Selasa, 08 Mei 2018

MEMPERBAIKI KOMUNIKASI DENGAN ANAK

 SAHABAT KELUARGA AL FALAH : Allah ta'ala memerintahkan kepada Nabinya -shalallahu ‘alaihi wa sallam- khususnya dan kepada umatnya secara umum untuk mampu berkomunikasi dengan orang lain dengan baik.

QS. An Nisa ayat 63
أُولَئِكَ الَّذِينَ يَعْلَمُ اللَّهُ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُلْ لَهُمْ فِي أَنْفُسِهِمْ قَوْلا بَلِيغًا
Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha –perkataan yang berbekas pada jiwa mereka- kumunikatif , mudah dimengerti-”.

Kemampuan dalam berkomunikasi kepada orang lain, merupakan soft skill yang sangat penting dimiliki oleh seseorang, bahkan terkadang jauh  lebih penting dari hard skill berupa kemampuan akademik.
komunikasi yang baik dengan keluarga, pasangan hidup kita, orang tua kita, anak-anak kita
  
Terutama komunikasi dengan anak sangat penting untuk dilakukan oleh orang tua dan guru. Tapi frekuensi dari komunikasi bukanlah hal yang paling penting. Kita juga harus memperhatikan isi dan bagaimana cara komunikasi tersebut dilakukan. Anak akan mempelajari cara kita dalam berkomunikasi yang pada akhirnya akan dia gunakan dalam berkomunikasi dengan orang lain hingga dia dewasa kelak. Kemampuan komunikasi yang baik akan menjadi bekal untuk kesuksesan anak kita di kemudian hari.

Sebagai contoh, sebagai orang tua, kita ingin mengetahui tentang hal-hal yang dipelajari oleh anak kita di sekolah. Kalau kita menanyakan: “Bagaimana kegiatan di sekolah tadi nak?”, mungkin kita hanya akan mendapatkan jawaban: “baik !” atau bahkan cuma gumaman yang nggak jelas. Jelas, itu bukanlah bentuk komunikasi yang baik.

Apabila kita tidak menanyakan dengan pertanyaan yang tepat, maka keinginan kita untuk sekedar mengetahui kegiatan anak kita di sekolah menjadi sama sulitnya dengan tugas polisi dalam mendapatkan informasi dari tersangka pencuri yang ditangkap.

Untuk itu, sangat penting bagi kita sebagai orang tua untuk menguasai cara berkomunikasi dengan menggunakan pertanyaan yang tepat untuk merangsang anak agar lebih terbuka dalam menceritakan pengalaman, perasaan, dan pendapatnya.
Berikut ini beberapa contoh dari perubahan yang dapat kita lakukan dalam menanyakan hal-hal keseharian kepada anak kita untuk mendapatkan respon yang lebih baik.

·         Biasanya: “Bagaimana pelajaran Aqidah tadi?”
·         Coba katakan: “Coba ceritakan hal-hal menarik apa yang kamu pelajari waktu pelajaran Aqidah tadi? Umi juga pengen tahu”
Dengan demikian si anak tidak hanya akan menjawab dengan kata “biasa saja” atau “menarik”, tapi dia akan tertantang untuk lebih menjelaskannya secara lebih spesifik. Apabila si anak ternyata mengatakan bahwa pelajarannya membosankan, kita bisa bertanya lebih lanjut mengapa demikian. Apakah karena topiknya tidak menarik, ataukah karena gurunya yang tidak bisa menerangkannya dengan baik?

·         Biasanya: “Apakah kamu sudah mengerjakan PR?”
·         Coba katakan: “Ada tugas apa saja yang harus dikerjakan dari pelajarang Bahasa Arab tadi?”
Jadi pertanyaanya harus lebih spesifik dan memerlukan jawaban yang tidak cukup dengan hanya mengatakan ya atau tidak. Sebagai orang tua, kita juga perlu mengetahui jadwal pelajaran anak setiap hari. Sehingga sewaktu bertanya, kita bisa menanyakan tentang hal yang lebih spesifik berkaitan dengan hal-hal yang dipelajari oleh si anak.

·         Biasanya: “Kenapa nilai Matematika kamu kok jelek?”
·         Coba katakan: “Menurutmu apakah pelajaran Matematika itu lebih susah dibandingkan pelajaran yang lain? Bagian mana dari pelajaran tersebut yang kamu rasa lebih susah untuk dimengerti?”
Ada kalanya kita harus bertanya dengan cara yang sedikit memutar biarpun kita tahu bahwa nilainya jelek karena dia malas untuk belajar. Disamping untuk menjaga harga diri si anak, juga untuk membuat dia untuk berpikir bagaimana dia dapat memperbaiki nilainya di kemudian hari. Tapi tidak cukup sampai disini, kita sebagai orang tua harus dapat membimbing dan memberikan arahan agar dia dapat memperbaiki nilainya, tidak cukup dengan hanya menyuruh dia untuk memperbanyak waktu belajar.

·         Biasanya: “Bagaimana harimu disekolah?”
·         Coba katakan: “Coba ceritakan sama Umi hal-hal yang paling menyenangkan dan paling tidak menyenangkan selama tadi di sekolah”
Usahakan untuk selalu menanyakan dengan pertanyaan yang bersifat terbuka, artinya jawabannya tidak cukup dengan hanya menjawab “ya” atau “baik”, melainkan memerlukan jawaban yang lebih panjang atau lebih terperinci.

Contoh-contoh di atas hanya sekelumit dari yang dapat kita lakukan untuk dapat berkomunikasi dengan lebih baik dengan anak kita. Dengan sedikit mengubah pertanyaannya, kita bisa mendapatkan informasi yang lebih dari anak kita dan sekaligus mengajarkan mereka untuk dapat berkomunikasi dengan lebih baik.

Hal yang terpenting untuk diingat adalah apapun bentuk pertanyaan kita, pertanyaan itu haruslah bersungguh-sungguh. Artinya, dalam bertanya, kita tidak hanya sekedar basa-basi, melainkan kita memang sungguh-sungguh ingin mengetahui hal-hal yang dialami dan dirasakan oleh anak kita. Apabila anak-anak menyadari betapa tertariknya kita akan apa yang dia alami, atau apa yang dia pelajari, maka selanjutnya mungkin tanpa kita minta pun dia akan bersemangat untuk menceritakannya kepada kita.

Sumber inspirasi tulisan: education.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar