
kegiatan di sekolah tadi nak?”, mungkin kita hanya akan mendapatkan jawaban:
“baik !” atau bahkan cuma gumaman yang nggak jelas. Jelas, itu bukanlah bentuk
komunikasi yang baik.
Apabila kita tidak menanyakan dengan pertanyaan yang tepat, maka
keinginan kita untuk sekedar mengetahui kegiatan anak kita di sekolah menjadi
sama sulitnya dengan tugas polisi dalam mendapatkan informasi dari tersangka pencuri
yang ditangkap.
Untuk itu, sangat
penting bagi kita sebagai orang tua untuk menguasai cara berkomunikasi dengan
menggunakan pertanyaan yang tepat untuk merangsang anak agar lebih terbuka
dalam menceritakan pengalaman, perasaan, dan pendapatnya.
Berikut ini
beberapa contoh dari perubahan yang dapat kita lakukan dalam menanyakan hal-hal
keseharian kepada anak kita untuk mendapatkan respon yang lebih baik.
·
Biasanya: “Bagaimana
pelajaran Aqidah tadi?”
·
Coba katakan: “Coba ceritakan
hal-hal menarik apa yang kamu pelajari waktu pelajaran Aqidah tadi? Umi juga
pengen tahu”
Dengan demikian si
anak tidak hanya akan menjawab dengan kata “biasa saja” atau “menarik”, tapi
dia akan tertantang untuk lebih menjelaskannya secara lebih spesifik. Apabila
si anak ternyata mengatakan bahwa pelajarannya membosankan, kita bisa bertanya
lebih lanjut mengapa demikian. Apakah karena topiknya tidak menarik, ataukah
karena gurunya yang tidak bisa menerangkannya dengan baik?
·
Biasanya: “Apakah kamu
sudah mengerjakan PR?”
·
Coba katakan: “Ada tugas apa
saja yang harus dikerjakan dari pelajarang Bahasa Arab tadi?”
Jadi pertanyaanya
harus lebih spesifik dan memerlukan jawaban yang tidak cukup dengan hanya
mengatakan ya atau tidak. Sebagai orang tua, kita juga perlu mengetahui jadwal
pelajaran anak setiap hari. Sehingga sewaktu bertanya, kita bisa menanyakan
tentang hal yang lebih spesifik berkaitan dengan hal-hal yang dipelajari oleh
si anak.
·
Biasanya: “Kenapa nilai Matematika
kamu kok jelek?”
·
Coba katakan: “Menurutmu apakah
pelajaran Matematika itu lebih susah dibandingkan pelajaran yang lain? Bagian
mana dari pelajaran tersebut yang kamu rasa lebih susah untuk dimengerti?”
Ada kalanya kita
harus bertanya dengan cara yang sedikit memutar biarpun kita tahu bahwa
nilainya jelek karena dia malas untuk belajar. Disamping untuk menjaga harga
diri si anak, juga untuk membuat dia untuk berpikir bagaimana dia dapat
memperbaiki nilainya di kemudian hari. Tapi tidak cukup sampai disini, kita
sebagai orang tua harus dapat membimbing dan memberikan arahan agar dia dapat
memperbaiki nilainya, tidak cukup dengan hanya menyuruh dia untuk memperbanyak
waktu belajar.
·
Biasanya: “Bagaimana harimu
disekolah?”
·
Coba katakan: “Coba ceritakan
sama Umi hal-hal yang paling menyenangkan dan paling tidak menyenangkan selama
tadi di sekolah”
Usahakan untuk
selalu menanyakan dengan pertanyaan yang bersifat terbuka, artinya jawabannya
tidak cukup dengan hanya menjawab “ya” atau “baik”, melainkan memerlukan
jawaban yang lebih panjang atau lebih terperinci.
Contoh-contoh di
atas hanya sekelumit dari yang dapat kita lakukan untuk dapat berkomunikasi
dengan lebih baik dengan anak kita. Dengan sedikit mengubah pertanyaannya, kita
bisa mendapatkan informasi yang lebih dari anak kita dan sekaligus mengajarkan
mereka untuk dapat berkomunikasi dengan lebih baik.
Hal yang terpenting untuk diingat
adalah apapun bentuk pertanyaan kita, pertanyaan itu haruslah
bersungguh-sungguh. Artinya, dalam bertanya, kita tidak hanya sekedar
basa-basi, melainkan kita memang sungguh-sungguh ingin mengetahui hal-hal yang
dialami dan dirasakan oleh anak kita. Apabila anak-anak menyadari betapa
tertariknya kita akan apa yang dia alami, atau apa yang dia pelajari, maka
selanjutnya mungkin tanpa kita minta pun dia akan bersemangat untuk
menceritakannya kepada kita.
Sumber inspirasi
tulisan: education.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar