Parenting Islami : Menjaga Kebersihan Anak
Memberikan
perhatian terhadap kebersihan anak, baik kebersihan ruhani dengan memberi Pendidikan
aqidah dan tauhid atau kebersihan jasmani badan maupun pakaian, merupakan suatu
hal yang dianjurkan dalam syariat. Inilah yang dilakukan oleh orang-orang
shalih dan memiliki keutamaan. Terdapat banyak dalil baik dari Al Qur’an dan
Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hal ini.
Petunjuk
dari Al-Qur’an dan As-Sunnah untuk menjaga kebersihan
Adapun
dalil dari Al Qur’an adalah firman Allah Ta’ala,
يَا بَنِي آَدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ
مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ
الْمُسْرِفِينَ . قُلْ مَنْ
حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ
الرِّزْقِ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ آَمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً
يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآَيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
“Wahai
anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah (bersih dan rapi –pen) di setiap
(memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
Katakanlah, “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah
dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan)
rizki yang baik?” Katakanlah, “Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang
beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat.”
Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.”
(QS. Al A’raf [7] : 31-32)
Dalil
lainnya adalah firman Allah Ta’ala,
وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ
“Dan
pakaianmu, maka bersihkanlah.” (QS. Al Mudatsir [74] : 4)
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إنَّ اللهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الجَمَالَ
“Sesungguhnya
Allah itu Maha Indah dan menyukai keindahan (termasuk kebersihan dan kerapihan
–pen).” (HR. Muslim no. 91)
Di
antara bentuk menyia-nyiakan anak adalah membiarkan mereka tidak terurus,
pakaian kotor, wajahnya kotor, di rambut banyak kutu (yang tidak berusaha
diobati) dan lainnya. Demikian juga membiarkan badannya kotor sehingga kudisan
bahkan hingga banyak dihinggapi lalat, mulutnya berdahak dan hidungnya keluar
ingus (dan tidak berusaha dibersihkan).
Semua
hal tersebut bertentangan dengan kebersihan yang Allah Ta’ala mendorong
kita untuk memperhatikannya. Demikian pula Nabi kita shallallahu
‘alaihi wa sallam pun telah mengingatkannya.
Teladan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menjaga kebersihan
anak kecil
Berikut
ini bukti nyata dan praktik Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam, ketika beliau membersihkan dahak dan menyingkirkan
kotoran dari mulut Usamah bin Zaid.
Diriwayatkan
dari Ibunda kaum mukiminin, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau
menceritakan,
أَرَادَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَنْ يُنَحِّيَ مُخَاطَ أُسَامَةَ قَالَتْ عَائِشَةُ دَعْنِي حَتَّى
أَكُونَ أَنَا الَّذِي أَفْعَلُ قَالَ يَا عَائِشَةُ أَحِبِّيهِ فَإِنِّي
أُحِبُّهُ
“Suatu
ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin
membersihkan dahak Usamah. Lalu aku (‘Aisyah) pun mengatakan, “Biarkan aku saja
yang melakukannya.” Beliau pun mengatakan, “Wahai ‘Aisyah, cintailah Usamah
karena sesungguhnya aku mencintainya.” (HR. Tirmidzi no. 3818, dengan sanad
yang hasan)
Diriwayatkan
juga dari Ibunda kaum mukiminin, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,
أَنَّ أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ عَثَرَ بِأُسْكُفَّةِ
أَوْ عَتَبَةِ الْبَابِ فَشُجَّ فِي جَبْهَتِهِ فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمِيطِي عَنْهُ أَوْ نَحِّي عَنْهُ الْأَذَى
قَالَتْ فَتَقَذَّرْتُهُ قَالَتْ فَجَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَمُصُّهُ ثُمَّ يَمُجُّهُ وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ كَانَ أُسَامَةُ جَارِيَةً لَكَسَوْتُهُ وَحَلَّيْتُهُ
حَتَّى أُنْفِقَهُ
“Suatu
hari Usamah terpeleset di depan pintu dan wajahnya pun berdarah. Lalu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pun mengatakan, “Bersihkanlah darah (kotoran)
darinya.” Namun aku (‘Aisyah) merasa jijik dengan darahnya. Beliau pun
menghisap darahnya, lalu membuang dan membersihkannya dari wajah Usamah.
Kemudian beliau berkata, “Seandainya Usamah seorang anak perempuan, maka aku
rela mengeluarkan uang untuk memberikannya pakaian yang bagus dan perhiasan
perempuan.” (HR. Ibnu Abu Syaibah dalam Mushannaf no. 12356 dan Ahmad no. 25903
dengan sanad yang shahih lighairihi)
Demikian
pula praktik putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sang
pemimpin wanita penghuni surga, yaitu Fathimah radhiyallahu ‘anha yang
membersihkan dan memandikan anaknya sebelum bermain dengan sang kakek
(Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam). Diriwayatkan dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan,
خَرَجَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم فِي طَائِفَةِ
النَّهَارِ، لاَ يُكَلِّمُنِي وَلاَ أُكَلِّمُهُ، حَتَّى أَتَى سُوقَ بَنِي
قَيْنُقَاعَ، فَجَلَسَ بِفَناءِ بَيْتِ فَاطِمَةَ، فَقَالَ: أَثَمَّ لُكَعُ
أَثَمَّ لُكَعُ فَحَبَسَتْهُ شَيْئًا، فَظَنَنْتُ أَنَّهَا تلْبِسُهُ سِخَابًا،
أَوْ تُغَسِّلُهُ فَجاءَ يَشْتَدُّ حَتَّى عَانَقَهُ وَقَبَّلَهُ، وَقَالَ:
اللّهُمَّ أَحْبِبْهُ وَأَحِبَّ مَنْ يُحِبُّه
“Suatu
ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar di siang
hari. Beliau tidak berbicara denganku dan aku pun tidak mengajak beliau bicara.
Lalu beliau pun sampai di Pasar Bani Qoinuqo’. Lalu beliau pun duduk di halaman
rumah Fathimah. Kemudian beliau mengatakan, “Mana si kecil cucuku (Al-Hasan bin
‘Ali)?” Lalu aku (Fathimah –pen) pun menahannya sebentar. Aku (Abu Hurairah
–pen) mengira kalau dia (Fathimah) memakaikannya gelang untuk mewangikan
(karena gelang tersebut dapat befungsi sebagai wewangian, pen) atau
memandikannya. Lalu Al-Hasan pun berlari hingga beliau (Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam) memeluknya dan menciumnya. Kemudian beliau berdo’a,
“Ya Allah, sesungguhnya aku mencintainya. Oleh karena itu, cintailah
orang-orang yang mencintainya.” (HR. Bukhari no. 2122 dan Muslim no. 2421)
Membersihkan
najis berupa air kencing anak kecil
Cara
membersihkan pakaian yang terkena kencing seorang anak laki-laki yang belum
memakan makanan untuk mengenyangkan perutnya (makanan utama) selain susu (baik
ASI ataupun susu formula) adalah diperciki air saja. Sedangkan jika anak kecil
tersebut perempuan, maka harus dicuci (dibasuh) dengan air. Abu As-Samh radhiyallahu
‘anhu mengatakan,
كُنْتُ أَخْدُمُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم ،
فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَغْتَسِلَ قَالَ : وَلِّنِي قَفَاكَ قَالَ : فَأُولِيهِ
قَفَايَ ، وَأَنْشُرُ الثَّوْبَ يَعْنِي اسْتُرُهُ ، فَأُتِيَ بِالْحَسَنِ أَوِ
الْحُسَيْنِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا ، فَبَالَ عَلَى صَدْرِهِ فَجِئْتُ
أَغْسِلُهُ فَقَالَ : يُغْسَلُ مِنْ بَوْلِ الْجَارِيَةِ وَيُرَشُّ مِنْ بَوْلِ
الْغُلاَمِ.
“Aku
melayani Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika
beliau ingin mandi, beliau pun mengatakan, “Berikan kepadaku tengkukmu (disuruh
membelakangi beliau).” Maka aku pun membalikkan tengkukku untuk menutupi
beliau. Lalu Hasan atau Husain radhiyallahu ‘anhuma pun
datang. Kemudian dia (Hasan atau Husain) mengencingi dada beliau. Maka aku pun
datang untuk mencuci (membasuh), namun beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam berkata, “(Tidak perlu). Bayi perempuan dibasuh
(dicuci). Namun untuk bayi laki-laki, cukup diperciki.” (HR. Abu Dawud no. 376,
Ibnu Majah no. 526 dan lain-lain, shahih li ghairihi)
Demikian
pembahasan ini, semoga bermanfaat.
Muslimah.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar