Rabu, 27 September 2017

Melatih Empati Anak



SAHABAT KELUARGA AL FALAH- 

Empati sangat dijunjung tinggi dalam Islam :
Dari Abu Hurairah radliyallahu anhu berkata, telah bersabda Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam,
وَ اللهُ فىِ عَوْنِ اْلعَبْدِ مَا كَانَ اْلعَبْدُ فىِ عَوْنِ أَخِيْهِ
 “Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya”. 

[HR Muslim: 2699, at-Turmudziy: 1930, 1425, 2945, Abu Dawud: 4946, Ibnu Majah: 225 dan Ahmad: II/ 252, 296, 500, 514. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy Shahih]. [1]

Berkata asy-Syaikh Salim bin Ied al-Hilaliy hafizhohullah, “Pemberian pertolongan seorang hamba terhadap saudaranya itu dapat menyebabkan pertolongan Allah kepada hamba tersebut”. [2]

Berkata asy-Syaikh Muhammad bi Shalih al-Utsaimin rahimahullah, :

“Bahwa Allah ta’ala menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya. Di dalam hadits ini terdapat motivasi untuk menolong saudaranya dari kaum muslimin di dalam segala yang perkara yang mereka butuh pertolongan.. Namun motivasi menolong saudaramu yang muslim itu terikat dengan perbuatan baik dan ketakwaaan. Hal ini karena firman Allah ta’ala ((Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa. QS al-Maidah/ 5: 2)). [3]

Empati menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia daring, adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. Dalam idiom Indonesia, kemampuan ini dekat dengan kemampuan menenggang perasaan orang lain. 
Kemampuan empati ini sangat diperlukan anak-anak, karena ia bagian dari keterampilan hidup (social skill). Seorang anak yang memiliki empati yang tinggi akan lebih mudah bergaul dengan teman-temannya. Seperti diperlihatkan dalam uji terhadap 7 ribu orang di Amerika Serikat dan 18 negara lain, manfaat empati antara lain anak menjadi lebih stabil secara emosional, lebih popular, lebih ramah dan lain-lain. (Melejitkan Kepekaan Emosional, Jeanne Segal Ph.D., Kaifa, 2000).  
Berikut kiat mengasah empati anak.
Pertama, anak-anak diajak menjenguk kerabat atau teman yang sedang sakit. Saat melihat orang lain sakit, anak-anak kemudian bisa melihat perbedaannya ketika sehat. Harapannya akan timbul rasa syukur, kemudian disusul dengan upaya membantu yang sakit agar lekas sembuh, baik dengan materi maupun berupa doa.
Kedua, mengajak anak-anak berkunjung ke panti asuhan anak yatim. Memiliki ayah dan bunda yang sepenuh hati menyayangi putra-putrinya menjadi dambaan setiap anak. Namun tidak semua anak bisa memperolehnya. Tak jarang, dalam usia yang masih dini, mereka sudah tidak bisa lagi merasakan kasih sayang ayahnya, karena ayah tercintanya telah dipanggil Tuhan.
Akirnya mereka tumbuh menjadi anak yatim, bahkan yatim piatu, dan  akhirnya mereka harus tinggal di panti asuhan. Mengajak anak ke panti asuhan akan menyadarkan mereka untuk selalu bersyukur, sekaligus memunculkan empati untuk membantu mereka yang tidak beruntung.
Ketiga, anak-anak diminta mengantar makanan ke tetangga yang rumahnya paling dekat dengan rumah kita dan yang paling membutuhkan. Ketika memasak jangan lupa untuk membuat porsi lebih, apalagi jika menu masakan istimewa, sehingga kita dapat berbagi kepada tetangga.
Ada satu nasihat yang sangat tepat berkaitan dengan cara ketiga ini, yaitu dalam hidup bermasyarakat, terutama bertetangga lebih penting kita membuat pagar nasi dibandingkan pagar besi. Artinya untuk menjaga keamanan lingkungan rumah, lebih baik ketika membangun keharmonisan di antara tetangga, dibandingkan mengisolasi rumah dengan membangun pagar dari besi.
Keempat, jika kita bepergian, bawalah oleh-oleh yang agak banyak, sehingga anak-anak tetangga pun bisa kebagian. Karena tidak setiap orang tua yang bepergian tak selalu bisa membawa oleh-oleh ketika pulang. Lalu mintalah anak Anda mengantarkan oleh-oleh itu ke rumah tetangga.   
Kelima, ajaklah anak ikut menelusuri perkampungan kumuh. Anak-anak akan melihat dan merasakan secara langsung bagaimana tinggal di rumah petak yang sempit dengan fasilitas sangat terbatas. Dalam benak anak akan muncul pikiran, ternyata tidak semua orang tua mampu menyediakan tempat tinggal yang layak bagai anak-anaknya. Dengan cara itu, diharapkan  anak akan memiliki empati terhadap  penghuninya.  
Keenam, biasakan anak menabung sedekah, misal dengan secara khusus Anda menyediakan celengan di rumah yang harus diisi uang setiap Jumat, misalnya. Celengan bisa dibuka setelah setahun pada Hari Raya Idhul Fitri. Uang yang terkumpul dapat diberikan kepada keluarga fakir miskin, sehingga mereka bisa ikut menikmati lebaran. 

sahabat pendidikan kemendikbud


Tidak ada komentar:

Posting Komentar