Selasa, 23 Maret 2021

doa

 

Doa Puncak Usaha Pendidikan

 

Semua usaha dan upaya pendidikan putra-putri kita kembali kepada hidayah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Jika Allah menghendaki putra-putri kita menjadi anak yang baik maka pasti terjadi. Sebaliknya jika Allah tidak menghendaki, maka segala upaya, usaha pendidikan kita juga tidak akan berpengaruh kepada anak.

ذَٰلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ

Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemberi petunjuk.

[ Az Zumar : 23 ]

Hidayah dari Allah bisa diusahakan dan salah satu faktor utama menggapai hidayah adalah dengan doa.

Maka jangan pernah bosan mendoakan putra-putri kita….

Di sana ada adab-adab agar doa kita lebih terkabul :

1.       Jauhi makanan haram

” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah menempuh perjalanan jauh, sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a: “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dari yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do’anya?

(HR. Muslim no. 1015)

2. Sungguh-sungguh dalam berdoa

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ

Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin sungguh-sungguh akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. Tirmidzi, no. 3479. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)


3. Cari kondisi mustajab
2. Sepertiga Malam Terakhir

Amr bin Anbasah meriwayatkan, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الرَّبُّ مِنَ العَبْدِ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ الآخِرِ، فَإِنْ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَكُونَ مِمَّنْ يَذْكُرُ اللَّهَ فِي تِلْكَ السَّاعَةِ فَكُنْ

“Waktu yang paling dekat Allah kepada seorang hamba adalah pada malam yang terakhir. Oleh karena itu, jika kamu sanggup berada pada waktu itu sebagai orang yang berdzikir kepada Allah, maka lakukanlah.” (HR. Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani. Hadis ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Khuzaimah, Nasa’i, dan Hakim).

3. Akhir Shalat Fardhu

Hal ini berdasarkan hadis Abu Umamah al-Bahiliy, bahwa ia berkata: Ada yang berkata, “Wahai Rasulullah, doa mana yang lebih mustajab?” Beliau menjawab,

جَوْفَ اللَّيْلِ الآخِرِ، وَدُبُرَ الصَّلَوَاتِ المَكْتُوبَاتِ

“Di malam yang terakhir dan akhir shalat fardhu.” (HR. Tirmidzi dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani)

Maksud akhir shalat fardhu ini, bisa sebelum salam dan bisa setelah salam, namun penulis lebih cenderung, bahwa maksudnya adalah sebelum salam, wallahu a’lam.

4. Antara Azan dan Iqamat

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الدُّعَاءُ لَا يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Berdoa tidaklah ditolak antara azan dan iqamat.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)

5. Satu Waktu di Setiap Malam

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ فِي اللَّيْلِ لَسَاعَةً لَا يُوَافِقُهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ، يَسْأَلُ اللهَ خَيْرًا مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ، وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ

“Sesungguhnya di malam hari ada satu waktu yang jika seorang muslim bertepatan waktu itu dalam keadaan meminta kepada Allah kebaikan tentang perkara dunia maupun akhirat kecuali Allah akan berikan kepadanya. Hal itu terjadi pada setiap malam.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)

6. Ketika Azan Untuk Shalat Fardhu

Abu Dawud meriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثِنْتَانِ لَا تُرَدَّانِ، أَوْ قَلَّمَا تُرَدَّانِ الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِ، وَعِنْدَ الْبَأْسِ حِينَ يُلْحِمُ بَعْضُهُمْ بَعْضًا

“Ada dua yang tidak ditolak atau jarang sekali ditolak, yaitu berdoa ketika azan (antara azan dan iqamat) dan ketika perang, yakni ketika kedua pasukan bercampur baur.” (HR. Abu Dawud dan Darimi, dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani. Al Hafizh berkata, “Hadis hasan shahih.”)

7. Ketika Turun Hujan

Imam Syafi’i meriwayatkan dalam al-Umm, 1:223-224 dengan sanadnya yang sampai kepada Makhul, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa Beliau bersabda:

اُطْلُبُوا إِجَابَةَ الدُّعَاءِ عِنْدَ الْتِقَاءِ الْجُيُوْشِ، وَإِقَامَةِ الصَّلاَةِ وَنُزُوْلِ الْمَطَرِ

“Carilah waktu pengabulan doa ketika pasukan berhadapan, ketika shalat ditegakkan, dan ketika hujan turun.” (Menurut Syaikh al-Albani bahwa isnad ini dha’if karena mursal-nya dan karena majhul-nya guru Imam Syafi’i, karena ia mengatakan “Telah menceritakan kepadaku orang yang saya tidak berprasangka buruk kepadanya” tanpa menyebutkan siapa namanya dan perkataan tersebut tidak berarti orang tersebut tsiqah, karena di antara gurunya ada yang muttaham (tertuduh), yaitu Ibrahim bin Muhammad bin Abi Yahya al-Aslami, sedangkan dalam ilmu Musthalah dinyatakan, bahwa ucapan seseorang, “Telah menceritakan kepadaku orang yang tsiqah,” tidak bisa dipakai hujjah sampai diketahui orang itu ditsiqahkan. Meskipun begitu, menurut Syaikh al-Albani, hadis ini memiliki beberapa syahid dari hadis Sahl bin Sa’ad, Ibnu Umar, dan Abu Umamah yang ia sebutkan dalam at-Ta’liqur Raghiib (1:166). Hadis tersebut meskipun secara satuannya dha’if, tetapi jika dipadukan dengan hadis mursal ini dapat menjadi kuat dan naik ke derajat hasan insya Allah Ta’ala, lihat ash-Shahiihah no. 1469).

8. Ketika berangkat perang

Lihat dalilnya di no. 6

9. Satu waktu di hari Jumat.

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

«فِيهِ سَاعَةٌ، لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ، وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي، يَسْأَلُ اللَّهَ تَعَالَى شَيْئًا، إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ» وَأَشَارَ بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا

“Di dalamnya terdapat waktu, dimana tidaklah seorang muslim bertepatan dengannya sedang ia dalam keadaan berdiri shalat dan meminta sesuatu kepada Allah Ta’ala kecuali Dia akan memberikannya.”

Beliau berisyarat dengan tangannya, bahwa waktunya sedikit.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

يَوْمُ الْجُمُعَةِ اثْنَتَا عَشْرَةَ سَاعَةً لَا يُوجَدُ فِيهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ شَيْئًا إِلَّا آتَاهُ إِيَّاهُ فَالْتَمِسُوهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ

“Hari Jumat (siangnya) ada 12 waktu, tidak ada seorang hamba yang muslim meminta kepada Allah sesuatu kecuali akan diberikan, maka carilah saat tersebut di waktu terakhir setelah shalat ‘Ashar.”(Shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud, Nasa’i dan Hakim, ia menshahihkannya dan disepakati oleh adz-Dzahabi)

Berdasarkan hadis ini, bahwa waktunya adalah di akhir waktu hari Jumat setelah Ashar, bisa juga ketika khutbah dan ketika shalat.

10. Ketika meminum air zamzam disertai dengan niat yang baik.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَاءُ زَمْزَمَ لِمَا شُرِبَ لَهُ

“Air Zamzam itu sesuai maksud meminumnya.” (HR. Ibnu Majah, Ahmad, dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam al-Irwaa’ no. 1123, ash-Shahiihah no. 883, dan Shahihul Jami’ no. 5378)

11. Ketika Sujud

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ، وَهُوَ سَاجِدٌ، فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ

“Keadaan yang paling dekat seorang hamba dengan Tuhannya adalah ketika sujud. Oleh karena itu, perbanyaklah berdoa (ketika sujud).” (HR. Muslim)

12. Ketika bangun dari tidur di malam hari setelah berdzikir dengan dzikir tertentu yang ma’tsur (disebutkan dalam hadis).

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَعَارَّ مِنَ اللَّيْلِ، فَقَالَ: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، الحَمْدُ لِلَّهِ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ، وَلاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ، ثُمَّ قَالَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، أَوْ دَعَا، اسْتُجِيبَ لَهُ، فَإِنْ تَوَضَّأَ وَصَلَّى قُبِلَتْ صَلاَتُهُ

“Barang siapa yang bangun di malam hari, lalu ia mengucapkan, “Laailaahaillallah…dst. Sampai “Wa laa quwwata illaa billah.” (artinya: tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah. Milik-Nya kerajaan dan milik-Nya pujian, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Segala puji bagi Allah, Mahasuci Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah. Allah Mahabesar dan tidak ada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan Allah.) Kemudian ia berkata, “Ya Allah, ampunilah aku.” Atau ia berdoa, maka akan dikabulkan, dan jika ia berwudhu dan shalat, maka akan diterima shalatnya.” (HR. Bukhari dan Tirmidzi)

13. Doa Orang yang Tidur Dalam Keadaan Suci dan Membaca Dzikir

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَبِيتُ عَلَى ذِكْرٍ طَاهِرًا، فَيَتَعَارُّ مِنَ اللَّيْلِ فَيَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا مِنَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ

“Tidak ada seorang muslim yang tidur setelah berdzikir dan dalam keadaan suci, lalu ia bangun di malam hari, kemudian meminta kepada Allah kebaikan dunia dan akhirat, kecuali Allah akan memberikannya.” (HR. Abu Dawud, dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)



Read more https://yufidia.com/3955-waktu-keadaan-dan-tempat-dimana-berdoa-ketika-itu-mustajab-bag-1.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar