KISAH ORANG TUA TELADAN
Nama tokoh kita hari ini adalah Tamadhar binti Amru bin
al-Haris bin asy-Syarid, dikenal dengan panggilan Al Khansa’. Seorang sahabiyah
sahabat wanita yang mulia.
Khansa menikah dengan
Rawahah bin Abdul Azis As-Sulami. Dari pernikahan itu ia mendapatkan empat
orang anak laki-laki. Melalui pembinaan dan pendidikan tangannya yang lembut,
keempat anak lelakinya ini tumbuh menjadi pembela Islam yang terkenal. Dan
Khansa sendiri terkenal sebagai ibu para syuhada. Hal itu dikarenakan
dorongannya dan didikannya terhadap keempat anak lelakinya yang gugur berjihad
di medan Perang Qadisiyah.
Sebelum peperangan
dimulai, terjadilah diskusi di rumah Khansa. Di antara keempat putranya saling
berebut kesempatan mengenai siapakah yang akan ikut berperang melawan tentara
Persia, dan siapakah yang harus tinggal di rumah bersama ibunda mereka.
Keempatnya saling menunjuk
yang lain untuk tinggal di rumah. Masing-masing ingin turut berjuang melawan
musuh-musuh Allah. Rupanya perdebatan mereka itu terdengar oleh Khansa.
Maka Khansa mengumpulkan
keempat anaknya dan berkata, "Wahai anak-anakku, sesungguhnya kalian
memeluk agama ini tanpa paksaan. Kalian telah berhijrah dengan kehendak
sendiri. Demi Allah, yang tiada sesembahan selain Dia, sesungguhnya kalian ini
putra-putra dari seorang lelaki dan seorang perempuan yang sama. Tidak pantas
bagiku untuk mengkhianati ayahmu, atau membuat malu pamanmu, atau mencoreng
kehormatan keluargamu." Maka keluarlah kalian semua berperang di jalan
Allah.
Khansa berhenti sebentar,
kemudian melanjutkan, "Jika kalian telah melihat perang, singsingkanlah
lengan baju dan berangkatlah. Majulah paling depan, niscaya kalian akan
mendapatkan pahala di akhirat, negeri keabadian.
Sesungguhnya tiada
sesembahan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Inilah kebenaran
sejati, maka berperanglah dan bertempurlah sampai mati. Wahai anakku, carilah
maut niscaya kalian dianugerahi hidup yang baik."
Kalian mengetahui apa yang
telah Allah janjikan bagi kaum muslimin berupa pahala yang agung bagi yang
memerangi orang-orang kafir. Ketahuilah bahwa negeri yang kekal lebih baik
daripada negeri yang fana. Allah jalla wa ‘ala berfirman:
يَأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا
اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian
dan kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan) dan
bertakwalah kepada Allah supaya kalian beruntung.”
(QS. Ali ‘Imran: 200)
Ketika sinar pagi telah terbit, kedua pasukan pun bertemu.Gugurlah
orang-orang yang ditakdirkan gugur. Dan mereka yang ditakdirkan hidup, akan
tetap hidup walaupun berangkat mencari kematian.
Usai peperangan, al-Khansa mencari kabar tentang putra-putranya.Kabar kematian
anak-anaknya sampai kepadanya.Ia berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah
memuliakanku dengan kematian mereka. Aku berharap Rabku mengumpulkanku bersama
mereka dalam kasih sayang-Nya.”
Sumber:
– islamstory.com/ar/امهات-خالدات-في-التاريخ-الاسلامي
Rasulullah pernah
bersabda,
“Siapa yang merelakan tiga
orang putra kandungnya (meninggal dunia), maka dia akan masuk surga. Seorang
wanita bertanya, bagaimana jika hanya dua putra?, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam kemudian menjawab: ‘Begitu juga dua putra”. (Diriwayatkan
oleh Nasa’I dan Ibnu Hibban dari Anas radhiyallahu’anhu dalam kitab Al-Albani
Shahiihul Jaami’ no 5969)
Ayah bunda, seperti itulah
semangat Al Khansa’ dalam mendamping dan membimbing putranya dalam berjihad fii
sabilillah.
Bagaimana dengan semangat
kita membimbing putra-putri kita dalam belajar menuntut ilmu?
Menuntut ilmu juga
merupakan bagian dari jihad fii sabilillah maka sepantasnya kita juga semangat
mendampingi putra putri kita belajar di rumah, jangan mudah mengeluh dan jangan
mudah putus asa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar