Senin, 18 Desember 2017

رحم الله امرؤ عرف قدر نفسه
” (Semoga Allah merahmati orang yang mengenali kadar (kapasitas) dirinya) “
Sebuah pepatah Arab yang indah maknanya....
Pada zaman ini banyak orang-orang yang pandai berbicara, pandai mengemukakan pendapat, dalam keadaan mereka kosong dari ilmu.
Yang paling berbahaya adalah berbicara dalam masalah agama tanpa didasari dengan ilmu.
Ini termasuk dosa besar bahkan dosa yang paling besar :
Alloh Ta’ala berfirman:
قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَاْلإِثْمَ وَالْبَغْىَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُوا بِاللهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ
Katakanlah: “Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu ketahui (berbicara tentang Allah tanpa ilmu)” (Al-A’raf:33)
Syeikh Abdul Aziz bin Abdulloh bin Baaz rohimahulloh berkata: 
“Berbicara tentang Allah tanpa ilmu termasuk perkara terbesar yang diharamkan oleh Allah, bahkan hal itu disebutkan lebih tinggi daripada kedudukan syirik. Karena di dalam ayat tersebut Alloh mengurutkan perkara-perkara yang diharamkan mulai yang paling rendah sampai yang paling tinggi.
Dan berbicara tentang Alloh tanpa ilmu meliputi: berbicara (tanpa ilmu) tentang hukum-hukumNya, syari’atNya, dan agamaNya. Termasuk berbicara tentang nama-namaNya dan sifat-sifatNya, yang hal ini lebih besar daripada berbicara (tanpa ilmu) tentang syari’atNya, dan agamaNya.” [Catatan kaki kitab At-Tanbihat Al-Lathifah ‘Ala Ma Ihtawat ‘alaihi Al-‘aqidah Al-Wasithiyah, hal: 34.
Syaithan dengan kecerdikannya menyesatkan melalui pintu ini, pemuda-pemuda yang baru mengenal ilmu, baru semangat mengaji, untuk berbicara agama, berbicara halal dan haram, dengan modal sedikit Bahasa Arabnya.
Berbicara berkaitan dengan permasalahan “nawazil” kontemporer tanpa merujuk pendapat ulama kibar.
Dulu mereka mencela para ulama yang mendukung pemerintah Saudi meminta bantuan Amerika saat invasi Iraq....sekarang baru kita tahu siapa yang benar....siapa Saddam Husain.
dulu mereka mencela ulama Saudi saat mendukung penyerangan Arab Saudi ke Houtsi Yaman....sekarang baru kita tahu siapa Houtsi dan siapa dalang dibalik perang Yaman.
Dan kejadian-kejadian lainnya...yang sebagian pemuda merasa sok tahu dan merasa lebih berilmu daripada ulama rabbani.
Allah berfirman:

وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الأمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الأمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلا قَلِيلا (٨٣)

Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri). kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu). (QS An-Nisaa : 83)
عن ابن عباس- رضى الله عنهما- قال: أن- رسول الله صلى اللهُ عليهِ وسلَّمَ- قال :
((البركة مع أكابركم )) (الصحيحة /1778)

وقال -صلى اللهُ عليهِ وسلَّمَ- : ((إن من أشراط الساعة أن يلتمس العلم عند الأصاغر)).(الصحيحة/695)

وعن ابن مسعود- رضي الله عنه-:
(( لا يزال الناس بخير ما أخذوا العلم عن أكابرهم , وعن أمنائهم وعلمائهم , فإذا أخذوا من صغارهم وشرارهم هلكوا .))

_________________

Dari ('Abdullah) Ibnu 'Abbas Radhiyallahu 'anhuma - berkata: Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wasallam - bersabda: 

البركة مع أكابركم

“Keberkahan itu bersama para pembesar diantara kalian ('Ulama Kibar).” [Ash-Shahihah / 1778]

⚡ Dan bersabada Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wasallam: 

إن من أشراط الساعة أن يلتمس العلم عند الأصاغر 

“Sesungguhnya diantara tanda-tanda hari kiamat (yakni) diambilnya 'ilmu disisi al-Ashoghir .” [Ash-Shahihah / 695]

⚡ Dan dari ('Abdullah) Ibnu Mas’ud - Radhiyallahu 'anhu - 

لايزال الناس بخير ما أخذوا العلم عن أكابرهم، وعن أمنائهم وعلمائهم، فإذا أخذوا من صغارهم وشرارهم هلكوا 

“Manusia senantiasa dalam (keadaan) baik apabila mereka mengambil 'ilmu disisi para pembesar (kibar ulama), dan dari orang-orang terpercaya mereka, dan para 'ulama mereka, maka apabila mereka mengambil dari orang-orang kecil mereka dan orang-orang jelek mereka, BINASALAH mereka.”
Marilah kita menjadi orang yang mengetahui kadar kapasitas diri kita....
marilah kita kembalikan segala urusan agama kita kepada para ulama...

Abul Hasan Ali Cawas




Tidak ada komentar:

Posting Komentar