Jumat, 05 April 2019


Tips Pendidikan
[ Menanamkan Kejujuran Sejak Dini ]



يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allâh, dan hendaklah kalian bersama orang-orang yang jujur (benar)! [At-Taubah/9:119]

عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِىَ اللّٰهُ عَنْهُ٠عَنِ النَّبِىّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ؛اِنَّالصِّدْقَ يَهْدِى اِلَى الْبِرِّ وَ اِنَّ الْبِرَّ يَهْدِىْ اِلَى الْجَنَّةِ
٠رواہالبخارىومسلم


Dari ibnu mas’ud ra. Dari Nabi saw. Bersabda: “sesungguhnya jujur itu membawa pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan itu membawa ke surga. 
[ HR Bukhori Muslim ]

Penanaman nilai-nilai kejujuran seharusnya diajarkan kepada anak-anak dalam persoalan sehari-hari. Semakin dini ditanamkan maka budaya jujur akan melekat pada diri anak hingga usia dewasa. 
Jika budaya jujur sudah berlaku menyeluruh tiap individu, maka perilaku korupsi dapat diminimalisir. Bahkan hilang dari pikiran seseorang.
Oleh karena itu menjadi tugas orang tua, masyarakat dan guru untuk mengajarkan nilai-nilai kejujuran sedini mungkin pada anak-anak. Kejujuran adalah berani mengatakan atau berbuat sesuai dengan kenyataan.
Jika anak-anak yang masih polos dibiasakan berperilaku jujur, dampak ke depan mereka akan menjadi pribadi-pribadi yang mempunyai hati nurani yang bernilai tinggi. Mereka akan menjadi pribadi yang kuat lahir dan batin.
Hal yang dapat dilakukan dalam upaya menanamkan nilai-nilai kejujuran pada anak, antara lain:
·         Pertama,
Pengawasan Allah ta’ala, beri pengertian kepada anak bahwa Allah senantiasa mengawasi dan mendengar perbuatan kita.
Sebagaimana nasihat Luqman kepada putranya :
يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ
(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui” (QS. Luqman: 16).

Kedua
latihlah sikap kejujuran anak dengan tanya jawab sederhana apa yang sudah dilakukan. Setelah pulang sekolah ajak anak berdialog apa saja peristiwa yang terjadi di sekolah, baik dengan teman atau dengan guru.
Demikian juga dengan guru, adakan percakapan sederhana sebelum kegiatan bermain dilakukan. Siapa hari ini yang shalat subuh berjama’ah di masjid, pukul berapa bangun pagi, siapa yang tadi malam belajar dan pertanyaan-pertanyaan sederhana lain yang memancing anak menjawab secara jujur.
·         Ketiga,
ceritakan tokoh-tokoh penting yang menjunjung sikap jujur dalam hidupnya dari kalangan Nabi, sahabat dan para ulama .Hal ini akan memicu anak memiliki tokoh idola yang menjadi panutan dalam bersikap dan berbicara.
·         Keempat,
Ajarilah  anak dalam setiap kesempatan, pergi ke pasar beri contoh, kalau pedagang jujur akan laris dagangannya, kalau menipu nanti tidak laku.
·         Kelima,
Yang lebih utama berilah contoh model yang baik dari lingkungan terdekat anak,  apalagi orang tua harus menjadi teladan utama bagi anak-anaknya. Guru juga dan tokoh masyarakat. Ingatlah, anak adalah peniru ulung apa yang dilihat dan didengar langsung di sekitar lingkungannya. Sekali orang tua berbohong, seorang anak akan menganggap benar suatu kebohongan yang dilakukan orang tua sehingga suatu saat anak akan meniru.
·         Keenam,
tanamkan pada anak bahwa jujur adalah suatu sikap yang mahal harganya, jika perlu beri hadiah anak jika bersikap jujur, jangan marahi anak jika jujur walau salah.
jika dirusak oleh kebohongan akan berimbas pada kehilangan harga diri dan di masyarakat akan menjadi noda yang sulit dihilangkan dari pandangan manusia. Generasi jujur lebih mempunyai nilai yang berharga dari apapun.
Semoga kita mampu melakukan dengan kesadaran dan pemahaman yang baik dalam berlaku jujur pada diri sendiri dan memberikan teladan pada anak-anak generasi bangsa. Kejujuran merupakan anugerah dari Allah yang bersemayam di hati nurani manusia. Barang siapa dapat mengikatnya maka kebahagiaan yang akan didapat. Semoga.  

SDS IT ALFALAH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar