Selasa, 13 Februari 2018

BOLEHKAH MENGAJAK ANAK KECIL KE MASJID

Soal : Bolehkan mengajak anak kecil ke masjid ?
Jawab : Boleh. Bahkan dianjurkan dalam rangka untuk membiasakan mereka ke masjid, cinta terhadapnya, latihan sholat sejak kecil, serta membiasakan untuk berkumpul dengan orang-orang sholih. Terutama anak-anak yang sudah masuk usia tamyiz ( sekitar tujuh tahun ke atas ).
Rosulullah-shollallahu ‘alaihi wa sallam- telah memerintahkan kita untuk menyuruh anak-anak kita sholat semenjak mereka masih kecil dalam sabdanya :
«مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا، وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ»
Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat apabila sudah mencapai umur tujuh tahun, dan apabila sudah mencapai umur sepuluh tahun maka pukullah dia apabila tidak melaksanakannya, dan pisahkanlah mereka dalam tempat tidurnya.” [ HR. Abu Dawud : 595 dan dishohihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani –rohimahullah - ].

Perintah sholat kepada anak-anak, secara otomatis terkandung perintah untuk menunaikannya di masjid. Karena ibadah sholat merupakan suatu ibadah yang disyari’atkan dan diperintahkan untuk dilakukan secara berjama’ah di masjid.
Nabi –shollallahu ‘alaihi wa sallam- juga pernah membawa cucunya yang bernama Umamah binti Zainab ke masjid dan mengendongnya ketika sholat. Sebagaimana telah diriwayatkan dari Abu Qotadah Al-Anshori –rodhiallohu ‘anhu- beliau berkata :
«أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي وَهُوَ حَامِلٌ أُمَامَةَ بِنْتَ زَيْنَبَ بِنْتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَلِأَبِي العَاصِ بْنِ رَبِيعَةَ بْنِ عَبْدِ شَمْسٍ فَإِذَا سَجَدَ وَضَعَهَا، وَإِذَا قَامَ حَمَلَهَا»
“Sesungguhnya Rosulullah-shollallahu ‘alaihi wa sallam- sedang sholat sambil menggendong ( cucunya ) Umamah binti Zainab binti Rosulullah-shollallahu ‘alaihi wa sallam-. Apabila sujud, beliau meletakkannya, dan apabila berdiri, beliau kembali menggendongnya.” [ HR.Al-Bukhari : 516 dan Muslim : 543 ].
Dalam jalur periwayatan lain masih dari Abu Qotadah –rodhiallohu ‘anhu- beliau berkata :
رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَؤُمُّ النَّاسَ...
“Aku melihat Nabi-shollallahu ‘alaihi wa sallam- sedang mengimami para sahabat ( di masjid )…” [ HR. Muslim : 542 ].
Kisah ini juga menunjukkan, bahwa nabi –shollallahu ‘alaihi wa sallam- mengajak serta cucunya yang masih kecil ke masjid. Jika tidak boleh, tentu beliau-shollallahu ‘alaihi wa sallam- tidak akan melakukannya.
Nabi –shollallahu ‘alaihi wa sallam- juga pernah membawa cucunya yang lain, yaitu Al-Hasan dan Al-Husain sholat di masjid.
Demikian pula para sahabat shighor ( masih kecil ) waktu itu juga ke masjid, seperti Anas bin Malik, Ibnu Umar, Ibnu Abbas dan yang lainnya. Banyak riwayat yang menunjukkan akan hal ini. Bahkan Anas bin Malik diantar ibunya kepada Rosulullah-shollallahu ‘alaihi wa sallam- saat usianya masih enam tahun.
Adapun hadits yang melarang hal ini, adalah hadits yang dhoif ( lemah ). Telah diriwayatkan dari Watsilah bin Al-Asyqo’ –rodhiallohu ‘anhu- beliau berkata, Rosulullah-shollallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda :
«جَنِّبُوا مَسَاجِدَكُمْ صِبْيَانَكُمْ، وَمَجَانِينَكُمْ، وَشِرَاءَكُمْ، وَبَيْعَكُمْ، وَخُصُومَاتِكُمْ، وَرَفْعَ أَصْوَاتِكُمْ، وَإِقَامَةَ حُدُودِكُمْ، وَسَلَّ سُيُوفِكُمْ، وَاتَّخِذُوا عَلَى أَبْوَابِهَا الْمَطَاهِرَ، وَجَمِّرُوهَا فِي الْجُمَعِ»
"Hindarkan dari masjid-masjid kalian anak kecil, orang gila, jual beli, perdebatan, meninggikan suara, pelaksanaan hudud dan menghunuskan pedang. Buatlah pada setiap pintunya tempat bersuci dan serta harumkanlah di setiap hari jum'at." [ HR. Ibnu Majah : 750 ].
Hadits di atas dhoif ( lemah ) karena dalam sanadnya ada seorang rawi yang bernama Al-Harits bin Nabhan. Beliau rawi yang lemah menurut kesepakatan para ulama’ ahli hadits. Bahkan sebagian ulama’ menyatakan bahwa dia “munkarul hadits” ( rawi yang hadits-haditsnya munkar/ditolak ). Lihat dalam kitab “Ats-Tsamarul Mustathob” : 2/585 karnya Asy-Syaikh Al-Albani –rohimahullah-. Hadits ini telah dilemahkan oleh para imam ahli hadits seperti : Ibnul Jauzi, Al-Mundziri, Al-Haitsami, Ibnu Hajar, Ibnu Katsir dan yang lainnya. Simak pula “Ashl Shifat Sholat” : 1/391 karya Al-Imam Al-Albani.
Al-Imam ‘Alaud Din Al-Mughlathoi ( wafat : 762 H ) –rohimahullah- telah membahas kelemahan hadits di atas dengan pembahasan yang detail dan panjang dalam kitab “ Al-I’lam Lisunnatihi ‘Alaihis Salam” : 1/1248.
Walaupun hal ini boleh, para orang tua hendaknya mengatur dan memperhatikan anaknya untuk tidak ramai dan membuat gaduh di masjid. Sehingga tidak menggangu jama’ah yang sedang sholat. Karena tanggung jawab anak saat itu ada pada diri orang tuanya. Dan hendaknya dijaga supaya tidak mengotori masjid dengan sesuatu yang najis dari dirinya, seperti kencing, atau buang air besar. Terutama anak-anak yang masih dibawah usia tamyiz( kurang dari tujuh tahun ).
Al-Imam Malik –rohimahullah- pernah ditanya tentang anak-anak yang datang ke masjid. Maka beliau menjawab :
إنْ كَانَ لَا يَعْبَثُ لِصِغَرِهِ وَيَكُفُّ إذَا نُهِيَ فَلَا أَرَى بِهَذَا بَأْسًا، قَالَ: وَإِنْ كَانَ يَعْبَثُ لِصِغَرِهِ فَلَا أَرَى أَنْ يُؤْتَى بِهِ إلَى الْمَسْجِدِ.
“Jika tidak main-main karena masih terlalu kecil, dan mau berhenti jika dilarang ( bermain ), maka aku berpendapat boleh ( hal itu ). Jika main-main, maka aku berpendapat untuk tidak diajak ke masjid.” [ Al-Mudawwanah : 1/195 ].
JRN, 28/07/2017

Abdullah bin Abdurrahman Al-Jirani 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar