Fatwa
Ramadhan :
[ BOLEHKAN
SHALAT TAHAJJUD SETELAH WITIR BERSAMA IMAM ]
1. FATWA
LAJNAH DAIMAH :
السؤال الثاني من الفتوى رقم ( 18344 )
س2: إنني والحمد لله مواظب على صلاة القيام
( التراويح ) مع الإمام،
وقد اعتدت أن أوتر قبل أن أنام حتى في السفر فأنا أصلي مع الإمام كل
الركعات ما عدا صلاة الوتر أتركها حتى أصليها قبل أن أنام، فما هو الأفضل عند
السلف الصالح هل أكمل صلاة القيام مع الإمام حتى الوتر والدعاء أم أصلي
صلاة القيام فقط ثم أوتر قبل النوم، وإذا كانت الصلاة حتى الدعاء أفضل
فكيف أصلي قبل أن أنام شفعًا أم وترًا أم لا صلاة بعد أن صليت الوتر مع
الإمام؟
( الجزء رقم : 6، الصفحة رقم: 92)
|
الإمام حتى ينصرف كتب له قيام ليلة ،
وإذا أردت أن تصلي بعد ذلك من الليل فصل ما شئت ولا تكرر الوتر
بل تكتفي بالوتر الذي صليته مع الإمام.
وبالله التوفيق، وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم.
اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتا
Dalam menjawab
pertannyaan seseorang yang shalat tarawih bersama imam tetapi tidak ikut shalat
witir bersama imam ?
Jawab : Yang
lebih utama bagimu untuk menyempurnakan shalat tarawih bersama dan witir
bersama imam berdasar sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam (( barang siapa
yang shalat bersama imam sampai selesai, ditulis baginya shalat semalam
suntuk)) dan jika engkau menginginkan shalat lagi setelah itu maka silakan
shalat lagi, tetapi tidak boleh kamu ulangi shalat witir 2 kali.
2. SYAIKH
SHALIH FAUZAN
Jika
ada orang yang shalat tarawih dan shalat witir bersama imam, kemudian dia
bangun malam dan melaksanakan tahajud, maka itu DIPERBOLEHKAN, dan dia tidak
perlu mengulangi witir, tetapi cukup dengan witir yang dia laksanakan bersama
imam. Dia boleh melakukan tahajjud sesuai dengan kemampuannya.”
(Al-Muntaqâ min Fatâwâ Fadhilatisy-Syaikh Shâlih
bin Fauzân, 3/76-77;
Dan ini
merupakan pendapat mayoritas ulama seperti ulama-ulama Hanafiyah, Malikiyah,
Hanabilah, pendapat yang masyhur di kalangan ulama Syafi’iyah dan pendapat ini
juga menjadi pendapat An Nakho’i, Al Auza’i dan ‘Alqomah. Mengenai pendapat ini
terdapat riwayat dari Abu Bakr, Sa’ad, Ammar, Ibnu ‘Abbas dan ‘Aisyah.
Dasar
dari pendapat ini adalah sebagai berikut.
Pertama, ‘Aisyah menceritakan mengenai shalat malam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
كَانَ يُصَلِّى ثَلاَثَ عَشْرَةَ
رَكْعَةً يُصَلِّى ثَمَانَ رَكَعَاتٍ ثُمَّ يُوتِرُ ثُمَّ يُصَلِّى رَكْعَتَيْنِ
وَهُوَ جَالِسٌ فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ قَامَ فَرَكَعَ ثُمَّ يُصَلِّى
رَكْعَتَيْنِ بَيْنَ النِّدَاءِ وَالإِقَامَةِ مِنْ صَلاَةِ الصُّبْحِ.
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa melaksanakan shalat 13
raka’at (dalam semalam). Beliau melaksanakan shalat 8 raka’at kemudian beliau
berwitir (dengan 1 raka’at). Kemudian setelah berwitir, beliau
melaksanakan shalat dua raka’at sambil duduk. Jika ingin melakukan ruku’,
beliau berdiri dari ruku’nya dan beliau membungkukkan badan untuk ruku’.
Setelah itu di antara waktu adzan shubuh dan iqomahnya, beliau melakukan shalat
dua raka’at.” (HR. Muslim no. 738)
Kedua, dari Ummu Salamah, beliau mengatakan
bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
melakukan shalat dua raka’at sambil duduk setelah melakukan witir (HR. Tirmidzi
no. 471. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Ketiga, dari Jabir bin ‘Abdillah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ خَافَ مِنْكُمْ أَنْ لاَ
يَسْتَيْقِظَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ فَلْيُوتِرْ مِنْ أَوَّلِ اللَّيْلِ ثُمَّ
لْيَرْقُدْ
…
“Barangsiapa di antara kalian yang khawatir tidak bangun di akhir
malam, maka berwitirlah di awal malam lalu tidurlah, …” (HR.
Tirmidzi no. 1187. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih). Dipahami dari hadits ini bahwa jika orang
tersebut bangun di malam hari –sebelumnya sudah berwitiri sebelum tidur-, maka
dia masih diperbolehkan untuk shalat.
Adapun
dalil yang mengatakan bahwa shalat witirnya tidak perlu diulangi adalah sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لاَ وِتْرَانِ فِى لَيْلَةٍ
“Tidak boleh ada dua witir dalam satu malam.” (HR.
Tirmidzi no. 470, Abu Daud no. 1439, An Nasa-i no. 1679. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar